PENGECUT

40 4 1
                                    

"Pentingin diri lo, baru orang lain kata Azka" ucap Sean yang sukses membuat Dara menoleh ke arahnya. Sean pun juga tersenyum miring melihat respon Dara.

"Kata Azka?" beo Dara

"Azka siapa Ra?"

Dara dan Leta menoleh ke arah sumber suara. Alan datang yang diikuti oleh Adit dan Gavin yang asik bercanda. Dara hanya mengangkat bahunya seperti acuh tak acuh. Dara seperti itu karena mungkin saja yang Azka yang di sebut oleh Sean adalah berbeda orang.

Bu Mila menjelaskan semua detail pensi yang akan diadakan

"Pelaksanaan Pensi akan dimajukan, jadi kalian harus mempersiapkan sebaik baiknya" Kata Bu Mila

"lho lho bu, kok tiba tiba dipercepat sih bu" ujar Adit

"iyaa bu, kita belum persiapan lho" kata Leta

"Makanya itu, ibu kasih tau kalian biar Latihan"

"Kalo gitu, habis ini diskusi lagu apa aja, ibu mau rapat. Gavin nanti kamu serahkan ke saya" Pinta Bu Mila

"baik bu"

###

Sudah hampir setengah jam Dara menunggu Gavin di parkiran. Gavin tadi bilang bahwa dirinya ada urusan tapi sampai sekarang batang hidungnya bahkan tidak tampak. Saat hendak mengetik sesuatu ke ponsel. Ada seseorang yang menghampiri Dara.

"Nunggu siapa?"

Dara terkejut karena sesorang itu berbicara tepat di samping wajahnya.

"kalo datang itu, bisa nggak sih jangan tiba-tiba gitu Lan"ujar Dara sambil mengelus dadanya karena kaget.

Alan hanya tertawa melihat ekpresi dari Dara yang terkejut itu. "Lo sih serius banget main ponselnya"

"Gue emang serius"

"kalo gue seriusin mau nggak?" Tanya Alan

"apa sih lo jayus banget,"ujar Dara, padahal dirinya sangat malu bahkan jantungnya berdebar debar saat Alan mengatakan itu.

"Kalo mau senyum senyum aja Ra, nggak usah ditahan"Ledek Alan

"Lo pulang bareng siapa?" imbuhnya

"Dara pulang bareng gue"

Keduanya kompak menoleh kesumber suara, suara itu suara Gavin yang menghampiri mereka. Gavin sudah berada di sana sejak lama, tapi karena melihat Alan yang menghampiri Dara. Bukan ingin menguping pembicaraan mereka, tetapi sejak kapan keduanya akrab.

"lama banget sih lo" kesal Dara yang melihat Gavin.

"Maaf Ra, tadi si Hana butuh batuan buat ngurus projek" Jawab Gvain yang mencoba memberi pengertian kepada Dara

"Lo udah lama bro?" imbuhnya yang bertanya kepada Alan

"Barusan vin, yaudah kalo gitu gue cabut, kalian hati – hati," jawab Alan yang kemudian berjalan ke tempat motornya di parkirkan.

Sepulang sekolah tadi, Dara dan Gavin membeli Bunga titipan Mama Tian. Tapi saat ini suasana di dalam mobil menjadi hening karena tadi setelah membeli bunga Dara dan Gavin menemukan ada surat yang sama seperti waktu kejadian boneka yang diletakkan di windscreen wiper mobil Gavin.

"Ra kira kira lo tau siapa yang nulis surat itu?" tanya Gavin

"Gue nggak tau" kata Dara singkat

"Lo nggak usah mikirin yang aneh aneh, gue bakal nyari tau siapa yang ngirim itu,"

Dara mengangguk mendengar perkataan Gavin. Dara sangat beruntung mempunyai Gavin dia selalu melindungi dirinya. Walapun sering berdebat dengan masalah kecil tapi mereka akan bercanda kembali. Jika Dara membutuhkan Gavin, gavin akan selalu ada begitupun sebaliknya. Karena itu mereka seperti bergantung bergantung satu sama lain.

L U N A R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang