🌱🌱🌱
Saat menuju aula dihati Leta ingin sekali bertanya kepada Ara siapa laki laki itu. Tapi, apa Ara akan menjawabnya karena mereka baru kenal berapa jam yang lalu.
"Ara? " Ucap Leta dengan hati hati
"Ya" Dengan santai Ara menjawabnya
"Tadi siapa Ra? " Ucap Leta sedikit kikuk karena takut menganggu privasi Ara
"Bukan siapa-siapa" Jawab Ara dengan tatapan kosong
Kenapa Ara langsung secuek ini padahal tadi dia ngomong panjang lebar dengan laki laki itu apa gue salah batin Leta
Itu lah sikap asli Ara kadang bisa cerewet tapi bisa berubah dingin dan cuek
❄❄❄
Di halte Ara menunggu Gavin iaa menunggu cukup lama. Mungkin karena Gavin masih mengurus sesuatu yang belum selesai.
"Lama banget ni anak, gue pusing lagi" Gerutunya
Tak lama Gavin pun datang dan langsung menghampiri Ara
"Sorry gue lama, habis ngurus ini itu buat penutupan besok" Ucap Gavin"Hmm" Ucap Ara langsung berjalan menuju mobil Gavin tanpa melihatnya
"Ngambek ni anak" Batin Gavin
Di dalam perjalanan tidak ada percakapan. Gavin tau kalo Ara ngambek pasti dia akan mendiamkannya
"Mau langsung pulang apa makan? " Tanya Gavin memecah keheningan.
"Terserah" Ucapnya sambil memandang jalanan.
"Yaudah kita makan ya" Putus Gavin
Gavin menghela napas ia tidak bisa adiknya diam dari tadi. Dan Gavin baru ingat Ara tadi mengatakan bahwa ia sedang pusing.
"Ra, gue minta maaf lo masih pusing? Tadi istirahat udah makan? " Cerocos Gavin.
"Nggak" Dingin Ara
"Pantes lo pusing, lo belum makan Ra? " Gavin Dengan nada khawatir
"Hmm, yaudah cepatan"
Gavin fokus menyetir, menuju penjual bakso kesukaan Ara.
.
.
.Setelah selesai makan, Ara tetap saja menunjukan wajahnya yang dingin.
"Ra besok lo ngasih surat ke gue aja ya, jangan ke yang lain" Pinta Gavin
"Kenapa? " Ucap Ara
"Ya nggakpapa sih" Gavin sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal
"Ogah" Cuek Ara
"Yah, Ara mah" Ucap Gavin dengan nada kecewa
Ara menarik sudut bibirnya seperti senyum ya memang senyum tapi tak terlihat. Gavin tau Ara sedang tersenyum ya walapun senyum itu tak begitu jelas.
Setelah sampai dirumah Ara langsung bersih bersih dan mengerjakan tugas untuk besok.
"Gue buat surat buat orang lain aja deh, bodoamat buat siapa" Ara yang berbicara dengan dirinya sendiri.
Setelah selesai mengerjakan tugas itu Ara menuju balkon kamarnya ia senang melihat indahnya senja saat sore hari dan malam melihat bulan.
"Hey senja, kamu indah tapi hanya sementara" Ara mengucapkan itu dengan tersenyum
Sedingin dinginya Ara, Ia tetap akan menjadi Ara yang cerewet didepan keluarga nya, Gavin, dan Dia
Karena Ara dirumah sendiri, ia memutuskan kerumah Gavin. Sejak SMP mereka sangat dekat apalagi Mama Ara mempercayakan Ara kepada keluarga Gavin saat Tian belum pulang dari butiknya.Ya mereka tinggal satu komplek hanya saja terpisahkan jarak 2 rumah dari rumah Ara.
Ara berjalan melusuri jalanan komplek ya hanya lampu lampu jalan yang menemani Ara saat itu. Sesampainya di rumah Gavin, Ara langsung masuk karena sudah kebiasaan dari dulu masuk tanpa permisi.s saat Ara membuka pintu Ara melihat Gavin sedang makan snack. Ara berjalan mengendap-endap agar Gavin tidak tau kedatangannya. Ara memang suka jail dengan Gavin.
"Gue tau itu lo Ra" Ucap Gavin dengan tiba tiba
"Nggak asik lo Vin"sambil menggerutu memajukan mulutnya
Gavin hanya terkekeh geli melihat kelakuan sahabatnya ini.
" Bunda kemana, kok rumah sepi sepi bae Vin? Bun bundaa? Ara kerumah ni" Ucap Ara sedikit berteriak
"Ck woy nggak usah teriak ngapa sih Ra, hobi banget teriak" Kesal Gavin
"Elah bunda dimana Adrian " Ucap Ara tak mau kalah
"Adrian adrian Gavin Gavin nggak konsisten amat lo bocah" Dengan sedikit menyindir Ara
Ara langsung melotot mendengar ucapan Gavin diiringi senyum smirk nya. Gavin yang melihat itu langsung bersiap siap lari ia tau yang akan dilakukan Ara
"Gavinnnnn" Teriak Ara sekencang kencangnya
Gavin lari sambil tertawa sekali ia meledek Ara. Setelah beberapa menit mereka kelai akhirnya mereka berhenti.
"Udah ah Ra, gue capek olahraga malem" Lari Gavin menuju dapur untuk mengambil minum
"Gue juga capek vin huft" Ara merebahkan tubuhnya ke sofa
Ara yang menunggu Gavin tak kunjung datang. Lalu ia teringat dengan laki laki yang memakai baju coklat
Apa iya yang pakai baju coklat itu Dia, tapi apa mungkin pikiran Ara mulai berkecamuk pikiran itu hilang ketika
"Dara, ternyata kamu disini?" Ucap Bunda Meri bunda Gavin.
"Astagah bunda ngagetin aja sih,. Bunda nggak salam ya? Tiba tiba dateng gitu aja bikin Ara kaget lagi" Kesal Ara
"Kamu itu ya, bunda salam daritadi nggak ada yang jawab pake nyalahin bunda lagi, nggak Gavin,nggak kamu bikin bunda naik darah aja terus. Lagian kamu ngapain ngelamun" Ucap bunda sambil menjewer telinga Ara
"Emang tadi aku ngelamun apa nda? " Polos Ara dengan mengusap usap telinganya yang merah.
"Ya mana bunda tau Adara" Bunda Sambil menghela nafas
"Hehe piss ndaa" Tangan Ara memajukan membentuk huruf V.
"Bunda udah pulang" Gavin berjalan membawa 2 minuman ditangannya
"Iyaa Vin, bunda langsung kedapur ya nyiapin makan malem buat kalian " Ucap bunda dengan menenteng plastik belanjaannya.
Setelah makan malam, Ara dan Gavin nonton film dilaptop Gavin. Mereka serius menonton film action kadang Ara melempar bantal ke Gavin karena saking greget nya.
"Vin, lo tau nggak" Ucap Ara memecah keheningan
"Nggak Ra" Pandangan Gavin tetap fokus ke laptop
"Gue juga nggak tau Vin," Kesal Ara sambil melempar bantal karena gavi terlalu fokus dengan film itu , lalu beranjak ingin pulang
"Vin, anterin pulang gue takut udah malem ini" Ucap Ara sambil menggoyang goyangkan bahu Gavin
Gavin hanya menengok melihat Ara, Ara memasang pupy eyes-nya dan itu kelemahan Gavin. Tanpa aba aba Gavin menarik tangan Ara.
"Gue belum pamit sama bunda Gavin" Kesal Ara, ya Gavin memang menjengkelkan menurut Ara.
"Bunda udah tidur Ara,"Ucap Gavin dengan lembut
" Oke" Jawab Ara langsung mendahului Gavin
Gavin hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sahabat nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
L U N A R A
Teen Fiction[Follow dulu sebelum membaca] Cerita ini menceritakan seorang gadis yang mempunyai dua sahabat laki-laki. Keduanya seperti malaikat pelindung bagi Adara Luna. Gavin dan Alvaro tidak bisa melihat sahabatnya sekaligus adiknya terluka karena seorang c...