A D I K

258 39 78
                                    

"LUNNAAA!"

Saat semua sudah jelas tiba tiba ada suara teriakan dari luar rumah. Suara itu semakin mendekati pintu masuk. Ara, Gavin dan Alan pun menoleh ke arah pintu karena ada teriakan yang menyebut nama Ara. Dan ternyata teriakan itu berasal dari Elvan.

Elvan pun menghampiri Ara, "Heh dek ngapain lo pake seragam sih"tanya Elvan

"Kelamaan jomblo jadi lupa tanggal bang"jawab Gavin

" Jomblo ngomong jomblo"sindir Ara

Gavin dan Elvan melotot "lo juga" Ucapnya bersamaan.

Alan yang merasa dihiraukan pun berdeham "ehm,  gue masih disini"ucapnya.

Ara memutar bola matanya malas "gue kira cuma tiga orang"sindirnya

Elvan baru saja sadar bahwasanya ada tamu" Ohh ada tamu maaf gue kira nggak ada"ucapnya sambil menyengir kuda

"Gue Elvan kakak mereka"ucap Elvan sambil mengulurkan tangan kepada Alan.

" Alan"jawabnya singkat juga membalas jabatan tangan Elvan.

Mereka pun duduk sambil berbincang bincang, tapi beda dengan Ara yang tidak nyaman dengan kehadiran Alan yang merupakan musuh Ara.

Alan sadar dengan gerak gerik Ara dari tadi ia sangat tidak nyaman bahkan menutupinya dengan bermainan ponsel. Alan pun segera pamit pulang kepada Gavin, "gue pulang Vin" Pamitnya

"Kok buru buru Lan" Tanya Elvan

"Besok lagi bang lagian urusan sama Gavin udah selesai"

"Yaudah gue anter ke depan"ujar Gavin

" Manja "sindir Ara

Alan menghiraukan ucapan Ara dan sekilas melihat dengan skor matanya.

" Lo bilang anak tunggal "tanya Alan yang sudah di depan mobilnya

" Jangan banyak tanya, pulang sono"usir Gavin

Benar juga kenapa Alan banyak tanya mengenai gadis itu sangat menyebalkan. Ia harus membuang jauh jauh pikirannya tentang pertanyaan itu, hal itu privasi Gavin.

🌻🌻🌻

Tidak perlu menunjukkan kasih sayang dengan kata-kata cukup dengan tindakan kecil.

🐝🐝🐝

Alan melajukan mobilnya lumayan pelan karena sebenarnya ia masih ingin di luar rumah tapi saat dirumah Gavin ada nenek lampir yang selalu berdebat dengannya. Kalau pulang ke rumah terdapat adiknya yang menyebalkan, bahkan ia memilih di kamar agar tak bertemu dengan adiknya.

Alan pun memutuskan untuk mampir ke kafe untuk sekedar minum kopi untuk merilekskan pikiran. Alan melihat penjuru kafe yang lumayan ramai tapi terdapat meja kosong bagian pojok tapi dekat dengan kaca.

Setelah memesan kopi ia berjalan menuju meja itu. Ia menikmati ramainya jalan apalagi saat ini hari libur.

"Gue boleh duduk sini nggak,  semua meja penuh " Pintar seseorang yang sedang kebingungan mencari meja kosong, seseorang itu langsung duduk karena tidak ada jawaban dari Alan.

L U N A R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang