S U K A

267 46 73
                                    

🐤🐤🐤

Awan berubah menjadi gelap karena sebentar lagi hujan akan turun. Alan berjalan keluar dari ruangan meninggalkan rapat yang telah usai. Pantulan bola yang berbunyi di lapangan basket kedua di sekolahnya membuat ia menghentikan langkahnya.

Seorang gadis sedang bermain basket sendiri dengan lihainya ia memasukkan bola itu kedalam ring. Pandangan Alan tak teralihkan dan tetap tertuju kepada gadis itu, gadis yang tadi membuat ia marah, gadis yang selalu bersama Gavin.

Gadis itu berbeda karena ia seperti es berjalan bahkan ia tak pernah seperti murid perempuan lainnya. Bagaimana tidak sebagian besar murid perempuan mendambakan seorang Alan yang notabennya seorang kapten basket cowok di sekolah.

Bahkan ia malah selalu bersama Gavin yang memang seperti dirinya. Tapi saat bersama Gavin dia seperti matahari. Alan sendiri juga tidak tau siapa gadis itu. Setiap Gavin menyebutkan namanya Alan selalu lupa bahkan tak peduli.

Alan melihat hujan yang mulai turun, membasahi gadis itu. "Nyari penyakit"guman Alan. Lalu Alan menggelengkan kepalanya " Ngapain peduli "gumamnya lagi

Tapi mengapa gadis itu bahkan tidak merasa terganggu dengan hujan turun dan tetap bermain basket, ia juga tetap lincah. Tak selang begitu lama, Alan melihat Gavin yang menghampiri gadis itu.

" Ck kaya truk gandeng aja kemana berdua teros"kata Alan

Alan heran kenapa saat bersama Gavin, gadis itu seperti es yang mencair. Gavin pun juga terkenal begitu tapi mereka sangat akrab, tertawa dengan mudah. Lamunannya terbuyar saat ada seorang menurut nya teman dari gadis itu.

"Beruntung ya Ara punya kak Gavin, saat sama Leta aja Ara nggak pernah tertawa lepas begitu" Ujar Leta yang seperti mengajak orang yang disampingnya berbicara.

Leta semula akan pulang tapi karena supirnya belum datang dan hujan turun ia memilih untuk masuk lagi kedalam sekolah selagi supirnya datang. Leta melihat Gavin dan Ara di lapangan basket outdoor, tanpa sadar ia berhenti di samping laki-laki yang sama yang melihat keduanya.

"Lengket terus Ara sama Kak Gavin kaya perangko"kata Leta.

Alan menautkan alisnya mendengar nama Ara yang disebutkan. " Ara? "Tanya Alan

Leta mengangguk " Iya gadis itu namanya Ara" Jawab Leta sambil melihat laki laki disebelahnya itu.

"Dan lo siapa? " Tanya Leta

"Alan"

"Gue Leta"

"Hmm"

Kayaknya enggak asing deh tapi ketemu dimana batin Leta

"Apa kita pernah ketemu?" Tanya Leta

Alan memutarkan bola matanya karena ia merasa terganggu dengan pertanyaan yang menurut Alan tidak penting.

Leta kembali memicingkan matanya. "Ohhh lo yang nabrak Ara waktu itu kan dan langsung pergi aja" Ujar Leta

Tanpa menjawab sepatah kata, Alan memilih pergi meninggalkan Leta.

"Main pergi aja lagi" Ketus Leta.

Leta melihat dua insan itu "ck nggak dingin apa" Cibir Leta

"Iri kan lo"

"Ngapain balik la-" Ucapan terhenti saat yang Leta lihat bahwa bukan Alan tapi Sean yang berbicara seperti itu.

"Gue aja baru kesini kapan balik" Tanya Sean yang bingung

"Nggak" Ketus Leta

"Lo suka sama tu orang yang sama Ara ya" Selidik Sean

"Bukan urusan lo"

"Urusan gue lah dia udah ngerebut Ara dari gue"

"Bangun makanya. jangan tidur terus mimpi lo ketinggian"sindir Leta

" Lo bener suka kan sama cowok itu"

"Yang harusnya nanya itu gue lo kan yang suka sama Ara!?"ucap Leta yang sedikit mengeras.

Skak. Sean terdiam dengan perkataan Leta yang menyebutkan dirinya suka terhadap Ara. Mengapa ia mengetahui itu.

" Nggak bisa jawab kan? " Sindir Leta

" Kalo lo emang suka kita bisa kerja sama"kata Sean

Leta terdiam dengan ucapan Sean tersebut, kerja sama untuk apa? Mendapatkan Gavin?








Thankyou readers 💕💕
Jangan lupa klik bintang dan komentar saat membaca 🙌

L U N A R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang