4

3.8K 583 22
                                    

Seperti hari-hari biasa, Karina sampai di sekolah pukul 06.15 dan langsung mengisi absen finger print yang terletak di lobi sekolah. Dia menenteng papper bag berwarna putih berisi hoodie Jeno yang beberapa hari kemarin dia pinjam. Dia baru bisa mengembalikan sekarang Karena beberapa hari terakhir dia disibukkan dengan persiapan seleksi olimpiade dan undangan saman dari pemerintah kota.

Sebenarnya dia heran, Jeno ini jenis manusia seperti apa jika di sekolah. Maksudnya, biasanya di sekolah kan ada kelompok-kelompok tertentu, seperti golongan Haje yang terkenal kaya dan papan atas, golongan anak olahraga, golongan anak organisasi, golongan anak tongkrongan, tapi sampai sekarang pun Karina belum mengetahui jenis penduduk sekolah seperti apa Jeno ini. Karina akui dia sedikit tertarik dengan pribadi Jeno, oke dia ganteng, di sisi lain Jeno pendiam dan tidak kebanyakan modus seperti cowok-cowok kebanyakan yang mendekatinya, terbukti ketika mengantar dia pulang Jeno cenderung lebih diam dibanding Karina padahal Karina juga terhitung anak yang pendiam juga.

Ketika mengingat Jeno berteman dengan Naren dia pikir Jeno golongan anak hits yang ramah terhadap semua orang dan keberadaannya yang sangat terbatas di sekolah. Tetapi ketika diperhatikan lagi, Jeno jarang sekali terlihat di kantin, di lapangan olahraga sekolah, atau di tempat-tempat lain yang menjadi markas anak-anak seperti Naren. Jujur ketika di kantin Karina selalu berusaha mencari-cari keberadaan Jeno, sayangnya Jeno sangat jarang terlihat di sana, entah apa karena dia memang jarang ke kantin atau waktunya saja yang tidak pas.

"Apatuh?" Giselle yang sedang membenarkan tatanan rambutnya melirik penasaran pada papper bag Karina.

Karina meletakkannya di bawah meja, "hoodie?" Balasnya sambil melepas tas jining berwarna biru tuanya.

"Buat apaan?"

Karina menatap Giselle jengah, kebiasaan Gisella, kepo. "dibalikin."

"Ha? Ke siapa?"

"Jeno."

Giselle meletakkan kacanya secara dramatis. "Jeno siapa Rin? Jeno anak IPS 4?"

Karina mengangguk, "Ih kok lo tahu sih?" Kata Karina sedikit kesal. Kok bisa-bisanya dia tidak tahu Jeno padahal Giselle tahu.

"Ya tahu lah, anak band sekolahan." Balas Giselle sewot. "Kok bisa hoodie Jeno di elo?"

"Selasa kemaren gue dianter dia."

Jujur Giselle kaget. "Gimana ceritanya lo dianter Jeno balik?"

"HP gue mati, gue lupa bilang lo mau nebeng, yaudah dia nawarin kenapa enggak."

Giselle berdecak tidak percaya, "bagus ya lo sekalinya ada yang nebengi levelan Jeno. Ga abis pikir gue."

Karina sedikit tertarik dengan lontaran Giselle. Oke, dia pikir Giselle tahu banyak tentang Jeno. Dia akan bertanya daripada mati penasaran. "Lo kayaknya tahu banget soal Jeno. Emang dia seterkenal itu?"

"Kaga sih, cuma dia ganteng anjir. Temen si Haekal dia. Gue sering dateng kok kalo dia manggung." Jelas Giselle sambil menyibak rambut coklat gelapnya ke belakang. Rambut yang membuatnya hampir tiap minggu dihukum guru tatib.

Karina mengangguk paham. Dia dapat menyimpulkan kalau Jeno adalah tipe-tipe orang pendiam yang kehidupannya memang hanya diketahui oleh orang-orang terdekatnya saja. "Ntar temenin ya?"

"Ke IPS 4?"

"Iya."

Giselle sedikit berpikir tentang itu, "ini karena lo temen gue terus gue pengen ketemu sama Jeno aja ya Beb. Kalo nggak mana mau gue diajak ke kelasnya Haekal, males banget ketemu dia."

Jeno'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang