26

2.3K 336 20
                                    

Hari yang paling ditunggu anak kelas 11 akhirnya datang juga. Berbondong-bondong mereka memasuki lapangan tengah sekolah dengan barang bawaan yang lumayan beragam bagi setiap orangnya. Study tour Yogyakarta adalah final liburan bagi anak kelas 11 yang mana menjadi gerbang awal neraka menuju kelas 12.

Terdapat enam bus yang telah berjejer rapi di depan sekolah. Sayangnya tidak semua anak ikut study tour ini, ada beberapa yang memilih liburan sendiri dengan keluarga seperti contoh Giselle yang memilih singgah di beberapa negara Asia Timur untuk liburan mewahnya tahun ini. Giselle memang kaya raya.

Well, sedangkan Karina dia harus rela dimaki oleh ibunya karena serba telat dan ogah-ogahan datang mengikuti acara study tour kali ini. Yup! Alasannya malas dan teman kelasnya pun hanya sedikit yang ikut jadi mau tak mau harus dioper ke bus kelas lain. Dia bahkan baru membayar dua hari sebelum hari H. Syukurnya ada kursi kosong untuk Karina.

Ponselnya berdering membuat dia agak kesulitan mengambil di tas selempang yang sudah berisi selusin obat-obat masuk angin yang diisi oleh ibunya.

"Di jalan bentar lagi nyampe." Jawabnya mendengar Jeno bertanya dengan suara penuh kegaduhan disekitarnya.

Setelah kejadian Jeno mengabaikan pesan dan teleponnya setelah pulang dari rumah duka Hera, besoknya dia mendatangi rumah Karina dan meminta maaf secara brutal dan membabi buta pada Karina dan kedua orang tuanya. Bahkan kejadian yang seharusnya Karina sembunyikan dari ayahnya dibongkar begitu saja oleh Jeno dengan aksi meminta maaf yang sangat luar biasa itu. Dia bahkan memutuskan menginap di rumah Karina karena tidak mau disuruh pulang sebelum Karina memiliki keinginan membuka mulut untuknya. Ya, saat itu Karina memang sedikit marah dan malas mengobrol dengan Jeno. Akhirnya Hiji lah yang menjadi target Jeno membujuk Karina. Akal bulus seorang Jeno memang sangat-sangat membuat Karina speechless.

Karina mematikan panggilannya sepihak karena suara Jeno benar-benar tidak terdengar dan sangat berisik, dia pusing mendengarnya. Dari pagi dia sudah terkena omelan ibunya jadi moodnya lumayan berantakan hari ini.

"Ini gapapa kan ya kamu telat?" Tanya ayahnya ketika mobilnya sudah sampai di seberang sekolah. 

"Ayah tungguin dulu sini ya? Kalo kursinya dah penuh aku mau pulang aja deh." Balas Karina ogah-ogahan sambil menarik koper berwarna abu-abunya.

Ayah Karina ikut turun, "Ayah anterin deh sini." Mengambil alih koper Karina.

Karina menuju bus nomor enam, yang mana itu adalah bus kelas Jeno. Kenapa? Karena sangat kebetulan sekali kursi yang banyak kosong juga ada di kelas itu. Kalian bisa bayangkan betapa senangnya Jeno mendengar Karina akan se-bus dengannya.

"Ayah aku pamit ya." Karina memeluk dan menyalami kedua tangan ayahnya.

"Berapa hari Kak kemarin? Lima hari empat malam kan?" Tanya ayahnya terlihat khawatir. Padahal sedari pagi ayahnya lah yang terlihat tidak peduli.

Karina tersenyum mengangguk, "nanti oleh-oleh Hiji suruh chat aja yaa, aku lupa tadi soalnya si Mama ngomel mulu."

Ayahnya tertawa, "gausah disuruh juga udah ngechat kamu itu anak."

"Oke deh, aku berangkat Yah. Assalamualaikum." Pamitnya setelah menyerahkan koper pada petugas untuk diletakkan di bagasi bus.

"Waalaikumsalam, hati-hati jangan misah sama rombongan."

Karina tersenyum dan mengangkat jempolnya.  Kakinya melangkah masuk ke dalam bus. Seperti yang dibayangkan, kacau. Celotehan ada di mana-mana, suara Haekal dan Naren yang berebut entah apa mendominasi, teriakan dan celotehan anak-anak cewek kelas Jeno sedikit membuat Karina meringis. Sulit menerima keadaan kelas ini sangat jauh berbeda dengan kelasnya. Karina yakin seratus persen kalau kelasnya ikut, busnya akan dianugerahi bus teraman dan tertenang selama kegiatan.

Jeno'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang