29

2.5K 327 25
                                    

Karina dan Jeno berjalan di lorong hotel sekitar jam setengah 11 malam. Mereka memang telat hampir tiga puluh menit dan mendapat omelan terlebih dahulu dari Pak Maghfur di lantai 1 hotel. Setelah menelan semua nasihat Pak Maghfur mengenai kenakalan remaja dan sex bebas mereka hanya mengangguk seadanya sambil berjalan berdampingan ke kamar masing-masing.

"Assalamualaikum." Karina mengetuk pintu kamarnya. Satu menit dia menunggu tapi belum ada balasan dari dalam. Karina hampir mengeluarkan ponselnya dari dalam tas untuk menelpon Ira kalau saja pintu hotel tidak segera terbuka.

Karina mendongak menatap Hera yang juga tengah menatapnya datar. "Sorry ngebangunin lo ya Ra?" Ucapnya sungkan.

"Ga ko, tadi lagi goleran aja."

Karina mengangguk sungkan, dia menatap Ira yang sudah tidur meringkuk. Mungkin kelelahan akibat lari-larian ketika di pantai. Ira banyak membagikan potonya bermain di pantai bersama bule-bule asing yang tidak beruntung diajak poto oleh Ira dan teman-temannya.

Karina meletakkan bawaan budhenya di laci, dia melepas jaket dan tasnya kemudian bersiap menuju kamar mandi. Butuh waktu sekitar 20 menit sampai Karina keluar dari kamar mandi. Dia mengeringkan rambutnya yang basah akibat keramas. Matanya bergerak tak nyaman melihat Hera yang tengah berbenah diri mengingat besok adalah hari terakhir di Jogja.

"Lo tadi keluar sama Jeno kan ya Rin? Dia udah balik belum sih?" Hera mendesah kesal sambil mengemasi bajunya ke dalam koper.

Karina terdiam sejenak, dia memerhatikan Hera yang ada di seberangnya. "Udah ko. Kenapa emang Ra?"

"Gue mau ketemu tapi dia belum bales chat gue ih." Kata Hera cuek. "Gue samperin aja deh."

Karina termenung, dia sedikit tidak paham dengan jalan pikir Hera, sebenarnya Hera ini kenapa sih? Apa yang dia harapkan dari Jeno? Kenapa sampai sengotot ini untuk selalu menempeli Jeno ke mana-mana.

"Ra ga bisa besok aja acara sama Jenonya?" Tanya Karina sopan.

Langkah Hera terhenti, dia menatap Karina penuh tanya. "Maksudnya gimana ya Rin?"

Karina menghela napasnya pelan, berusaha penuh agar tidak emosi di saat yang seperti ini. "Maksud gue, ini kan udah malem, si Jeno juga udah tidur Ra, cape seharian di luar." Jelas Karina berhati-hati karena takut menyinggung perasaan Hera.

"Kan ke luar juga sama lo Rin. Salah gue emang kalo sekarang gue pengen ketemu Jeno?"

"Bukan gitu Ra. Besok kan juga bisa gitu lo maksud gue." Karina memutuskan untuk mengalah karena tak mau berdebat. "Tapi yaudah deh gapapa sekarang kalo emang lagi butuh banget."

Hera tersenyum, bukan jenis senyum manis yang biasa diberikan kepada sesama manusia untuk keramahan, tapi sebaliknya. "Lo kenapa Rin? Takut gue deket-deket Jeno lagi?"

"Aman Ra, tenang aja gue ga akan gimana-gimana kok." Balas Karina tak mau memulai permusuhan.

"Lo ga takut apa Rin?"

"Takut kenapa?"

"Rin sorry banget gue harus ngomong gini ya, gue sebenernya ga enak sama lo, gue kasihan Rin sama lo."

Karina mengangkat satu alisnya bingung.

"Lo tuh ga takut kalo cuma dianggep selingan doang sama Jeno? Lo tahu kan segimananya Jeno ke gue? Gue takutnya lo cuma dijadiin pelarian doang sama Jeno Rin. Ini demi kebaikan lo Rin, gue saranin gausah sama Jeno dulu buat sekarang." Tutur Hera penuh percaya diri dari setiap katanya, namun ekspresi wajahnya benar-benar dibuat seprihatin mungkin untuk meyakinkan Karina akan simpatinya.

Karina tersenyum, "Makasih ya Ra udah khawatir ke gue. Gue apresiasi banget maksud lo bilang kaya gitu ke gue. Tapi Ra gue udah terlanjur sama Jeno sekarang, mau lo kaya gimana juga gue udah sama Jeno. Jadi sorry banget juga ya Ra." Katanya lugas tanpa ada penekanan apapun.

Jeno'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang