Setelah kurang lebih 8 jam perjalanan Jakarta - Jogjakarta akhirnya bus mereka sampai di hotel yang dijanjikan sekolah kualitas bintang 4. Buru-buru Karina yang memang sudah sangat ingin buang air kecil memutuskan untuk keluar dari bus, meninggalkan Jeno yang berusaha membantu teman-temannya yang perempuan mengeluarkan barang-barang yang diletakkan di bagasi atas bus.
"Rin - Rin!" Panggil Jeno berusaha mengejar Karina masuk ke lobi depan hotel.
Karina menoleh cepat, "apaan?"
"Mana sini gue bawain koper lo." Katanya berusaha mengambil alih koper Karina.
"Gausa-gausah, lo bantuin aja temen-temen lo yang lain." Balas Karina sambil menengok anak-anak bergerombol di samping bagasi bus kelas Jeno. Bawaan mereka sudah mengalahi orang yang ingin pindah rumah saking rempongnya.
"Sorry ya..."
"Gapapa, udah ya gue mau ke dalem udah ga kuat."
"Kamar nomer berapa?"
"Gatau kan gue belom dapet ruangan Jeno. Ntar aja gue kabarin yaa, bye!" Balas Karina agak kesal karena lengan jaketnya yang kepanjangan terus-terusan ditahan Jeno agar dia tidak bisa beranjak.
"Yaudah ntar kabarin yaa pokoknya."
Karina mengangguk, dengan cepat dia berbalik namun langkahnya terhenti ketika teringat sesuatu, dia berbalik menatap Jeno yang menatapnya bingung.
"Ini dipake, gerimis soalnya di luar. Bye Jeno." Dengan gerakan lembut Karina memasangkan tudung hoodie Jeno pada kepalanya kemudian menepuk pelan kedua pipi Jeno yang sukses membuat Jeno membeku di tempat. Karina memang tidak bisa ditebak.
"Anjir ni cewek." Umpat Jeno tidak kuasa menahan rasa gemasnya pada Karina.
***
Karina membereskan barang bawaannya setelah selesai menunaikan hajat buang air kecil di kamar hotel. Dia mendapat kamar 309 kamar paling pojok dengan pemandangan perkotaan Yogyakarta. Kaca besar yang langsung menghadap ranjang membuat Karina yakin bahwa kamar ini akan mendatangkan pemandangan pagi yang indah untuk dinikmati.
Dia hanya sendiri di kamar, karena sudah tidak tahan ingin buang air kecil dia tidak memperdulikan siapa yang nantinya akan jadi teman kamarnya selama empat hari ke depan.
Sedang serius menata peralatan mandinya, pintu kamar hotel diketuk membuat Karina mau tak mau membukanya karena access card sudah dia pegang.
"Anjir ga salah kamar kan gue?" Pekik orang itu kaget, kepalanya melengok ke kanan dan ke kiri memastikan dia benar mengetuk kamar hotel.
"Halo, Ira kan ya?" Sapa Karina ramah sambil membuka pintunya lebar-lebar.
"Gue sekamar sama lo Rin?" Tanya Ira masih tidak percaya. Sekamar dengan manusia paling pintar seangkatan membuat Ira lupa diri.
"Lah gatau, daftarnya gimana?" Balas Karina tertawa sambil membantu Ira memasukkan barang-barangnya ke dalam kamar.
"Ini 309 kan ya? Lo sekamar sama siapa dah?" Tanya Ira lagi memastikan, dia takut salah kamar.
Karina tersenyum, dia berjalan menuju ranjang yang bagian dekat kamar mandi karena memang tersedia 2 ranjang ukuran queen size di setiap kamar.
"Iya gue baru sendiri kok. Ada berapa dah per kamar? empat orang kan ya?"
"Iya kali gatau juga gue." Balas Ira ogah-ogahan. Dia duduk di kasur yang sama dengan Karina. "Gue di sini deh ya kalo gitu, ntar tiba-tiba yang dateng anak kelas lain yang ga gue kenal lagi, mampus gue sekasur sama dia." Omel Ira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeno's
FanfictionBukan cerita tentang cowok berandalan yang jatuh ke cewek baik-baik, bukan cerita ketua OSIS yang yang berhasil menaklukkan manusia kurang ajar sesekolahan, bukan juga tentang teman masa kecil yang terjebak friendzone. Hanya tentang Jeno yang pada a...