Karina menatap jengah Haje yang tiba-tiba duduk di depan meja tempat dia makan. Giselle bahkan sudah mendesah kesal ketika mendapati geng Haje sudah duduk seenak jidat di mejanya dan Karina.
"Jangan di sini lah. Masih banyak meja kosong anjir." Kata Giselle sambil mengayunkan sendoknya risih. Dia memang paling anti dengan geng Haje.
"Gue ngikut dia ya." Senyum mengejek Aji sambil melirik Haje yang sudah duduk di depan Karina sambil mencondongkan tubuhnya.
"Katanya hari sabtu kemaren kamu ke IPS 4 ya?" Tanya Haje membuat Karina mau tidak mau mengangkat wajahnya.
"Iya." Balasnya singkat kembali mengaduk mangkok sotonya.
"Lo makan kaga? Gue mau pesen." Haje mendongak menatap Felix yang telah berdiri hendak memesan makanan.
"Samain kayak Karina." Jawab Haje cepat kemudian kembali menatap Karina penuh selidik.
"Lo?"
"Gue samain kek punya Giselle." Kata Aji membuat Giselle bergidik jijik.
"Ngapain ke sono?"
"Balikin barang."
"Ke siapa?"
"Kenapa sih?"
"Jawab aja."
"Jeno."
"Kamu dianter pulang sama Jeno ya?"
Karina mengangguk, malas menanggapi Haje. "Kenapa ga minta anter aku aja sih?"
Karina tersenyum dipaksakan, menatap Haje dengan tatapan yang menyiratkan agar dia berhenti bertanya. "Gapapa Haris."
"Sekarang kamu kalo pulang sama aku aja deh."
Karina memejamkan matanya kesal, mood-nya sedang buruk untuk beberapa hari terakhir, dan semua itu gara-gara manusia bernama Jeno. "Makasih ya Haris, tapi gausah." Balasnya final.
"Kenapa sih sekarang kamu gamau kalo aku anter? Gara-gara Jeno?"
"Yaudah sih orang dianya gamau ini. Maksa banget sih lo!" Balas Giselle inisiatif karena melihat wajah Karina yang sudah sangat kesal.
"Aku biasanya pulang sama Giselle kok. Jadi gapapa gausah dianterin." Karina menutup percakapan mereka dengan berdiri hendak membayar soto yang tadi dia beli. Padahal sotonya masih banyak tetapi sudah terlanjur malas menanggapi Haje.
"Mau ke mana?" Tanya Haje.
"Sel gue ke kelas duluan ya?"
"Gue ngabisin ini bentar ya, laper banget."
Karina mengangguk, "Duluan ya Haris, Aji, Felix." Ucap Karina sambil melambai meninggalkan mereka.
"Temen lo ada hubungan apaan sama Jeno?" Tanya Haje menatap Giselle yang sedang khusyuk menghabiskan makanannya. Memilih bodo amat dengan keberadaan tiga orang di depannya.
"Ini jeno anak band ga sih?" Tanya Aji kemudian menyeruput es teh miliknya.
Giselle mengangguk, "gatau gue."
"Mereka deket? Kok bisa?"
"Ya bisalah lah, emang kenapa ga bisa?"
"Lo bilangin Karina dong gausah deket-deket sama Jeno."
Giselle melirik sinis Haje, "idih, siapa lo nyuruh-nyuruh gue." Balas Giselle nyolot. "Udah gini deh Je, lo kalo suka sama Karina ya jangan berlebihan gitu juga anjir. Aneh banget jadian aja kaga."
Haje terdiam, jujur kalimat Giselle berhasil menohoknya. Selama ini dia suka kepada Karina tapi sedetik pun Karina tidak memberikan balasan yang sama kepadanya. Awalnya dia nyaman dengan hubungan ini, toh Karina juga tidak keberatan, tapi mendengar desas-desus Karina dekat dengan Jeno membuatnya sedikit gelisah. Padahal selama ini selain Karina jika juga memiliki peternakan betina di setiap sudut sekolah bahkan di luar sekolah pun ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeno's
FanfictionBukan cerita tentang cowok berandalan yang jatuh ke cewek baik-baik, bukan cerita ketua OSIS yang yang berhasil menaklukkan manusia kurang ajar sesekolahan, bukan juga tentang teman masa kecil yang terjebak friendzone. Hanya tentang Jeno yang pada a...