Hari yang ditunggu akhirnya datang juga. Besok adalah hari di mana olimpiade tingkat provinsi akan digelar. Sekarang Karina tengah berada di kamar hotel bersama Yaya. Sangat kebetulan sekali memang mereka bisa satu kamar. Karina membuka ponsel membalas pesan orang tuanya. Satu pesan dari Giselle dan satu lagi dari orang yang bisa membuatnya tersenyum saat ini.
Jeno
Udah sampe belum?
Besoknya setelah Jeno meninggalkan Karina tanpa pesan apa pun dan berakhir Karina diantar oleh Naren, Jeno langsung datang kerumahnya dan meminta maaf dengan alasan ada urusan yang tidak bisa ditinggal. Karina yang memang tidak marah pun memaafkan dengan mudah, lagian urusannya juga sudah selesai, tidak perlu dipersulit.
Karina
Udah nih lagi ngantri mandi
Jeno
Sekamar berapa orang Rin?
Karina
Dua orang doang Jen
Jeno
Lo sama siapa?
Karina
Sama temen gue, gatau juga paling lo
Jeno
Gue nggak boleh telpon ya?
Karina tersenyum kembali membaca pesan Jeno. Fokusnya teralihkan karena Suara Yaya menginterupsi. "Hayo, ngapain tuh senyum-senyum?" Goda Yaya yang ternyata sudah keluar dari kamar mandi.
"Lah cepet amat." Karina takjub menyadari kecepatan mandi seorang Yaya.
"Lah ngapain juga lama-lama."
"Ini cepet banget Ya. Mandi beneran ga lo?" Tanya Karina masih takjub sampai melihat menit jam di ponselnya. Hanya 5 menit.
Yaya tertawa, "beneran lah. Ga lihat lo rambut gue basah gini."
"Gila cepet banget anjir." Decak kagum Karina terucap. Dia memang cepat akrab dengan Yaya. Entah karena mereka memiliki kepribadian yang hampir sama atau memang karena senasib sama-sama sendiri dan terlalu malas untuk berkenalan lagi dengan delegasi yang lain.
Yaya hanya tersenyum, melanjutkan kegiatannya untuk mengoleskan berbagai skin care rutin yang dia ambil dari dalam koper birunya. "Anjir lah gue males banget belajar Rin. Kek udah penuh banget otak gue sama rumus, mana matematika angka semua lagi. Dah ga sanggup gue kalo malam ini suruh belajar lagi." Decak kesal Yaya membuat Karina mengangguk samar.
"Gue juga udah pasrah Ya. Nggak tahu deh pusing banget gue."
"Gatau deh itu kemaren gimana gue bisa peringkat satu anjir. Kek, ya Allah beneran lo mau ngirim orang modelan kayak gue buat olim mate?!"
Karina tertawa mendengar keluhan Yaya. Dia berdiri untuk mengambil handuk dan baju ganti yang berada di kopernya. "Tapi jujur sih gue berharap banget buat bisa ke nasional." Kata Karina membuat Yaya berdecak kagum lewat tatapannya. Karina ini sudah cantik, positive thinking on point, ceria, baik, tidak mudah putus asa, jarang mengeluh lagi. Benar-benar definisi perempuan kartini.
"Kalo gue sih pulang tanpa ada cacat mental juga udah Alhamdulillah Rin."
Karina tertawa mendengar candaan Yaya. "Idih amit-amit sih." Kemudian berlalu menuju kamar mandi.
"Eh berarti lo sesekolahan sama Jeno kan ya?"
Karina yang hendak masuk ke kamar mandi pun berhenti dan menatap Yaya penasaran. "Kenal lo sama Jeno?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeno's
FanfictionBukan cerita tentang cowok berandalan yang jatuh ke cewek baik-baik, bukan cerita ketua OSIS yang yang berhasil menaklukkan manusia kurang ajar sesekolahan, bukan juga tentang teman masa kecil yang terjebak friendzone. Hanya tentang Jeno yang pada a...