"Tar Tar berhenti berhenti!" Karina menepuk-nepuk pelan bahu Tari yang sedang mengendarai motornya.
"Apaan lagi dah?" Mentari bertanya kesal. Masalahnya dia sampai ngerem mendadak dan helmnya juga geser posisi gara-gara gerakan Karina yang mengagetkan.
Karina turun dari motor Tari. "Eh lo balik dulu aja deh. Gue mau bareng Naren." Ucap Karina membuat Mentari kebingungan.
"Kenapa emang?" Tanyanya takut Karina merasa tersinggung dengan obrolan mereka beberapa saat lalu.
"Gue kan tetanggan ama dia. Lo balik duluan aja. Sekalian gue mau ngobrol ama Naren."
Mentari ber-oh ria. "Oh iya ya lo ama dia kan tetanggaan." Katanya merasa lega. "Oke deh gue balik duluan kalo gitu."
"Iya ati-ati yaa."
Mentari hanya mengangguk samar. "ATI-ATI GUE BILANG, JANGAN NGEBUT LO!" Teriak Karina was-was karena Mentari tipe orang yang kalau lagi bad mood kecepatan motornya akan bad attitude.
"IYA YA ALLAH! DENGER ANJIR KARINA!" Balasnya ikut berteriak sambil berlalu meninggalkan sekolahan.
Setelahnya Karina diam. Dia menguatkan niat untuk datang menghampiri Naren yang terlihat sedang duduk bergurau dengan teman-teman basketnya.
Sebenarnya dia hanya mencari teman curhat, dan menurutnya Naren adalah satu-sau orang yang tepat karena Naren mungkin merasakan apa yang dia rasakan. Sebenarnya dia bisa saja curhat dengan Mentari. Sayangnya Mentari terlalu tempramental. Saran satu-satunya yang dia berikan hanya menjauh dari Jeno tanpa memberikan solusi yang berarti.
Dia tahu, masalah Jeno bukan masalah yang bisa saja selesai sekali waktu. Bisa pun pasti akan menyimpan banyak korban sakit hati pada akhirnya. Bukan maksud Karina ingin ikut campur masalah Jeno dan Hera, tapi dia hanya ingin membantu. Toh dia juga sudah menjelaskan ke Jeno kalau pun mereka pada akhirnya tidak bersama dan Jeno akan memilih Hera, Karina tidak apa-apa. Dia benar-benar ingin membantu karena masalah ini akan berakibat buruk bukan hanya tentang Jeno dan Hera, tapi tentang lingkungan pertemanan mereka. Melihat reaksi Mentari tadi tidak menutup kemungkinan banyak orang yang juga akan menjadi korban termasuk Naren dan dia mungkin?
Dia berjalan mendekat menuju gerombolan anak basket. Mereka duduk melingkar sehingga hanya beberapa orang yang kebetulan menghadap Karina yang bisa melihat Karina berjalan kearahnya. Salah satu dari mereka tersenyum membuat Karina ikut tersenyum menyapa. Hal itu membuat gerombolan anak basket menoleh secara bersamaan.
"Karina?" Haje dan Naren bersamaan memanggil.
"Hai." Karina tersenyum melambai ke mereka.
Haje lebih dulu berdiri, "ngapain?" Tanyanya.
"Mau ada perlu sama Naren." Mendengar itu Naren pun berdiri.
"Parah lo Ren. Inceran gue ini." Kata Haje dengan lawaknya.
"Sorry ya Je, doi maunya ama gue, gimana dong?" Balas Naren tertawa dan menghampiri Karina. "Kenapa Ka Karina?"
Karina tersenyum, udah gila emang Naren! "Eh gue mau balik bareng boleh ga Ren?" Tanyanya kemudian.
"Boleh dong. Tapi gue ada latihan sampe sore ga papa emang?" Tanya Naren memastikan.
Karina tersenyum mengangguk, "Iya ga papa?"
"Bareng gue aja apa Rin? Kalo iya gue anterin sekarang." Ucap Haje mengundang cemoohan dari anggotanya.
"Lah lo balik kita balik lah gila." Ucap Aji semangat.
"Ntar gue balik lagi sih anjing lo ribet banget." Balas Haje kesal.
"Pokoknya lo pergi dari ni lapangan. Gue follow." Kata Aji dengan tengilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeno's
FanfictionBukan cerita tentang cowok berandalan yang jatuh ke cewek baik-baik, bukan cerita ketua OSIS yang yang berhasil menaklukkan manusia kurang ajar sesekolahan, bukan juga tentang teman masa kecil yang terjebak friendzone. Hanya tentang Jeno yang pada a...