8

3.3K 498 19
                                    

Seminggu ini Karina sibuk dengan segala persiapannya menghadapi olimpiade. Para delegasi dari sekolahnya hanya diberi waktu sekitar dua minggu sebelum olimpiade tingkat kota di mulai. Karina tidak boleh kalah untuk kali ini, kelas 10 kemarin dia berhasil menyabet juara 2 se-kota dan kali ini dia ingin lebih. Bukan untuk siapa-siapa, tapi untuk dirinya sendiri. Da ingin mewakili kotanya menuju provinsi dan jika boleh berharap dia ingin mewakili provinsinya untuk maju ke tingkat nasional.

Karina menghembuskan napasnya lelah, dia memejamkan matanya mengusir penat, dia menyisir sekelilingnya dan semua orang tengah sibuk dengan soal latihannya masing-masing. Sudah terhitung empat hari sejak kelas pembinaan ini di mulai, yang berarti Karina dan siswa lain yang berperan sebagai delegasi harus pulang lebih lambat dari yang lain. Untungnya kelas bimbingan untuk anak kelas 12 juga sudah di mulai berkaitan dengan persiapan menuju ujian nasional dan mendaftar ke universitas sehingga semua anak kelas 12 juga diharuskan pulang lebih sore dari biasanya.

Karina tidak kuat, sejak istirahat kedua tadi dia belum makan sama sekali karena malas ke kantin. Alhasil perutnya keroncongan meminta diisi. Setelah meminta izin kepada guru piket yang menunggu, Karina bergegas menuju kantin yang masih buka karena banyak kelas 12 yang meminta kepada pihak sekolah. Kelas ini memang lebih fleksibel, asalkan mereka hadir dan mengerjakan latihan soal, selebihnya diserahkan kepada setiap kepala, mau makan, minum, mendengarkan musik, asal mereka paham apa yang mereka kerjakan.

Karina menyisir isi kantin dan bersyukurnya kedai soto langganannya masih buka. Dengan tergesa dia bergegas untuk memesan.

"Karina!" Baru mau duduk di meja dekat kedai, suara Hera terdengar membuat Karina menolah. "Sini." Hera melambai dengan semangat.

Karina tersenyum sebagai balasan, meja Hera terlihat cukup ramai, dan tentunya ada Jeno di sana. Beberapa hari terakhir Karina mulai melupakan kalau dia tengah menaruh perhatian kepada Jeno karena fokusnya terhadap olimpiade. Tapi karena Hera memanggil dan semua orang yang duduk di sana terlanjur menatapnya, mau tak mau Karina mengangguk dan berjalan menghampiri meja yang berada di pojok kantin tersebut.

"Hei." Sapanya ramah sambil meletakkan nampang berisi soto dan minumannya.

"Kok lo masih di sekolah sih?" Hera yang kelewat semangat sedari tadi langsung melempar pertanyaan kepada Karina. Ah padahal Karina hanya ingin makan dengan tenang dan kembali ke kelas.

"Olimpiade bukan Rin?" Suaranya tertahan karena Jeno yang telah menjawab pertanyaan tersebut. Karina menatap Jeno terang-terangan. Sedikit kesal, tapi dia tidak berhak kesal. Lagian siapa Karina?

"Ih sumpah?! Ikut apaan?"

"Kimia bukan?" Jeno menjawab sekaligus bertanya.

Karina tersenyum dan mengangguk, "Iya." Jawabnya cepat dan mulai mengaduk sotonya. Tidak sabar ingin makan.

"Ih sumpah keren banget sih. Gue kemaren ikut geografi ketolak." Kata Hera terkikik membuat Karina sedikit tertarik.

"Oh iya?" Ucapnya sedikit kaget. Setahu Karina Hera termasuk golongan anak pintar di peminatan IPS. Dia juga masuk kelas paralel IPS kalau Karina tidak salah ingat.

"Iya. Bego banget kan?"

"Gapapa kan udah usaha. Lagian si Refani juga ga lolos kan ya." Kata Haekal dengan senyum mengejek ke Refani.

"Kenapa lagi dah ni bocah." Balas Refani lelah.

"Gapapa itu mah cuma untung-untungan doang." Karina coba menghibur. Dia menyendok sotonya yang terlihat masih panas. Bodo amat yang penting bisa segera kembali ke kelas.

"Cape banget apa Rin?" Tanya Jeno tiba-tiba membuat Karina mendongak, menatap Jeno heran.

"Lumayan." Ucapnya sambil tersenyum.

Jeno'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang