30

2.6K 302 17
                                    

Sambil menenteng jaket berwarna sage miliknya, Karina berdiri memantau Hiji yang tengah melaksanakan PLS hari pertama. Dia meringis melihat tinggi badan Hiji yang di atas rata-rata dari teman-temannya yang lain. Kulitnya putih dan bajunya kelewat rapi akibat ketentuan PLS yang membuatnya panik sedari pagi.

"Ini ada plonco-ploncoan ga sih sekarang?" Tanyanya pada Jeno yang sibuk bermain game diponselnya.

"Ga lah kan kemaren juga ga Rin." Balas Jeno seadanya. Dia nyaman bersandar pada tembok kelas 11 IPA 2 yang menghadap langsung ke lapangan utama tempat anak kelas 10 PLS.

Sebenarnya bukan hanya mereka berdua yang sedang menonton murid baru di sekolah. Hampir semua penghuni sekolah juga tertarik dengan wajah-wajah baru yang akan memasuki ruang mereka. Oleh karena itu tidak heran banyak kakak kelas nongkrong sekalian caper di depan-depan kelas. Sebut saja Haekal.

"Ini udah siang banget lo Jen. Masa daritadi pemaparan materi mulu. Aula segede gaban kaga di pake apa?" Tanya Karina sedikit gelisah karena kulit Hiji sudah mulai memerah akibat kepanasan. Memang Hiji memiliki kecenderungan kulit memerah dan iritasi dengan cepat apabila terpapar matahari terlalu lama.

Jeno menghela napasnya lelah. Dia menghentikan permainan di ponselnya. "Kenapa si Hiji udah kliyengan?"

Karina menoleh dramatis, tatapannya tajam melihat Jeno. "Ya ga Hiji aja noh lihat beberapa anak juga udah engap anjir."

Jeno tertawa, hari ini entah kenapa Karina terlihat sangat cantik. Biasanya memang cantik cuma hari ini dia terlihat lebih dari sekedar cantik. Rambut panjangnya sedikit berwarna biru, entah diapakan Jeno juga kurang paham. Awalnya rambutnya lurus menjuntai, tapi sekarang dibuat agak bergelombang. Belum lagi bando kecil warna biru tua yang menancap sempurna di kepalanya. Manis dan cantik. Entah Jeno juga bingung mendeskripsikannya.

"Lo tuh... HIH!" Jeno menangkup kedua pipi Karina. Menyalurkan rasa gemasnya kepada cewek didepannya itu.

"Kotor njir!" Karina menepuk pelan tangan Jeno. Tak lupa sungut marah masih tercetak jelas di wajahnya.

"Udah gede adek lo gausah bingung gitu ah."

Karina berdecak. "Belom tau aja lo paniknya Hiji pagi-pagi timbang kerahnya ga sengaja lecek gue tarik."

Jeno tertawa, tatapannya menyisir Haekal dan teman-temannya yang entah tengah melawak apa sampai tertawa terpingkal di depan kelas lamanya. Maklum kelas lama, soalnya udah naik kelas 12.

"Ngakak si Haekal lagi caper pasti." Tutur Jeno membuat Karina mengalihkan tatapannya pada Haekal dan segerombolan anak kelas 12 IPS yang tengah tertawa terpingkal di depan kelas lama Jeno.

"Caper ke siapa?"

"Anak-anak baru lah."

"Emang ada yang cantik?"

Jeno menatap Karina heran. "Ya gatau kan gue ga caper."

"Kalo dari lo ada yang cantik ga anak kelas 10?"

"Ga ada."

"Belom dilihat, coba dilihat dulu." Paksa Karina menolehkan kepala Jeno kepada barisan anak kelas 10 yang sedang PLS.

"Apaan sih."

"Cuma pengen tahu doang. Ada ga?"

Terpaksa Jeno memperhatikan semua wajah-wajah baru yang ada di sana dan tatapannya berhenti pada anak paling tinggi dengan rambut panjang menjuntai. Sebenarnya bukan karena dia paling cantik atau menarik hati, hanya saja itu anak paling tinggi sehingga sedikit mencolok dari yang lain.

"Ga ada."

"Ada tadi lo ngeliatin yang itu kan. Putih dia cantik banget, tinggi lagi."

"Tinggi doang."

Jeno'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang