5

3.7K 568 44
                                    

Jam dilengannya menunjukkan angka 4 kurang. Langkahnya yang pasti tapi pelan membawanya menuju gerbang depan. Karina terpaksa harus pulang sore hari ini karena menunggu pengumuman seleksi olimpiade yang diikutinya dan bersyukurnya dia lolos di mata pelajaran kimia.

"Karina!" Bu Wiwik guru sejarah memanggilnya.

Karina menoleh sambil tersenyum sopan dan menghampiri gurunya tersebut yang juga tengah tergopoh menghampirinya. "Kamu udah mau pulang ya?"

"Iya Bu, ini mau nyegat angkot."

"Ibu bisa minta tolong sebentar nggak Rin?"

Karina mengangguk semangat, "boleh Bu silahkan."

"Tolong kamu panggilkan anak musik satu aja ke sini ya. Soalnya mereka saya chat nggak ada yang bales. Bandel banget emang."

Karina mengangguk, "di ruang musik kan ya Bu?"

"Iya Rin, minta tolong suruh menghadap saya di ruang guru sekarang."

"Baik Bu." Kata Karina sambil dan berjalan menuju ruang musik yang berada di belakang sanggar sekolah.

Sampai di ruang musik dia bingung sendiri. Pintunya tertutup dan tidak terdapat tanda kehidupan di sana. Ini beneran Bu Wiwik nggak mungkin lagi ngerjain dia kan? Batinnya bingung. Pelan, dengan sangat pelan dia mengetuk pintu yang dipastikan di dalamnya adalah ruang kedap udara tersebut. Satu kali, dua kali, sampai tiga kali pun belum ada sahutan dari dalam. Oke, Karina menyerah, daripada dia kembali tidak mendapat angkot lebih baik dia segera ke ruang guru dan mengabarkan kalau tidak ada satu manusia pun di ruang musik.

Baru dua langkah berjalan, pintu tersebut terbuka membuat Karina berbalik. Jeno! Sumpah seminggu ini dia mati-matian menemukan atensi Jeno yang sulit sekali dicari keberadaannya dan lihatlah sekarang, takdir mempermainkannya. Pertemuan terakhir kemarin Karina benar-benar pulang naik angkot, sudah jelas Jeno pasti tidak mau mengantarnya, siapa Karina sampai Jeno rela meluangkan waktu untuk mengantarnya.

"Jeno!" Pekiknya sedikit terkejut dan tidak percaya.

Begitu pun Jeno yang kaget melihat Karina berdiri seorang diri di depan ruang musik. "Kenapa Rin?" Tanyanya kemudian.

"Tadi gue disuruh Bu Wiwik katanya anak musik satu aja suruh nemuin beliau di ruang guru." Jelas Karina sambil kembali mendekat ke Jeno yang berdiri di depan pintu musik yang telah di buka.

"Oh iya?" Balas Jeno sedikit heran. Dia mengeluarkan HP-nya dan benar ada chat dari Bu Wiwik di grup yang belum dia baca. "Oh iya ini doi nge-chat." Katanya terkekeh. Bu Wiwik adalah guru Pembina untuk ekskul musik, tidak heran banyak anak musik yang akrab dengan beliau.

"Yaudah kalo gitu gue balik ya Jen."

Jeno mengalihkan pandangannya dari HP ke Karina. Sabtu kemarin dia sudah inisiatif menghampiri Karina di depan sekolah namun sayangnya Karina sudah tidak ada, mungkin sudah naik angkot duluan. Sedikit menyesal sebenarnya. Kenapa tidak langsung dia iyakan saja celotehan teman-temannya yang menyuruhnya mengantar Karina.

"Naik angkot Rin?"

"Iya mumpung masih jam segini nih." Karina yang hendak melangkah kembali menaruh perhatiannya ke Jeno.

Jeno manatap Karina, sedikit ragu tapi dia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. "Mau bareng nggak? Gue sekalian ada perlu sama Naren." Alibi doang, dia sebanarnya tidak ada perlu apa-apa dengan Naren. Gampang lah nanti urusan belakangan itu.

Karina balas menatap Jeno, melihat wajah Jeno sedikit lebih lama dari yang biasanya dia lakukan, menatapnya terang-terangan tanpa harus curi-curi pandang seperti biasanya. "Gapapa emang?"

Jeno'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang