Hujan gerimis menjadi pengiring berakhirnya wisata di candi prambanan. Romobongan sekolah Karina dan Jeno bergegas memasuki bus masing-masing agar terhindar dari basahnya air hujan.
Berbeda dengan yang lain, Karina justru memilih berteduh di salah satu warung dekat parkiran bus. Pandangannya mengarah pada gerombolan Jeno dan teman-temannya. Dia menghela napasnya lelah. Selama berwisata di Jogya, Hera benar-benar menempeli kemana pun Jeno dan teman-temannya pergi. Hal itulah yang membuat Karina merasa terasingkan karena kadang obrolan mereka sering tidak bisa ditangkap oleh Karina.
Jeno sebenarnya sudah berkali-kali juga mencoba melepas diri dari teman-temannya agar bisa sedikit berjauhan dengan Hera namun Karina melarang. Tujuan wisata adalah bersenang-senang bersama teman, kalau Jeno hanya terpaku bersama Karina itu sama saja dengan mengekang Jeno dan membatasi kebahagiaan Jeno selama berwisata. Oleh karena itu Karina memilih untuk mengalah. Ya, walau pada akhirnya dia yang merasa kesepian. Waktunya bersama Jeno hanya sebatas duduk di kursi bus selama perjalanan, setelah sampai di tempat wisata maka mereka akan terpisah lagi.
"Ngapain ga masuk?" Jeno datang menghampiri Karina. Sedari tadi dia mencari-cari kekasihnya itu. Selama di Jogya terlihat sangat murung, bahkan lebih murung dari hari-hari selama di sekolah.
"Gue abis ini mau ke rumah Pakdhe, boleh ga ya?" Izin Karina mengeratkan jaket berwarna putih polosnya.
Jeno menyipitkan matanya sedikit, "Pakdhe itu abangnya Ayah kan?"
Karina mengangguk, matanya menatap rambut Jeno yang mulai basah terkena rintik air hujan. Dia menarik Jeno mendekat kepadanya dan mengusap kepala Jeno untuk menghilangkan rintik air hujan di rambuntnya. "Nanti izinin ya."
"Gue ikut aja deh." Kata Jeno menggenggam tangan Karina. Ikut merasakan betapa dinginnya tangan Karina. Menyalurkan rasa bersalahnya karena terkesan sering meninggalkan Karina sendiri ketika di Yogya.
Karina menatap Jeno lama, senyum muncul dibibirnya. "Ngapain?"
"Mau ikut aja. Sumpek aku diikutin Hera mulu."
Karina tertawa, "Sumpek apa sumpek? Tuh ditungguin tuh." Keduanya melirik Hera yang sedang menunggu di pinggir bus menatap mereka berdua dengan penasaran.
Jeno mengusak kepala Karina pelan, "gausah mulai deh."
Karina tertawa, menggenggam kembali tangan Jeno yang tadi sempat terlepas. "Iya maap. Emosian banget sih."
"Ya elo sih, dah tau gue ke sini pengen pacaran sama lo, tau-taunya malah disuruh ngintilin temen-temen gue."
Karina tersenyum lagi, "ya daripada kalo ada gue jadi canggung kan. Niatnya tour kan mau healing bareng temen-temen lu Jen. Jangan sampe gara-gara gue, lu ngerasa terbebani."
"Siapa siiiihhh yang terbebani, bawel ah." Jeno mencubit bibir Karina pelan. "Lo tuh sekarang suka overthingking mulu kesel gue."
Karina hanya tertawa mendengar lontaran dari Jeno. "Lo sumber overthingking gue anjir."
Jeno tertawa mendengar balasan Karina. "Yaudah maap sih cantik."
Karina mendengus, "temenin izin dong ke Pak Maghfur."
"Gue ikut ya gapapa kan?"
"Boleh tapi jangan kaget kalo lo dibantai ama Pakdhe gue."
Jeno sedikit membelalak bingung, "maksudnya?"
"Pakdhe gue galak!" Kata Karina kemudian berlari mendekat ke Pak Maghfur yang sedang memantau anak muridnya di samping bus.
***
"YA ALLAH NDUK! KARINA PAK, KARINA TEKO, MAHEN ADEKMU TEKO." Teriak Budhe Karina ketika Karina baru saja turun dari taxi online yang dia tumpangi bersama Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeno's
FanfictionBukan cerita tentang cowok berandalan yang jatuh ke cewek baik-baik, bukan cerita ketua OSIS yang yang berhasil menaklukkan manusia kurang ajar sesekolahan, bukan juga tentang teman masa kecil yang terjebak friendzone. Hanya tentang Jeno yang pada a...