24

2.6K 350 25
                                    

Hiruk pikuk suasana kelas 11 IPA 1 memanglah tak seramai jika dibandingkan dengan ruang kelas lainnya. Liburan kenaikan kelas sebentar lagi akan dimulai dan siswa kelas 11 sedang dihebohkan dengan kabar study tour yang akan dilaksanakan di hari kedua liburan semester di mulai. Inilah yang menjadi alasan semua kelas sedang sibuk berbincang mengenai kemungkinan tempat wisata mana yang akan di pilih.

"Anjir nih sumpah gue ga nyangka gue masih masuk kelas paralel lagi bangke!" Umpat Giselle karena nilai rapotnya melonjak naik ke peringkat 21 paralel sekolah. Itu tandanya tahun depan dia masih bertahan di kelas yang sering membuatnya merasa tertekan itu.

Karina tertawa sambil memandangi brosur tempat wisata yang beberapa waktu tadi disebarkan oleh dewan guru. "Bersyukur kek."

"Mana ada, makin stres gue di kelas ini."

"Aturan pas ujian kemaren lo salahin aja semua aja biar pindah kelas."

"Ya gila aja, bisa dibunuh gue sama emak gue."

"Yaudah berarti terima aja. Lagian apa salahnya sih, lo pinter ini anjir." Ucap Karina kesal.

Rapot semester genap memang baru diberikan kemarin, dan luar biasa sekali Karina masih menjadi peringkat pertama paralel sekolah. Juara bertahan 2 tahun berturut-turut. Nilai Jeno yang diperkirakan akan naik dan bisa masuk di kelas paralel terpaksa pending karena dia hanya berada di rangking 40 paralel sekolah, sedangkan yang diambil untuk paralel utama kelas unggulan IPS hanya 30 anak, secara otomatis Jeno gagal masuk dan menyebabkan dia galau berkelanjutan.

Giselle berdecak kesal mendengar balasan Karina. Tatapannya beralih pada kertas brosur yang ada di mejanya. "Apaan nih Bali, Bandung, Yogyakarta? Dih deket banget!"

Karina tersenyum kecil mendengar omelan Giselle, "lo maunya ke mana? Arab? sekalian umroh aja lo."

"Dih kalo ke sini mah gue udah pernah semua kali!"

Karina mendesah pasrah, "yaudah gausah ikut sih asli lo nyebelin banget hari ini ngomel-ngomel mulu anjir."

Mendengar itu pun Giselle tertawa, "ya maap, namanya juga lagi kesel."

Hendak menimpali kembali ucapan Giselle namun ponsel Karina bergetar menandakan adanya panggilan masuk.

"Halo, napa Jenong?"

"Yang sopan kek ama calon suami!" Protesnya.

"Kenapa Mas Jeno?"

Tawa dari seberang membuat Karina tersenyum, "Lo milih mana nih Rin?"

"Bali deh kayaknya."

Jeno tertawa renyah mendengar jawaban Karina. "Dih kok Bali sih? Hoodie yang kemarin kita mau beli anjir."

Mendengar itu pun Karina ikut tertawa. Kemarin memang Jeno menawari Hoodie semi couple kepada Karina karena ada temannya yang kebetulan sedang open pre-order dan Karina lumayan tertarik dengan motifnya. "Oalah, ngobrol dong." Katanya sambil tertawa. "Yang apa ya Jen? Lo ke sini deh, ngapain telpon sih? Jamkos ini."

"Mager njir, di telpon aja sih."

Karina terdiam sebentar, berpikir. "Gue ke kelas lo boleh ga?" Tanyanya ragu. Memang bukan menjadi rahasia lagi mengenai kedekatan Karina dan Jeno akhir-akhir ini, tapi hanya segelintir orang yang tahu mengenai status mereka. Dan selama ini pun Karina cenderung jarang ke kelas Jeno, hampir tidak pernah malah, karena Jeno yang selalu inisiatif menghampiri Karina.

"Beneran nih mau? Ntar takut diceng-cengin lagi."

"Dih ga mau deh."

"Ga papa kali Rina, kan udah pada tau juga semua."

Jeno'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang