Di tempat yang sama, waktu yang sama, dengan kondisi yang berbeda, Jeno tengah asik bermain bersama teman-temannya yang lain. Saking asiknya, dia sampai lupa ada Naren dan Haekal bersama satu member tambahan yaitu Hiji yang sedang berpeluh-peluh menyiapkan hidangan. Dia juga sampai lupa ada Karina yang bisa membuatnya bersemangat sampai seperti ini.
"Cewek lo akrab banget Jen sama Naren. Tumben ga cembokur, biasanya liat Naren ama Hera aja kebakaran lo." Tegur salah satu orang di sana membuat Jeno mengalihkan tatapannya pada Karina dan Naren. Sedangkan yang lainnya menatap Hera yang kini sudah berdiri kaku ditempatnya.
"Iyalah orang tetanggaan." Jawab Jeno tidak mau terpancing emosi. Lagian dari awal Karina memang sudah akrab dengan Naren.
Tapi ketika dipikir lebih lanjut, pada akhirnya Jeno gelisah juga. Karina dan Naren benar-benar terlihat akrab. Karina bahkan tak sungkan kontak fisik dengan Naren tanpa adanya balasan penuh nada risih. Walaupun hanya sekedar memukul pelan atau menjorok pelan karena reflek akibat tertawa, tapi mampu mengganggu pikiran Jeno.
"Gue udahan deh."
"HIYAA CEMBOKUR SI JENONG!!!" Sorak penuh ejekkan mengiringi Jeno yang mulai beranjak mendekat ke Karina dan teman-teman masaknya.
"Napa lo?" Tanya Naren bingung melihat kelakuan Jeno yang mendorongnya pelan untuk menjauh. Dia ingin duduk di samping Karina.
"Minggir lo, gue mau duduk samping Karina." Balasnya ketus membuat Naren dan semua yang ada di sana bingung.
Naren bergeser, mengalah untuk menyediakan ruang bagi Jeno duduk di samping Karina. "Apa sih Jen. Orang masih luas ini." Kata Karina kesal. Masalahnya dia tidak enak kepada Naren. Belum lagi Haekal dan Hiji juga sedang menyaksikan.
"Eh itu minumnya sisain dikit Rin yang ga dikasih es batu. Gue ga suka soalnya." Pinta Naren dibalas anggukan oleh Karina.
"Punya gue es batunya banyakin ya Rin. Jangan di campur sama yang lain. Pisahin juga kayak punya Naren."
Karina menatap Jeno jengah. Kenapa lagi kali ini? Dia benar-benar tidak paham dengan kelakuan Jeno. Sampai sekarang pun dia masih bingung bagaiman harus menyesuaikan dengan tingkah Jeno yang berubah-ubah bahkan dalam hitungan jam.
"Cemburu anjir dia mah. Lo turutin aja Rin daripada kenapa-napa." Tutur Refani, ternyata gerombolan yang sedang bermain tadi sudah beranjak mendekati tempat mereka.
Karina mendongak kaget, merasa canggung saat melihat anak-anak IPS sebanyak ini mendekatinya dan berkumpul di sekelilingnya. Belum lagi Jeno yang semakin merapatkan diri kepadanya. Dia sampai mendelik kepada Jeno yang sayangnya tidak digubris sama sekali.
Karina melirik sekitar, Naren terlihat seperti biasanya, tidak peduli padahal secara tidak langsung dia juga menjadi tokoh utama dalam sesi ini. Matanya melirik Hera yang kebingungan mencari tempat duduk yang tepat, kemudian bergulir menuju Hiji yang untungnya sedang asik bercanda dengan Haekal entah mengobrol tentang apa. Kali ini dia berterima kasih kepada Haekal. Mungkin Haekal juga paham kondisinya akan seperti ini.
"Eh duduk sini Ra, gue mau ke bawah ambil air putih." Tawar Karina merasa tidak nyaman juga di situasi seperti ini. Mungkin Hera juga sungkan akan duduk di samping Naren yang kebetulan kosong. Mungkin mereka belum berani saling mengobrol satu sama lain. Mungkin, Karina juga tidak tahu.
"Ga papa Rin?" Tanya Hera ragu-ragu. Semua mata tengah memandang mereka semua. Kecuali Naren, Haekal, dan Hiji.
Karina berdiri cepat, "sok ga papa gue turun bentar ya. Air putihnya tadi abis di minum adek gue. Sorry ya." Katanya menatap sungkan ke mereka yang ada di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeno's
FanfictionBukan cerita tentang cowok berandalan yang jatuh ke cewek baik-baik, bukan cerita ketua OSIS yang yang berhasil menaklukkan manusia kurang ajar sesekolahan, bukan juga tentang teman masa kecil yang terjebak friendzone. Hanya tentang Jeno yang pada a...