0.19

3.6K 292 47
                                        

-selamat membaca-



'PLAAKK'

Suara nyaring berasal dari pertemuan antara tangan heeseung dengan pipi mulus jongseong. Jongseong kembali terlonjak kaget ketika tangan suaminya mencengkram erat bahu kanannya dan mendorongnya sampai dinding kama

"AKU SUDAH BILANG JANGAN PERNAH INJAKKAN KAKI MU DI KAMARKU SIALAN"

Nafas geeseung memburu, wajahnya total memerah karena emosinya sudah dalam batas maksimum. Kertas yang di pegang jongseong sudah jatuh tergeletak di atas lantai.

"BAJINGAN KENAPA KAU MENYENTUH BARANGKU"

"PARK JONGSEONG SIALAN JAWAB AKU"

Jongseong sudah menangis dari tadi. Untuk saat ini heeseung benar-benar terlihat sangat menyeramkan. Jongseong menatap matanya, mencari setitik rasa khawatir untuknya. Namun nihil, tidak ada sama sekali. Mata itu hanya tertutupi rasa kesal, marah, dan kecewa. Jongseong takut sekarang..

"Kenapa kau kembali kesini? Bukankah appa mu melarangku bertemu denganmu. Aku sudah senang dengan kau pergi, tapi kenapa kau bisa ada disini?"

"A..ak-"

"Sumpah jongseong aku sangat muak denganmu"

Tidak tau lagi kata apa yang mempu mendeskripsikan jongseong sekarang. Sedikit kecewa dengan dirinya sendiri yang memutuskan kembali kesini. Namun segera ia kubur dalam-dalam dan kembali ketekad awalnya untuk tetap disini

"M..maaf"

'PLAAK'

"BODOH!! Keluar dari kamar ku dan jangan pernah kembali kesini lagi"

Heeseung menyeret kerah baju jongseong kasar. Melemparkan tubuhnya keluar dari kamarnya persis seperti majikan yang menyeret anjing peliharaannya.

Sepertinya rasa kemanusiaan heeseung untuk jongseong sudah hilang.

'BLAM' pintu tertutup dengan keras

'Aku akan bertahah sampai waktuku habis'

.
.
Heeseung merebahkan tubunya di atas kasur yang beberapa hari ini tidak dilihatnya. Masih mencoba mengontrol emosinya yang sulit dekendalikan saat bertatapan dengan jongseong. otak heeseung langsung memanas hanya karna mendengar nama suaminya.

Seakan lupa dengan pesan appa jongseong lima hari yang lalu. Dua jam mengoceh dan tidak heeseung dengarkan. Miris sekali.

"shit"

Ratusan kali heeseung mengumpat juga tidak membuat otaknya kembali dingin. Hanya bayang-bayang wajah jongseong yang ia lihat

"Pergi dari otakku bangsat"

Heeseung memukuli kepalanya sedikit kuat, berharap cara itu dapat menghilangkan wajah jongseong

Beberapa puluh menit heeseung hanya memandangi langit-langit kamarnya. Matahari yang tadinya menyinari bumi pun perlahan sudah tergeser

"Apa aku terlalu kasar?"

Mohon dicatat bahwa heeseung tidak menyesal. Tidak. Sama sekali tidak.

"Bodo amatlah" itu bukti bahwa heeseung tidak menyesal.

Heeseung turun kedapur. Ternyata hanya berdiam diri membuat perutnya lapar juga. Namun langkahnya terhenti saat melihat sosok suaminya sedang menata makanan di meja makan. Sesekali mengusap wajahnya sendiri entah karena apa.

Jongseong mendongakkan wajahnya saat menyadari ada orang lain di sekitarnya. Tanpa sadar tatapan mereka bertemu, hanya sepersekian detik karena jongseong langsung memutusnya

'Dasar cenggeng'

"Makan malam sudah siap" ucap jongseong dengan senyum diwajahnya. Senyuman dengan mata yang terus mengeluarkan air mata.

Tanpa menunggu jawaban dari heeseung, jongseong segera meninggalkan tempat itu. Sangat paham bahwa heeseung tidak ingin melihat wajah menyedikannya

Jika bertanya kemana para maid? Mereka sudah diberhentikan heeseung, karena berfikir jongseong benar-benar akan pergi waktu itu. Lagi pula jika bukan karena disuruh appa nya dengan alasan agar jongseong ada yang membantu, heeseung tidak sudi memperkerjakan mereka. Ya saat ini mereka hanya tinggal berdua saja

Nancy? oh jangan tanyakan dia, heeseung saja tidak tau.

Heeseung memandang makanan di atas meja. Itu semua makanan favoritenya. Untuk sejenak heeseung melupakan hal yang menganggu pikirannya dan memakan masakan jongseong dengan lahap

Jongseong tersenyum di balik tembok pembatas antara ruang makan dengan ruang tamu. Melihat heeseung memakan masakannya dengan lahap membuat perasaannya sedikit lega.

'Tuhan, biarkan aku melihat ini lebih lama lagi'

🌟⭐🌟

Sunghoon berjalan menyusuri lautan manusia berpakaian minim. Beberapa orang memandangnya lapar. Tak heran memang sunghoon selalu menjadi pusat perhatian karena parasnya yang tampan. Bahkan seorang jalang terang-terangan mengodanya tadi. Walau akhirnya ditolak mentah-mentah oleh sunghoon

Sunghoon mendudukkan dirinya di kursi berhadapan langsung dengan bartender yang sibuk dengan beberapa botol di tangannya

"Pesan ap-"

"CHOI SOOBIN" Sunghoon

"Astaga"

"Oh prince.."

Mereka bersalaman canggung. Beberapa tahun tidak bertemu membuatnya merasa kembali asing. Ditambah semasa SMA dulu mereka kurang akrab, bisa dibilang mereka adalah rival

Sebenarnya bukan mereka rival yang sesungguhnya, hanya mereka berada pada sisi berlawanan yang saling bermusuhan.
Entah apa alasan mereka seperti ini. Yang pasti mereka saling bersaing untuk mendapatkan posisi paling atas. dalam mata pelajaran atau kegiatan lainnya, mereka akan senang jika lebih unggul dari salah satunya

"Kau berkerja disini?"

"..ya begitulah"

Mereka berbincang hingga larut malam, sunghoon yang tadinya berniat untuk mabuk-mabukan pun jadi urung karena terlalu asik dengan perbincangan mereka.

"Kau sudah bertemu dengannya?" Soobin

"Siapa"

"Heeseung"

Sunghoon memutar bola matanya malas, mood nya tiba-tiba hancur hanya dengan mengingat nama itu. Ditambah sunghoon masih jengkel karena tau jongseong kembali ke rumah suaminya.
Bukannya apa-apa, hanya saja mana ada yang tidak marah saat sahabat dekatnya di perlakukan seperti itu. Wajar saja jika sunghoon kesal

"Sudah"

"eiiey apa ini? Jangan bilang kalian masih perang dingin?"

Sunghoon hanya mengangkat bahunya untuk menjawab soobin.

"Tidak tau. Aku sudah melupakannya"

"Baguslah kalau begitu"

"Apa kau tau sekarang heeseung sudah menikah?"

Ah.. itu lagi

"Ya. Aku sudah dengar"





TBC

Dilanjut gk nie?😔

I'M YOURS [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang