0.34

3.8K 267 13
                                    

Pagi hari tiba nyatanya tidak membuat sepasang anak adam berhenti dari kegiatannya.

Heeseung bermain sangat hebat dan tentu jongseong menikmatinya, meskipun itu melelahkan tapi seakan tidak bisa berhenti. Bangun tidur seharusnya membuat seseorang mengawali kegiatan nya sedangkan heeseung dan jongseong sudah melakukan morning sexnya di kamar mandi, dibawah guyuran air hangat yang memabukkan.

Sahutan nafas terdengar jelas disini, heeseung terus bergerak di belakang jongseong sambil memegangi pinggang suaminya. Yang termuda pun juga tidak mau kalah, jongseong bergerak seirama dengan heeseung sambil memegangi tembok.

Sungguh benar-benar panas pagi ini.

Desahan jongseong semakin lama semakin keras, memicu semangat heeseung bergerak lebih cepat.

"Akhhh hyunghh terhh-terlalu cepathh"

Heeseung kalap, buru-buru dia menlambatkan gerakannya tak ingin membuat suami manisnya mesara sakit. Bergerak sangat lambat justru membuat heeseung semakin tersiksa karena demi apapun lubang jongseong menghimpit miliknya di dalam sana.

"Erghh jangan di ketetkan sayanghh-"

Begitu terus sampai pada akhirnya jongseong memohon untuk berhenti. Bukannya tidak mau melayani lagi namun kondisi lututnya yang sudah melemas sedari tadi, tenaganya terkuras habis. Sedangkan jika menuruti heeseung, pria itu bahkan masih mampu melakukannya selama dua puluh empat jam lagi.

.
.
.

Pemandangan gunung dihiasi salju menjadi tempat pertama mereka untuk menghabiskan waktu hari ini. Suasana indah menjadi saksi betapa tulusnya cinta heeseung kepada jongseong.

Bergandengan tangan sepanjang perjalanan, tidak terlepas barang sedetik saja. Heeseung memberikan apapun yang jongseong inginkan, apapun itu. Dan jongseong yang tidak menginginkan apapun, hanya menjawab "aku mau bersamamu" membuat hati heeseung sesekali merasa sesak karena mengingat kembali sikap buruk dirinya di masa lalu.

"Jangan bicarakan itu lagi." Seru jongseong. Mereka kini berdiri berhadapan di samping pagar pembatas antara jurang yang sangat dalam. Dengan tangan yang bertautan indah, jongseong menatap lekat suaminya yang menunduk dalam.

"Kita sudah membicarakan ini sebelumnya"

Tolong, jika jongseong meminta nyawa heeseung sekalipun, akan diberikannya sepenuh hati.

Setiap mereka berbicara tentang penyesalan heeseung, yang termuda selalu berkata seperti itu. Terkadang heeseung dibuat heran, mengapa semudah itu memberi maaf kepada seseorang yang sudah menyakitinya. Benarkah jongseong wujud asli dari seorang malaikat untuk iblis seperti heeseung?

"Maaf.." Entah maaf untuk kesalahan yang mana.

Jongseong menubrukkan tubuhnya di dada heeseung lalu memeluknya erat.

"Jangan lagi minta maaf" lirih jongseong.

Heeseung tersenyum teduh, membalas pelukan suaminya tak kalah eratnya.

Inilah saat yang paling membahagiakan bagi heeseung maupun jongseong.

"Kita akan bersama-sama selamanya, kau tau? Aku sangat mencintaimu, Lee Jongseong"

Jongseon sedikit memukul dada suaminya pelan, pipinya memerah mendengar ucapan heeseung.

"Ishh nama siapa itu"

Heeseung total terbahak melihat jongseong salah tingkah seperti ini, lucu  sekali.

"Tentu saja itu namamu"

Kegiatan jalan-jalan di hari kedua ini sudah selesai, karena matahari mulai terbenam digantikan cahaya bulan dihiasi ribuan bintang malam ini.

Banyak hal yang mereka lewati hari ini, tentu saja itu sangat melelahkan bagi jongseong. Dia tidak terbiasa berkeliling sejauh ini, namun tetap dia paksakan karena memang pada dasarnya dia ingin menikmati liburannya kali ini.

I'M YOURS [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang