0.30

4.1K 336 81
                                    

Mungkin bentar lgi end, mungkin lohhh


Park Jongseong lagi dan lagi harus kembali dilarika kerumah sakit akibat penyakit di dalam tubuhnya yang semakin menyebar. Tak terhitung sudah berapa banyak Jimin menangisi putra semata wayangnya yang masih terbaring di dalam ruangan dengan alat yang terpasang di tubuhnya. Banyaknya dokter yang menangani serta canggihnya teknologi tak membuatnya cepat sadar. Serta Yoongi wajahnya berubah pucat sambil terus menemangkan Jimin di pelukannya. Tak dipungkiri bahwa di balik jiwa tegar Yoongi menyimpan sejuta kekhawatiran untuk jongseong. Ya, semua orang akan merasakan hal yang sama jika melihat anak tercintanya dalam kondisi hidup dan mati.

Awalnya baik-baik saja, Jongseong masih memakan sarapannya bersama kedua orang tuanya dan tentu saja heeeseung. Setelah kepergian Heeseung yang sedikit dipaksanya, Jongseong mulai menangis dalam kamarnya. Hingga membuat dirinya pingsan, lalu tak lama Jimin mengetahuinya dan membawnanya ke sini, rumah sakit, milik suaminya.

Sekitar satu jam, Para Dokter masih berjibaku melakukan yang terbaik untuk pemuda manis ini. Tentu dengan Dokter Yedam sebagai sebagai kaptennya. Hingga saat pintu ruangan di buka, menampilkan wajah tampan dokter dua puluh lima tahun itu. Yoongi dan Jimin segera berdiri dari kursi berwarna putih tepat di depan ruangan VVIP itu.

"Bagaimana?"

Tanya Jimin dengan suara yang menyisakan isakan dari mulutnya.

"Saya rasa kondisi Jongseong semakin melemah. Kami akan melakukan yang terbaik untuknya"

"Bagaimana dengan Australia?" Tanya Yoongi tiba-tiba. Membuat Dr. Yedam berfikir sejenak.

"Saya rasa itu cukup bagus, akan saya siapkan segera"  Dr. Yedam membungkuk hormat lalu melangkahkan kaki menjauh dari sana.

.
.
.
Entah sedang mabuk atau memang tidak sayang nyawa. Lee Heeseung memacu mobilnya di atas rata-rata, tangannya yang gemetar memegang setir, matanya yang di paksakan untuk tetap fokus pada jalanan yang ramai akan kendaraan. Sungguh, dia tidak pernah merasakan ini sebelumnya. Tidak pernah  sekalipun terlintas dipikiran heeseung dia akan menjadi selemah ini.

"Hey!! Heeseung tenangkan dirimu, semuanya akan baik-baik saja"

Seseorang di samping Heeseung meremat pegangannya erat, mulutnya tak henti-hentinya mengumpati heeseung, sambil terus berdoa untuk keslamatan mereka.

Yang membuat semuanya semakin rumit adalah jarak  antara kantornya dengan rumah sakit cukup jauh. Ditambah salju yang mulai turun di kota seoul membuat jalanan menjadi lucin. Itulah sebabnya mengapa orang itu sesekali menutup matanya saat heeseung melajukan mobilnya seperti kesurupan.

"Heeseung, Suamimu pasti akan baik-baik saja. Dia pria kuat, jangan ragukan itu"
Badan heeseung mulai bergetar, sesekali mengusap air matanya yang mengalir tanpa permisi. Dia benci menangis, Heeseung benci menjadi lemah, Dia tidak suka seperti ini. Namun dengan mudahnya sosok suaminya yang dia anggap tidak ada selama ini mampu membuatnya menjadi orang paling rapuh dalam sekejap mata.

"SIAL!! MENYINGKIRLAH"

Sunghoon memegangi dadanya yang berdetak kencang karena kaget dengan teriakan heeseung. Sekarang sunghoon semakin yakin jika suami dari sahabatnya ini mulai gila, mana mungkin pengendara di depannya akan mendengar umpatannya jika mobilnya ini tertutup rapat.
Heeseung tidak peduli, yang terpenting sekarang adalah dirinya cepat sampai ke rumah sakit. Dibunyikannya klakson mobilnya agar semua orang memberinya jalan, tangannya memukul setir beberapa kali, dan tentu saja tidak mengubris makhluk disampingnya yang terus mengoceh.

"Yak!! Kau mau ma-"

"DIAM"

"-ti"

Sudahlah, jika sunghoon mati setidaknya dia tidak sendiri. --batin sunghoon--

I'M YOURS [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang