[24]: Siapa

2.8K 250 0
                                    

Faris yakin jika tatapan Tyara dapat membakar benda, keping-keping puzzle itu pasti sudah terbakar sejak berjam-jam lalu.

Setelah kedatangan Aldo kemarin Tyara meminta Papanya untuk membelikan ia beberapa jenis puzzle, saat ini Tyara sedang menerjakan potongan yang menurutnya paling rumit.

Aldo datang dengan membawa sekotak kue. Tyara yang melihat kedatangan Aldo hanya tersenyum sendu.

"Hai," sapa Aldo ringan, tidak memperhatikan raut wajah lawannya.

"Kamu ngapain kesini?"

Aldo mengernyit heran, "Kamu nggak suka saya kesini?"

"Bukan," Tyara menggeleng perlahan untuk menegaskan pernyatannya.

"Ada sesuatu yang harus saya bicarakan dengan kamu."

Sesaat tubuh Tyara menegang mendengar suara Aldo, namun dengan cepat Tyara kembali rileks.

"Saya sudah lama memendam rasa ini, karena saya takut melukai hati seseorang, sa--"

"Do, bisa nggak kamu ngomong nggak seformal ini? Serem tau nggak," potong Tyara tiba-tiba.

Aldo sedikit gelagapan mendengar permintaan Tyara.

"Emm, say--aku sayang sama kamu, Tyara. Tapi aku nggak pernah berani, eh, buat nunjukkin semuanya karna takut seseorang akan terluka."

"Rara?"

"Eh."

Aldo semakin gugup dan kikuk, pertama kalinya Tyara melihat Aldo tidak mampu menahan emosinya. Tawa Tyara pun pecah.

"Do, kalau ini emang tentang Rara, tinggalin aku."

Aldo menatap Tyara tajam, tapi Tyara tidak merasa terintimidasi.

"Kamu nggak tau kan apa aja yang udah terjadi sama aku selama kamu nggak pernah kesini lagi? Apa yang aku rasain setelah kamu ngilang tanpa alasan dan tiba-tiba dateng buat nyatain cinta?"

Keheningan melanda keduanya. Tyara menatap Aldo, sedang yang ditatap menerawang entah kemana.

"Kalau emang kamu pergi karna Rara, kenapa kamu harus dateng lagi kesini? Hati aku bukan tempat wisata yang bisa dijadiin pelarian."

Aldo terpekur sesaat.

"Kamu yang nggak tau tentang apapun Tyara, saya sudah ingat semuanya. Saya pernah mencintai kamu di masa sekolah, masa yang orang bilang cinta monyet. Saya tau pada saat itu perasaan saya tidak terbalas oleh kamu. Tapi bukan berarti saat ini kamu dapat menghakimi apapun yang saya lakukan.

"Saya mencintai kamu. Dan saya bukan seorang laki-laki yang hobi mengumbar kata cinta. Ketika saya mengatakan kalimat itu, artinya saya benar-benar serius."

Kali ini Tyara yang menatap Aldo tajam.

"Rara dateng kesini buat nyelakain aku karna dia cemburu, ternyata dia saudara aku juga, kakak aku, aku nggak bisa nyakitin dia lebih jauh kayak gini, Do." Air mata Tyara menetes namun dengan cepat dihapusnya.

"Kamu nyakitin aku sama Rara disaat yang bersamaan, Do. Apa kamu nggak sadar?"

Aldo menggeram, "Bukan Rara yang saya cintai. Tapi kamu! Kapan kamu akan mengerti semuanya?"

"Kalau emang kamu cinta sama aku, kenapa kamu pergi karna Rara meminta kamu? Kenapa kamu nggak pertahanin aku?"

"Karna saya merasa Rara lebih menbutuhkan saya ketimbang kamu."

Belum sempat Tyara menjawab semua perkataan Aldo, Aldo sudah pergi meninggalkan dirinya.

Aldo tidak tahu seberapa sakit hati Tyara berbohong kepada Aldo. Seberapa mampu Tyara mengucapkan kalimat untuk menunjukkan ketidak peduliannya. Tapi, Aldo tidak pernah tahu bahwa Tyara tidak pernah rela melihat Aldo memilih Rara.

Meninggalkannya dan memilikih Rara hanya karna alasan yang menurut Tyara konyol.

Tyara memang tidak bercerita apapun tentang kedatangan Aldo, tapi Faris sudah mengetahuinya dari gerak gerik Tyara, dan tanpa kedua orang itu ketahui Faris sedang membawa makan siang untuk dimakan bersama Tyara saat Aldo datang.

"Ris, lo mau tetep liatin atau bantu?"

Tyara yang merasa jengah ditatap oleh Faris terus-menerus akhirnya membuk pembicaraan.

Faris tertegun, pertama kalinya Tyara meminta bantuan menyusun puzzle di saat ia butuh pelarian.

"Aku harus jujur sama kamu," suara tenang milik Faris membuat Tyara merinding.

"Tentang apa?"

Faris sadar, mungkin ini bukan saat yang tepat, tapi ia tidak mau kehilangan Tyara kembali.

"Aku cinta kamu, Ty."

ElegyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang