[1]: 16 Mei

12K 662 1
                                    

Dengan perlahan Renaldo membuka halaman pertama buku harian Tyara.

Sedikit rasa ragu menyergapnya seketika. Tapi rasa penasaran lah yang akhir menang.

Tulisan cantik miik Tyara langsung menyapa matanya di halaman pertama.

"Untuk Renaldo

Dari aku yang mencintaimu."

Saat itulah keraguan Renaldo hilang seutuhnya.

*****

Natyara menggenggam buku harian barunya dengan erat. Dia belum tahu buku harian ini akan dia berikan untuk siapa nantinya. Buku hariannya yang lama sudah dia berikan kepada seseorang yang telah menjadi pangeran hatinya ketika ia masih remaja, Nathan.

Merasa tidak mendapat ide apapun, Tyara memutuskan untuk pergi ke sebuah cafe langganannya yang berada beberapa meter dari gedung apartemennya. Dengan celana jeans pendek, kemeja kotak-kotak yang kebesaran di tubuhnya dan sneakers yang sudah dekil, Tyara berjalan dengan santai ke cafe tersebut.

Jika hanya melihat perawakan dan gayanya, semua orang akan berpikir Tyara seorang gadis remaja. Tyara sendiri hanya tersenyum kalem bila mendengar komentar seperti itu terlontar dari bibir orang-orang yang bertemu dengannya.

"Caramel frappucino, plus extra caramel."

"Caramel macchiato."

Lamunan Tyara terpecah ketika barista tersebut mengucapkan pesanan yang siap di ambil. Dengan asal Tyara mengambil minumannya dan berjalan menuju salah satu meja di paling pojok. Dengan santai Tyara mengeluarkan laptop kesayangannya dan mulai mengakses blog kesayangannya.

"Maaf, Dek, saya rasa minuman kita tertukar." Tyara menghentikan ketikkannya dan menoleh ke arah pria yang dia taksir berumur sekitar dua puluh tujuh atau dua puluh delapan.

Tyara menoleh ke arah minuman yang ada di samping laptopnya. Minuman itu memang tidak terlihat seperti caramel frappucino yang sering dia pesan. Tyara mengambil cup tersebut dan memutarnya perlahan untuk melihat nama pemesan yang tertera di cup tersebut.

"Aldo?"

Pipi Tyara memerah ketika sadar dia salah mengambil pesanan.

"Maaf, belom aku minum kok."

Lelaki yang saat ini ada di hadapannya hanya tersenyum simpul melihat Tyara salah tingkah.

Tyara menyerahkan cup tersebut ke laki-laki yang saat ini sedang tersenyum ke arahnya. Dia good-looking, senyumannya manis dan ada lesung pipit di pipi kanannya.

"Boleh saya duduk disini?"

Seolah terhipnotis oleh pesona laki-laki dihadapannya saat ini, Tyara menganggukkan kepalanya dengan ringan.

"So, nama kamu siapa?"

"Natyara, panggil aja Tyara. Kamu Aldo kan?"

Laki-laki di hadapannya tersenyum manis.

"Renaldo, panggil aja Aldo."

Entah kenapa Tyara merasa kenal dengan sosok Aldo yang tengah duduk di hadapannya. Tyara tidak merasa asing, tapi dia yakin ini adalah pertemuan pertamanya dengan Renaldo--Aldo.

"Bukannya sekarang hari sekolah, kok kamu nggak sekolah?"

Pertanyaan itu membuat Tyara tersentak. Jadi laki-laki ini menganggapnya anak sekolah? Kalau dia dikira anak kuliah, Tyara rasa dia masih terima. Tapi dipikir anak sekolahan? Apa badannya sekecil itu? Pantas saja tadi laki-laki itu memanggilnya 'dek'.

"Sorry, aku bukan anak sekolah, umurku sudah dua puluh tujuh tahun." Jawab Tyara dengan kalem namun membuat lawan biacaranya membulatkan matanya.

Gadis dihadapannya saat ini mirip dengan anak SMA, perawakan kecil, mukanya pun masih muka remaja, belum lagi kemeja kebesaran yang dipadukan dengan jeans pendek dan sneakers membuatnya terlihat seperti anak yang baru memasuki fase remaja.

"Oh, maaf. Saya pikir kamu masih sekitar delapan belas tahunan," Renaldo memberikan seulas senyuman kepada Tyara yang sedang mengerucutkan bibirnya karena dipikir masih anak kecil.

Obrolan mereka mengalir dengan lancar begitu saja.

Bahkan Tyara yang biasanya kaku terhadap laki-laki yang baru dikenalnya dengan mudah mencair ketika bersama Aldo. Dan Aldo yang biasanya cuek, bahkan cenderung tidak peduli dengan perempuan kali ini sukses dibuat penasaran oleh Tyara.

"Jadi, kamu itu Natyara yang eksis banget di blog khusus remajanya dan dikenal selalu ngasih saran yang jitu?" Natyara hanya terkekeh pelan saat Renaldo menyebutkan profesinya.

"Yah, lumayan selingan kalau lagi nggak ada klien yang harus ditanganin," Tyara mengendikkan bahunya dan meminum caramel frappucinonya.

"Saya masih sulit percaya kalau perempuan yang sedang duduk di hadapan saya adalah seorang psikolog terkenal baik dunia nyata atau pun maya. Kalau kamu lagi di wawancara di televisi, muka kamu beda banget," Renaldo menatap lawan bicaranya dengan penuh penasaran.

"Kalau aku tunjukkin muka aku yang kayak gini, tanpa riasan dan baju yang aku pake kalau lagi off, mana mungkin mereka percaya sama kata-kata aku?" Tyara menatap Aldo dengan cibiran di wajahnya. "Kamu aja masih mikir aku anak SMA, mana ada yang mau percaya sama anak SMA."

Renaldo hanya tertawa perlahan mendengar omelan Tyara. Aldo benar-benar penasaran dengan sosok perempuan yang ada di depannya saat ini. Tyara pun merasakan ketertarikan yang sama besarnya.

"Saya harus pergi, ada acara. Dan terimakasih buat obrolannya," Aldo tersenyum manis dan membungkukkan badannya.

Apa aku dapat mengenalnya lebih jauh? Batin Tyara dengan penuh harap sambil menatap punggung Aldo yang semakin lama semakin mengecil.

*****

Senyuman miris terukir di wajah Renaldo membaca tulisan tangan Tyara yang sangat khas. Dia merindukan sosok perempuan itu, perempuan yang mampu mengobrak-abrik dunianya.

Dengan hati-hati Renaldo membuka halaman selanjutnya dan kalimat pertama di halaman kedua tersebut membuat matanya melebar dengan sempurna.

ElegyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang