[28]: Figuran

2.9K 247 12
                                    

Tyara memandang Faris penuh kerinduan. Harus ia akui susah baginya menjalani hari tanpa komunikasi sedikit pun dengan Faris.

"Faris."

"Gue nggak mau kita jadi canggung, Ty," ucap Faris lembut.

"Tapi, gue udah nyakitin lo, Ris. Entah berapa taun gue nyakitin lo gini."

Faris hanya tersenyum setengah. Tangannya menggenggam jemari Tyara yang terasa dingin di genggamannya.

"Mencintai itu penuh resiko. Entah gue akan kehilangan lo atau akhirnya bisa bareng lo. Cinta itu nggak selalu tentang bahagia, Ty."

Tyara menghela nafas mendengar penjelasan lembut Faris. Entah kenapa rasanya tetap menyakitkan.

"Gue sadar kok, di kisah cinta lo gue cuma figuran. Tapi figuran nggak berarti nggak tau apa-apa, kan?" Tawa lembut Faris terderai, menimbulkan ketenangan tersendiri untuk Tyara.

"Main puzzle?" Mata berbinar Tyara kembali. Mata yang selalu dicintai Faris.

"Puzzle baru, nih?"

Tyara mengangguk dengan semangat.

"Yaudah, ayo kita cari," dengan perlahan Faris membantu Tyara berdiri.

Keduanya berjalan ke satu toko mainan faforit mereka, toko yang selalu menjual berbagai jenis puzzle.

Sementara itu beberapa meter dari tempat mereka, Aldo dan Qyana sedang tertawa, membahas hal-hal lucu di masa lalu mereka.

Wajah cantik Qyana tidak pernah berubah, tetap membuat hatinya berdenyut nyeri karena tidak bisa mencintai gadis itu sepenuhnya.

"Aku denger kamu udah ketemu lagi sama Tyara?" Qyana mengalihkan topik pembicaraan mereka.

"Yap. Gue udah ketemu lagi sama dia." Aldo menatap Qyana heran. "Ada apa?"

Qyana hanya menggeleng ragu.

"Dia apa kabar?"

Kernyitan di dahi Aldo semakin dalam, "Baik. Kenapa, sih?"

Pertanyaan Aldo hanya dibalas dengan senyum sendu Qyana.

"Aku mau nanya," Qyana menatap Aldo serius.

"Waktu kamu nembak aku dulu, aku cuma pelarian karna Tyara jadian sama Topan?"

Aldo menegang seketika, tapi dengan cepat ia berusaha menetralkan emosinya. Ia tidak ingin menyakitk hati gadis itu untuk kesekian kalinya.

"Aku paham kok," seulas senyum terbit, tapi senyuman itu menyakitkan. Penuh kegetiran.

"Maaf."

Hanya satu kata itu yang dapat Aldo ucapkan. Lidahnya kelu.

"Kamu nggak usah minta maaf, Do. Tapi, kadang aku pengen Tyara pergi dari kehidupan ini."

Aldo membeku di tempat tanpa mampu menyamarkan apapun.

"Aku pengen kamu sadar aku yang berdiri di samping kamu, aku yang selalu sayang sama kamu. Tapi, buat nengok ke arah aku pun kamu nggak pernah." Kegetiran itu terasa dalam suaranya yang bergetar.

"Tapi, ngeliat kamu sama Tyara bahagia, ngeliat Tyara bisa bales cinta sama kamu bikin aku sadar. Aku bakal ngerebut kebahagiaan kamu."

Aldo merasa lega.

"Tapi, lo nggak ada rencana buat nyelakain dia, kan?"

Qyana hanya terkekeh. "Aku nggak sepsycho itu, Do."

Namun melihat tatapan Aldo yang menerawang, Qyana sadar ada sesuatu yang salah dalam diri Aldo.

"Ada apa?"

ElegyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang