[15]: Renaldo dan Nathan

4K 298 6
                                    

Tyara memeluk dirinya sendiri, bersandar pada pintu kamarnya. Dia biarkan air matanya jatuh berlinangan.

"Tuhan, kenapa cinta selalu datang terlambat?"

Sekuat tenaga Tyara mencoba menghentikkan isakkannya, menekan dadanya untuk menahan rasa sakit. Seperti ada lubang di dalam dadanya.

Pikiran Tyara berkelana dan membawanya ke masa-masa SMP.

---

Aldo sedang bermain basket dengan teman-teman timnya, siang itu matahari bersinar dengan terik, keringat yang sudah membasahi peluh pun tidak dihiraukan anak kelas 9 itu.

Tinggal satu poin lagi timnya menang, namun pikiran Aldo terbelah saat mendengar tawa renyah dari arah sampingnya, hal ini membuat tembakan Aldo meleset dan mengenai seseorang.

Namun, mengingat dia seorang kakak kelas yang banyak dipuja oleh adik kelasnya, Aldo hanya berlari mengambil bola basket dan berjalan pergi meninggalkan Tyara yang sibuk mengelus kepalanya dan merapihkan buku yang harus ia kembalikan ke perpustakaan.

Faris yang berjalan di samping Tyara hanya tersenyum tipis melihat gadis itu mengomel, tanpa banyak bicara ia membantu Tyara merapihkan bukunya.

"Lo, kakak kelas! Nggak minta maaf?"

Suara Tyara yang membuat Aldo berhenti, senyum terukir di wajahnya. Pertama kalinya ada adik kelas yang berani menantangnya. Dengan sekali sentak Aldo berbalik badan.

Namun Aldo tidak akan membantahnya, ia jatuh cinta pada suara renyah itu, suara yang telah memecah kosentrasi.

"Nama gue Aldo, dan ayo, gue bantu ke perpustakaan."

-

Sudah sebulan Aldo berada di dekat Tyara, menjadi tempatnya bersandar, tertawa, atau bahkan hanya untuk hang out dan menjadi tutor untuk membantunya mengerjakan tugas. Mungkin ini sudah saat yang tepat bagi Aldo untuk menyatakan perasaannya kepada Tyara, menawarkan hatinya untuk dimiliki Tyara.

Pandangan Aldo menemukan Tyara yang sedang tersenyum, gadisnya itu sedang berjalan kearahnya sambil meloncat-loncat seperti kelinci yang kelebihan energi.

"Hai," sapa Aldo manis kepada Tyara.

Namun sapaan itu tidak dihiraukan oleh Tyara.

"Do! Gue jadian sama Topan. Akhirnya, Do...," ucap Tyara saat menghampiri Aldo dan duduk di sebelahnya.

Tyara menyenderkan kepalanya di pundak Aldo dan memejamkan matanya.

"Kenapa?" Tanya Aldo sedikit gusar.

Tyara hanya mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Aldo.

"Ehm, maksud gue kapan?"

"Baru banget tadi. Seneng banget, Do, rasanya. Kayak semua hal di dunia ini bisa gue atasin!"

"Jangan terlalu seneng, kalo jatoh rasanya sakit."

Setelahnya Aldo berdiri dan meninggalkan Tyara di lapangan sendiri. Meninggalkan Tyara yang kebingungan atas sikap Aldo yang berubah.

-

Aldo memperhatikan kedua adik kelasnya yang sedang berjalan bersama, bergandengan tangan di dekat gerbang sekolah. Aldo hanya diam, mengepalkan kedua tangannya untuk menahan emosi yang saat ini ada di dadanya.

Terlambat, Tyara sudah bahagia bersama Topan. Ia harus melepaskan Tyara, cinta tidak harus saling memiliki bukan.

Bullshit!

ElegyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang