[25]: Pada Akhirnya

3.4K 296 2
                                    

a/n
Test.
Hai.

Entah kenapa lagi pengen nulis author's note. So, gue akhirnya menemukan genre gue, yaituuu chicklit! Yeay!

Makasih juga buat readers ku tersayang, tapi gue lagi butuh bgt komen dr kalian, entah kritik atau saran.

Dan gue juga tambah sayang kalau kalian mencet tombol bintang.

Semoga part ini cukup panjang, and...
Just enjoy this part.

-----

"Kak Rian kemana, Nath?"

Nathan menoleh ke arah Tyara.

"Masih di jalan mungkin, kan lo yang minta beliin kopi," sudut bibirnya terangkat sedikit.

"Ada masalah?" Tyara langsung bertanya kepada Nathan.

"Gue pikir gue udah ngelepasin, ternyata gue masih sayang."

Tyara mengernyit heran, "Lo sama Cheryl putus?"

Ya, Tyara sudah berkenalan dengan Cheryl, gadis yang waktu itu datang bersama Nathan ke gala dinner. Tapi entah mengapa Tyara tidak menyukai gadis itu, kesan pertamanya tidak menyenangkan.

Gelengan Nathan membuyarkan lamunan Tyara. Dahi Tyara berkerut lebih dalam.

"Terus? Atau lo punya cewek sbelum Cheryl dan nggak bisa lupain dia?"

Nathan membatu sesaat, namun ia mengangguk kali ini.

"Kok lo nggak pernah cerita lagi sih?" Tyara bertanya dengan gusar.

Belum sempat pertanyaan itu jawab, Rian datang membawa beberapa cup gelas.

Ia sadar ada yang terjadi diantara keduanya, maka dari itu setelah memberikan pesanan Tyara ia berdalih akan mengunjungi seseorang.

Tyara tersnyum manis ke arah kakaknya sebelum mengambil cup kertas tersebut dan menyesap kopinya perlahan, menikmati setiap tetesnya, setiap rasa pahit yang menyentuh salivanya.

Rasa pahit yang sebenarnya dilarang oleh dokter, tapi Tyara terlalu terbuai akan rasanya yang bagaikan candu penyesap lara.

Nathan menatap Tyara ragu. Ia tidak tahu tepatnya kapan Tyara mencintai kopi hitam, karena yang ia tahu pasti Tyara menyukai rasa kopi yang manis, dengan tambahan vanila atau mungkin caramel.

Dan ia tahu persis, Tyara menyukai latte, bukan kopi hitam.

"Sejak kapan lo minum kopi item?" Nathan tidak sanggup untuk tidak bertanya.

"Semenjak gue berusaha ngelepas bayang tentang lo," Tyara tersenyum penuh arti.

Wajah Nathan berubah pias dan sarat akan penyesalan, tapi Tyara berusaha mengabaikannya.

"Jadi, siapa perempuan yang bikin lo nggak bisa move on?" Lanjut Tyara mengalihkan pembicaraan.

"Lo kenal dia kok."

Tyara benci teka-teki. Tidak, dia menyukai peremainan teka-teki, tapi ia membenci seseorang yang membuatnya bertanya-tanya penasaran.

"Siapa, Naaath." Rajuk Tyara frustasi, ia tidak suka dibuat penasaran.

"Seseorang dari masa SMA gue, Ty."

Suara Nathan kalem dan terkontrol, tapi nadanya goyah, tanda ia berusaha menutupi lonjakan emosi di dadanya.

"Duh, mantan lo banyak, Nath di SMA, gue itung du--"

"Yang terakhir." Potong Nathan.

Tyara membeku, sedang Nathan menatap arah lain.

ElegyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang