[10]: Little Talk

3.5K 325 1
                                    

Aldo berjalan menuju panggung untuk mengisi acara amal milik Natyara, tampil kembali bersama band-nya yang telah vakum karena kesibukan Aldo yang memilih melanjutkan perusahaan keluarganya.

Tatapan milik Tyara terasa di punggungnya. Aldo tetap tidak mengerti mengapa Tyara mempertanyakan kehadirannya disini.

Apa Tyara sibuk dengan dunianya sendiri dan menyerahkan urusan ini pada asistennya?

Tapi seharusnya Tyara tetap mengetahui siapa saja yang diundang, bukan?

"Do, fokus!"

Suara Glenn memecah pikiran Aldo, ya, saat ini dia harus fokus sesaat, namun setelah itu dia berjanji akan menyelesaikan masalahnya dengan Tyara.

Suara Qyana mengalun lembut, indah dan menghipnotis dengan iringan lagu. Para hadirin pun seakan terlarut dalam alunan nada, begitu pula dengan Tyara.

Hal yang serupa terjadi pada Aldo, ia menikmati segala momen yang mungkin takkan terjadi dua kali, terhanyut dalam irama lagu setelah sekian lama sibuk mengurus tumpukan berkas yang selalu ada di mejanya setiap hari, juga pertemuan dengan klien.

Bermain drum kembali bersama band-nya membuatnya merasa utuh, bagaikan potongan memori itu kembali satu per satu, membuat hatinya menghangat.

Pandangannya terkunci di mata Tyara, mata bulat yang selalu menatapnya dengan cerah.
>>>><<<<
"Tyara," panggil Aldo pelan.

Tyara menoleh ke arah suara dan tersenyum hangat.

"Maafin aku, ya, Do, salah aku karena nggak ngecheck satu per satu list tamu undangan."

Aldo tersenyum setengah, "Saya juga mau minta maaf karena ngebentak kamu saat di taman." Pandangannya tertuju pada mata bulat milik Tyara.

"Aku liat, kamu nikmatin banget menit-menit di atas panggung," tuturnya tulus.

Raut wajah Aldo mengeras. "Udah lama banget saya nggak nemuin perasaan bahagia itu, terutama semenjak saya memutuskan untuk banting stir, untuk memenuhi keinginan Papa."

Tangan mungil Tyara menyentuh lengan Aldo, ringan, namun memberikan ketenangan dalam diri Aldo, ketenangan di balik gemuruh hatinya.

"Dan kamu harus tau, kalau bukan karena ini acara kamu, mungkin saya akan menolak. Karena saya takut rasa bahagia itu membuat keputusan saya goyah."

"Kamu nggak pernah bisa lari dari hal-hal yang kamu suka, Do." Tutup Tyara tegas namun penuh kelembutan.

"Ya, saya rasa kamu benar."

Hening menghinggapi keduanya.

"Jadi, apa akan ada kencan kedua?"

ElegyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang