[13]: Ra

3.3K 294 7
                                    

Aldo terpekur di kasurnya. Pertanyaan Nathan membuatnya teringat akan pertanyaan Rara.

Dengan segera Aldo membuka tas kerjanya dan mulai membaca kembali tulisan tangan Tyara.

*****

"Tyara, buka pintunya!"

Tetap tidak ada sautan dari dalam. Faris mengejang, pikirannya berjalan kemana-mana. Yang pasti, dia sangat-sangat mengkhawatirkan Tyara.

"Ty... Ini gue," Faris menempelkan keningnya di pintu kamar apartemen Tyara. Kesalahannya karena tidak membawa kunci cadangan kamar Tyara.

Clek.

Pintu kamar tersebut terbuka, betapa leganya Faris saat ngetahui Tyara baik-baik saja.

"Lo nggak papa?" Tanya Faris saat melihat wajah nelangsa milik Tyara.

"Ris, gue mau nanya. Tapi lo harus jawab pertanyaan gue sejujur-jujurnya."

Faris menaikkan satu alisnya sambil berjalan memasuki kamar Tyara.

"Aldo kenapa?"

Pertanyaan Tyara membuat Faris terdiam di tempatnya, namun sesaat kemudian dia sudah mengotak-atik barang Tyara.

"Ris!"

Faris menyerah dan membuka percakapan.

"Aldo Renaldo, kan? Yang ngejar-ngejar lo pas SMP?"

Tyara mengangguk lemah, badannya masih terasa letih.

"Inget kejadian pas dia nyatain perasaannya buat lo? Malemnya dia ke rumah gue dan nyeritain semuanya, dia benci sama diri dia yang terlambat, dia kesel sama lo yang nggak pernah peka, dan dia bilang dia mau ngejauh dari lo, dia mau ngelupain lo dan mulai cerita yang baru, jarena terlalu sakit buat ngeliat lo.

"Tapi besoknya Aldo kecelakaan, di--"

"Kenapa nggak ada yang cerita sama gue?" Potong Tyara marah.

"Besoknya Aldo kecelakaan, dia koma selama seminggu, dan pas itu lo mau ujian kenaikan kelas, kita semua nggak mau lo terlalu larut sama masalah Aldo dan lupa sama ujian lo, terlebih lagi pas bangun dia nggak inget apapun tentang lo. Yang dia inget cuma Qyana, Qyana, dan Qyana.

"Apa lo nggak akan tambah sedih denger kayak gitu? Apa lo nggak akan nge down?"

"Tapi, kalo gue tau lebih awal, nggak akan sesakit ini."

"Apa bedanya? Lo tau sekarang atau dulu, tetep nyakitin lo, kan? Tetep bikin emosi lo nggak stabil, kan? Bahkan kalo lo tau pas dulu, besar kemungkinan lo nyalahin diri lo sendiri dan cutting, ya kan?"

Terkadang Tyara selalu membenci Faris yang mengetahui semua hal tentangnya, lebih dari Rian kakaknya sendiri, ataupun Nathan yang sudah bersamanya sejak balita.

"Ris, apa ada cara buat ngembaliin ingatan Aldo? Karena, karena gue mulai cinta sama dia."

Lirih, Tyara bertanya dalam lirih.

*****
Aldo terhenyak, Tyara mencintainya? Seorang Natyara Sabila mencintainya? Aldo tidak tahu harus senang atau sedih.

Dia ingat, sehari setelah mereka kencan Aldo tidak menghubungi Tyara, dia mengunjungi Rara untuk mengetahui kondisinya.

"Jadi, hubungan kamu sama Tyara gimana?"

Aldo hanya mengendikkan bahunya, sedang tangannya sedang mengupas buah mangga untuk Rara.

Gadis itu tersenyum sendu, dia mencitai Aldo, tapi sejak dulu hati Aldo hanya untuk Tyara.

Sejujurnya dia senang saat Aldo tidak memiliki ingatan apapun tentang Tyara, membuatnya memiliki peluang untuk memiliki Aldo.

"Entahlah, aku belum ngehubungin dia lagi."

Kalem dan cuek, seperti biasa.

"Kamu tuh sebenernya sayang nggak, sih sama Tyara?"

Aldo menghembuskan nafasnya dengan berat.

"Aku nggak tau, aku sayang sama tiga perempuan di saat yang bersamaan."

Rara hanya dapat tersenyum sendu mendengar pernyataan Aldo, Rara sadar hatinya teriris.

Entah berapa tahun Rara menunggu dan mencintai Aldo, tidak pernah mengeluh akan sikap Aldo yang seenaknya, Aldo yang datang dan pergi sesuka hatinya.

Sakit sebenarnya, sering kali Rara merasa sebagai transit bagi Aldo, tempat yang dikunjunginya sebelum dia menemukan tempat bersandar.

"Aku sayang sama kamu, Ra."

Bodoh!

Aldo melempar buku tersebut.

Bodoh! Umpat Aldo dalam hati.

ElegyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang