How they meet

2.3K 407 111
                                    

Melody adalah tipe manusia yang tak bisa menutupi rasa kesalnya. Meskipun dia tak mengatakannya, tapi wajah dan pikirannya mengatakan hal itu. Matanya akan terlihat kosong dan pikirannya tak akan bisa menerima informasi secara benar karena sibuk memikirkan masalahnya.

Kali ini pun seperti itu, hanya karena mendengar kabar bahwa makanan favoritnya, Lay's tak diproduksi lagi di Indonesia, gadis itu bahkan hampir kehilangan konsentrasinya hingga ia tak mendengarkan peringatan dari Olin yang melarangnya untuk pergi dulu ke halte dan menunggu di sekolah hingga tawuran yang sudah direncanakan sebelumnya selesai.

Itulah mengapa dia kaget saat melihat beberapa orang dengan tongkat kayu dan benda-benda yang biasa digunakan untuk tawuran datang dari arah berlawanan.

"Oh my god." Melody berlari agar tak terkena imbasnya, tapi dia yang masih bingung tak tahu kemana ia harus berlari untung saja sebuah tangan menarik dan membawanya kabur untuk bersembunyi di balik tempat sampah yang cukup besar di gang sempit.

"Lo ngapain di sini?"

Melody kenal orang di depannya. Dia adalah Archie, si tukang tawuran yang sering memborong gorengan Bu Ami untuk teman segengnya hingga Melody tak kebagian.

"Heh! Jawab!" Archie  mengatur napasnya yang terengah-engah akibat berlari padahal harusnya ia ikut menyerang.

"Itu tadi apa?" tanya Melody setelah meraup oksigen untuk menyuplai paru-parunya yang terasa terbakar.

"Nari samba! Ya tawuran lah bego!" Melody mendelik tak terima disebut bodoh, tapi begitu Archie ikut membalas pelototannya dia langsung menunduk. Takut.

"Lo anak kelas mana sih? Bukannya tadi gue udah ngasih tau ke seluruh kelas kalo ada tawuran."
Melody teringat bahwa tadi Olin sempat mengatakan sesuatu padanya, tapi ia tak begitu mendengarkan dan hanya mengangguk-angguk seperti anak metal.

"Aku nggak begitu dengerin, maaf." Archie menghela napas bagaimana ia bisa marah jika wanita di depannya ini persis seperti anjingnya.

"Lo tunggu sini, gue periksa keadaan." Melody mengangguk. Dia tak begitu paham situasinya tapi ia percaya pada Archie yang memang suka membuat rusuh.

"Udah aman. Ayo keluar," ajak Archie yang akhirnya menarik tas Melody karena gadis itu begitu lambat. Jangan harap Archie akan menggandeng Melody, dia tak suka melakukan itu.

Memang benar para pelajar yang tawuran tidak ada, tapi bukan berarti itu hal baik. Mereka terciduk polisi, itu karena luka pada wajah Archie yang jelas jelas baru didapatkan lelaki itu hari ini.

"Sial bisa di kurung di rumah kalo bokap tau," guman Archie yang jelas masih di dengar Melody dan saat itu juga Melody memasukkan suatu benda ke tas Archie tanpa lelaki itu sadari.

-o0o-

"Nama?" Polisi mulai melakukan introgasi.

"Irish Melody Amandea."

"A-i-r-i-s?" Polisi mengeja nama Melody satu persatu membuat Archie mendengus menahan tawa.

"No! I-r-i-s-h. Irish."

"Oh Iris?" Archie hampir saja menyemburkan tawanya, ia paham bawa Irish sangat sulit untuk lidah orang Indonesia.

"Gosh, it's happen again," gumam Melody. Inilah kenapa dia memilih mengenalkan diri sebagai Melody karena kebanyakan orang akan mengolok-olok namanya dengan menyamakannya dengan "mengiris" ataupun iris mata.

"Melody aja Pak."

"Oke. Kamu?"

"Archie Andrews." Melody menoleh ke arah Archie, tentu gadis itu tahu siapa Archie Andrews.

Monolog RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang