Kecurigaan

1.1K 274 47
                                    

Mata Oline terus tertuju pada jam dinding yang dalam hitungan detik akan menyempurnakan letak jarum panjang ke angka 12 yang artinya jam istirahat akan segera datang. Hal seperti itu memang sangat wajar ketika pelajaran menguras otak , tapi untuk pelajaran seni budaya rasanya hal itu tak wajar. Mengingat guru seni hudaya mereka bisa dikatakan tampan rupawan bahkan Melody yang jarang memuji lelaki tampan juga mengakuinya.

"Lima ... empat ... tiga ... dua.. Satu." Bel sekolah berbunyi membuat Oline yang tadi duduk manis mulai beranjak keluar kelas tak peduli pada dua temannya yang masih dalam tahap membereskan alat tulisnya.

"Oline mau ke toilet?" tanya Melody yang heran dengan tingkah Oline.

"Mau makan siang." Melody mengangguk paham sekalipun dia tak tahu bahwa Oline bisa selapar itu.

"Sama Juan," lanjut Ella yang jelas saja membentuk reaksi keterkejutan tersendiri.

"Kok sama Juan? Mereka udah sedeket itu?" tanya Melody lupa bahwa dalam video call kemarin Oline sudah menjelaskan mengapa ia menanggapi Juan.

"Lo lupa ya? Oline nanggepin Juan biar deket sama Archie secara mereka kan satu circle. Gue yakin ini mereka makan bareng pun  ada Archie di sana." Ella menjelaskan dengan cara berbisik, takut ada orang lain yang mencuri dengar dan membocorkan kegilaan sahabatnya.

"Oh, kalo gitu kita makannya jangan sama mereka, nanti kita gangguin." Sayang sekali saran Melody tak akan dipakai karena Oline sudah mengirimkan pesan sos yang meminta Melody dan Ella datang menyusul.

"Aku nggak suka makan sama anak cowok." Alasan yang dibuat-buat nyatanya beberapa waktu yang lalu Melody makan bersama Archie.

"Mereka nggak bakal ngambil makanan lo tenang aja." Melody memang ada trauma tentang makan bersama segeombolan anak cowok. Tahun lalu ketika mereka kelas satu dan sedang mengadakan makan bersama menggunakan uang kas, makanan di piring Melody diambil dan Melody yang tak enakkan mempersilahkan mereka yang berujung gadis itu hanya makan sedikit.

"Kalo iya, ntar Oline bakal beliin lo makanan lain. Gimana? Ayo." Ella menarik tangan Melody hingga mau tak mau gadis itu mengikuti Ella ke arah kantin.

Di kantin mereka tak perlu mencari-cari karena Malik sudah menyambut Ella dan Melody dan menuntun mereka ke arah meja dimana Oline berada. Ella duduk terlebih dahulu di samping Oline, tapi dasar Malik yang menggunakan kesempatan ini untuk mendekati Ella malah meminta Melody mencari tempat duduk lain karena kursi di sampinh Ella sudah di cup untuk dirinya.

"Neng Melody cantik duduk di sana aja ya?" pinta Malik sambil menunjuk kursi di samping Archie yang berhadapan dengan Ella.

"Tapi—"

"Duduk aja Mel, atau mau Aa Ray pangku?" Ray yang berada di sebelah Archie memberikan senyum mesum sambil menepuk pahanya.

"Aku duduk di kursi aja." Melody akhirnya memutuskan untuk duduk di samping Archie dibandingkan duduk dipangkuan Ray.

"Kalian mau makan apa biar gue pesenin." Oline berdiri hendak memesankan makanan, niatnya agar ia tahu apa makanan kesukaan Archie. Kan kata orang untuk memenangkan hati seorang laki-laki harus membuat perutnya puas lebih dulu. Jadi, setelah Oline tau apa makanan kesukaan Archie dia berniat untuk memasakan itu untuk Archie.

Niat Oline semakin dekat ketika semuanya menyebut makanan yang ingin dimakan secara bergantian kecuali Archie. Lelaki itu bahkan tak ada niat untuk melirik menu makanan yang disodorkan Juan.

"Lo nggak makan?" tanya Oline pada Archie.

"Dia bawa bekel. Udah itu aja, ayo gue bantuim pesen." Si buaya a.k.a Juan memimpin jalan menuju blok-blok kantin hanya untuk memesankan makanan yang beraneka ragam.

"Lo bawa makan dari rumah Ci?" tanya Ella bersikap sok dekat pada Archie padahal aslinya dia takut pada lelaki yang tak ada ramah-ramahnya. Mungkin kalo Ella dapat driver seperti Archie dia akan memberinya bintang satu.

"Nggak, catering." Reflek Melody menoleh pada Archie yang tengah mengeluarkan kotak bekal yang dibawakan Melody tadi pagi.

"Kalian udah makan? Eh Melody, hai." Ada banyak orang, tapi yang di sapa hanya Melody.

"Hai juga Eros."

"Ini mata lo rabun apa gimana kok yang disapa cuma Melody? Ada gue, Ray, Cici sama bebeb Ella nih." Malik protes karena tak di sapa oleh Eros. Tak peduli pada protes Malik, Eros duduk di samping Melody tepat di depan Malik.

"Anjir dikacangin gue. Ini mah bau-bau mau pedekate." Malik menggoda Eros dan yang digoda hanya tersenyum simpul sambil melirik Archie yang melepaskan garpu dari tangannya.

"Eh," pekik Melody kaget ketika kursi kayu yang didudukinya ditarik Archie hingga kini posisinya lebih dekat dengan Archie dibandingkan Eros.

"Ngapain lo?" tanya Ella yang sedikir kaget dengan tingkah Archie.

"Eros baru dateng, kepanasan dia butuh space biar nggak tambah panas." Mungkin jika Ella adalah Melody maka dia akan percaya, tapi ini adalah Ella yang memiliki 127 referensi drama yang menceritakan apa yang dilakukan oleh Archie adalah sebuah bentuk kecemburuan.

"Bilang aja lo yang panas," gumam Eros sambil mengulum senyum.

"Kalo kamu kepanasan minu—" Botol tumblr yang dibawa Melody langsung diambil Archie dan langsung diteguknya.

"Gue keselek, dibanding gue mati keselek?" Archie memberi penjelasan karena tingkahnya sangat aneh.

"Itu tadi bekas bibir Melody." Ella ingat tadi pagi Melody sudah minun dari botol itu.

"Terus?"

Ella menghela napas. "Udahlah lupain aja apa yang gue omongin tadi." Ella menyerah, Archie terlalu mengintimidasi.

"Mel, lo ada kuncir nggak? Gue mau dong kalo bawa." Melody mengambil karet kuncir yang ada di pergelangannya dan itu membuat Ella menyadari bahwa Melody memiliki gelang baru a.k.a kancing Archie.

"Gue baru liat gelang lo, itu kapan be—" Ella tak meneruskan omongnya ketika menyadari perubahan sikap Melody dan Archie. Wajah putih pucat Melody memerah dan Archie yang langsung memegang memegang kemejanya.

Ella yakin ada yang aneh dan setelah diperhatikan lagi kancing di kemeja Archie tak ada dan itu bersamaan dengan kancing di gelang Melody. Sebuah kebetulan yang aneh.

"Kenapa Beb?" tanya Malik karena Ella tak menyelesaikan ucapannya.

Ella sendiri tak menjawab pertanyaan Malik, otaknya sedang memproses semuanya. Dia sedang mengulang semua kecurigaannya selama ini.

Archie memanggil Melody dengan sebutan Irish.

Archie mengajak Melody taruhan basket ketika lelaki itu menolak Oline.

Archie dan Melody bertemu di perpustakaan diam-diam.

Archie membantu Melody masuk tim basket.

Archie menarik kursi Melody mendekat ke arahnya.

Archie memberikan kancing keduanya kepada Melody.

"Kalian berdua pacaran?"

"Siapa yang pacaran?" tanya Oline yang baru saja datang dengan baki berisi mangkok bakso.

"Hah?"

"Siapa yang pacaran?"

***

Monolog RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang