Putus

551 123 10
                                    


"Putus?" tanya Archie tak percaya dengan pendengarannya, setelah kencan mereka kenapa tiba-tiba putus? Apakah ini karena para guru yang menghasut Melody dengan mengatakan bahwa berpacaran dengan Archie hanya akan membuat nilainya turun.

"Iya," jawab Melody dengan mata yang sama sekali tak bisa dikatakan sedang bercanda ah tidak.

"Aku nggak mau." Archie menjawab dengan tegas, dia sungguh tak mau putus. Dia baru saja menemukan gadis yang membuatnya menantikan hari berikutnya hanya untuik bertemu dengannya. Bagaimana bisa dia memutuskan gadis yang menajdi alasannya bangun pagi dan tak mengeluh pada dunia?

"Kenapa?" Melody tentu mempertanyakan hal itu dengan berbagai alasan logis yang disodorkan oleh otak pintarnya. Pertama, mereka baru mengenal beberapa bulan dan hubungan mereka mungkin hanya efek dari pubertas yang penasaran dengan kata pacaran. Kedua, Melody sangat yakin bahwa dia dan Archie berbeda 180 derajat dan itu yang membuat mereka tak akan cocok untuk menjadi seorang kekasih.

"I love you and i don't have reason why i have to break up with you. Sekarang aku tanya kenapa kamu mau putus? Aku buat kesalahan? Atau kamu masih bingung soal apa itu cinta? Okay Irish i will wait you but don't break up with me. Please!" Ini kali pertama Archie memohon dengan suara yang bergetar seolah ketakutannya begitu nyata. Takut akan kehilangan gadis yang tanpa sadar mulai meneteskan air matanya.

"Irish," lirih Archie memanggil Melody tapi semakin lirih suara Archie Melody semakin mendengar suara keputusasaan lelaki badung itu.

"Kamu nggak salah, aku yang salah." Melody menunduk membiarkan tetesan air matanya jatuh lebih banyak.

Archie bak terhantap palu godam ketika menyadari bahwa bahu sempit Melody naik turun menandakan bahwa gadis itu tengah menangis, menangis dalam diam yang kemungkinan karenanya. Tanggannya gemetar menyentuh bahu gadisnya kemudian membawanya ke dalam pelukan tempat yang dia sodorkan hanya untuk Melody.

"Maafin aku, sampai bikin kamu ngerasa bersalah." Melody balik memeluk Archie dengan tangisan yang semakin bar-bar. 

"I am sorry." Archie terus merapalkan kalimat itu sembari mencoba menenangkan Melody. Beruntung Melody segera menemukan ketenangannya sekalipun itu butuh waktu yang cukup lama.

"Maaf aku nangis kayak anak kecil." Melody menghapus air matanya dengan kasar dan mulai mengatur pernapasannya hingga dia merasa dia sudah cukup tenang untuk berbicara dengan Archie.

"Kamu butuh waktu buat cerita?" tanya Archie dan Melody mengangguk tapi kemudian menggeleng.

"I will tell you everything," ujar Melody dengan suara yang parau akibat terlalu lama menangis.

"Oke, berhenti kalo itu berat buat kamu. Aku menang butuh penjelasan kamu but if it's hurt you then you don't have to explain it."

Melody menampilkan wajah ingin menangis lagi karena Archie lagi-lagi mementingkan dirinya. Lelaki itu di luar prediksinya.

"Ada apa?"

"Aku abis ketemu Anneth tadi ah bukan Anneth tapi Annelise." Archie mengerutkan dahinya menandakan bahwa otaknya ikut mengerut karena berpikir keras.

"Siapa Annelise?"

"Anneth itu Annelise."

Melihat kebingungan di wajah Archie gadis itu mulai menceritakan semua yang dikatakan oleh Annelise tadi padanya.

Monolog RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang