Pacar Archie

1.5K 285 33
                                    

Label anak baik selalu mengikuti ke mana pun Melody pergi entah itu di lingkungan rumah, kompleks ataupun sekolah. Gadis itu selalu dijadikan pembanding anak tetangga hingga tak sedikit anak tetangganya yang berharap Melody pindah dari kompleks itu. Label itu juga yang membuat Leon sangat percaya pada adiknya yang mengatakan bahwa gadis itu akan belajar di perpustakaan. Padahal perpustakaan tempat di mana Leon mengantar sang adik hanyalah tempat transit belaka.

Melody meminta Leon untuk mengantarnya ke perpustakaan kemudian setelah Leon pergi gadis itu memesan grab untuk menuju rumah sakit tempat dimana Archie sudah menunggunya. Sebuah rencana yang matang bukan? Ya, semenjak kakaknya menjadi strict dia terus belajar bagaimana cara berbohong tanpa ketahuan dan sekarang dia menuai hasil belajarnya.

Bicara tentang janjian, Melody cukup terlambat karena menunggu abang grab. Kini ia tak yakin apakah Archie masih sabar menunggu atau lelaki itu akan memarahinya.

Kaki Melody berlari menuju ke lobi rumah sakit. Sedikit menoleh kanan kiri secara liar seperti mercat hingga manik Melody menemukan lelaki tinggi bertopi hitam dengan kaos bertuliskan Archie. Melody tak mengerti kenapa baju Archie selalu ada tulisan namanya. Apa Archie sengaja agar orang mengenalinya atau itu termasuk fashion style Archie. Melody menggelengkan kepalanya dnegan cepat, sekarang bukan saatnya memikirkan fashion style Archie, sekarang ia harus menemui lelaki itu sebelum kemarahan meliputi si setengah bule.

"Archie, maaf aku telat." Perhatian yang awalnya tertuju pada ponsel kini beralih pada wajah gadis blasteran yang memerah mungkin karena habis berlari.

"Lo lari?" tanya Archie.

"Dari depan aja soalnya abang grabnya nggak mau anter sampai dalam, padahal aku bilang mau bayarin parkirnya. Nyebelin." Melody menjelaskan secara spontan dibumbui dengan raut cemberut yang mampu membuat garis bibir Archie sedikit terangkat.

"Nih minum." Air mineral di sebelah Archie kini menuju tangan Melody dan mungkin setelahnya isinya akan berpindah ke dalam tubuh gadis itu. Tentu saja jika gadis itu bisa membuka botol dengan sempurna.

"Ck." Decakan frustasi diperdengarkan Archie karena gadis di depannya itu tak bisa membuka botol minum.

"Irish, mana botolnya." Botol yang membuat jari Melody memerah itu kini kembali kepada tuannya untuk dibuka.

"Itu tangan aku licin bukan karena aku lemah. Aku biasanya kuat angkat galon..."

"Galon?" Lirikan si pentolan geng itu membuat Melody jiper.

"Kosong," lanjut Melody.

"Nih." Melody menerima botol milik Archie dan mulai meminumnya. Rasa segar menyeruak di tenggorokannya, kali ini Archie sungguh menolong dirinya.

"Makasih." Tak ada jawaban dari Archie dia hanya mengambil botolnya dan meminum isinya kemudian membuangnya ke tempat sampah.

"Lo daftar dulu."

"Aku udah daftar online. Langsung ke poli aja." Archie tak tahu bahwa semudah itu untuk melakukan check up ia pikir ia harus melakukan pendaftaran yang begitu rumit.

"Archie, ayo." Entah keberanian dari mana Melody menarik Archie untuk mengikutinya. Mungkin gadis itu lupa bahwa lelaki yang ia tarik adalah lelaki yang sering disebut jenderal tawuran.

Begitu di poli gadis itu kembali mengurus kepentingan pendaftaran yang hanya tinggal memperlihatkan bukti tiketnya sementara Archie hanya duduk menunggu. Begitu selesai Melody ikut duduk di samping Archie.

"Lo sering ke sini?" tanya Archie karena Melody terlihat begitu hafal lingkungan rumah sakit dan seluruh prosedurnya.

"Lumayan sering. Minggu depan jadwal kontrol aku, tapi ya bisa dibilang aku nggak berani nanya soal basket di depan mama. She will freak out." Melody menoleh ke arah perawat yang menyebutkan nomor antrean.

Monolog RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang