Pertanyaan

2K 380 100
                                    

Aku baca kemaren banyak yang mikir arcjie punya dua nama. Well, he's not. Dia cuma nggak mau ngasih tau nama aslinya ke polisi. Kupikir kalian kenal Archie Andrew dan Fred Andrew ternyata nggak. Buat yang nggak tau mereka ini nama karakter di series Riverdale.

Kalian kayaknya kurang suka series barat ya.

.
.
.
.
.

Semua mata kelas IPA 7 kini menatap Melody intens, mereka masih bertanya-tanya kenapa dari banyak manusia di kantin Archie memilih Melody untuk dimintai tisu. Sayangnya rasa penasaran mereka tak terjawab karena gadis itu seolah menulikan telinganya dan sekarang mereka tak bisa melakukan apa pun karena Melody sedang mempresentasikan sistem eksresi di depan kelas.

"Terima kasih Melody, presentasi yang luar biasa. Sekarang buat teman-teman silahkan tunjuk jari jika ada yang ingin ditanyakan." Tawaran seperti itu selalu dihindari oleh teman-teman melody. Mereka sangat amat jarang sekali melemparkan pertanyaan entah karena mereka sudah paham atau karena tak mendengarkan presentasi tadi hingga tak mengerti isinya.

Namun, sebuah keajaiban terjadi di mana manusia yang biasanya hanya tidur kini mengangkat tangannya.

"Iya silahkan Olin."

Awalnya teman-teman Melody berpikir ini adalah sebuah konspirasi di mana Melody menyuruh Olin untuk mengajukan pertanyaan sehingga Melody bisa menjawabnya dengan sempurna dan keduannya bisa mendapatkan nilai yang sempurna.

Namun, sayang sekali pemikiran busuk mereka tak benar. Olin bertanya atas kemauan hati nuraninya sendiri.

"Bertanya sesuai topik ya, Lin." Bu Zahra memperingatkan mengingat ia sering mendengar bahwa anak-anak IPA 7 cukup sering membuat keresahan dengan tingkah absurdnya.

"Iya bu, sesuai materi kok," kata Olin penuh dengan percaya diri.

"Baiklah, silahkan." Olin tersenyum, tapi Melody malah ketar-ketir. Siapa yang tak tahu bahwa Olin sedikit gila.

"Jika hati termasuk ke dalam sistem ekskresi karena mengeluarkan empedu, maka bagaimana Archie bisa kenal Irish?" Usai Olin menanyakan itu tepuk tangan bersahutan sementara Bu Zahra hanya bisa menggelengkan kepala. Ternyata tingkah IPA 7 bukan sekadar rumor. Mereka memang trouble maker, tapi dia menyukainya.

"Ada pertanyaan lain?" tanya Melody tak menghiraukan pertanyaan dari Olin. Namun, tak ada penanya lain selain Olin membuat dia melirik Bu Zahra meminta bantuan.

"Baiklah, pertanyaannya cuma satu. Silakan dijawab Melody." Olin tersenyum puas sementara Melody tak percaya gurunya ikut-ikutan memojokkannya. Ini semua karena Archie yang impulsif. Harusnya ia tak hanya berdoa kepada Tuhan untuk dijauhkan dari Archie hari itu saja, harusnya dia berdoa setiap hari.

"Boleh pake bantuan kalau kamu nggak bisa jawab Mel." Melody mengernyitkan dahinya, bantuan macam apa yang dimaksud gurunya itu.

"Maksud ibu?" tanya Melody bingung.

"Karena ini bukan pilihan ganda, fifty-fifty sama polling nggak bisa. Jadi, kamu cuma bisa pakai bantuan call a friend. Mau nelpon Archie?" Mata Melody berkedut, ternyata yang bisa aneh bukan cuma temannya, tapi juga gurunya.

"Nah itu Archie." Semua mata tertuju pada luar kelas, mereka melihat Archie berjalan bersama Malik dan Pak Drajat.

"Saya ja—"

"Pak Drajat!" Bu Zahra ini lumayan tidak mendengarkan muridnya ternyata. Secara sepihak dia malah memanggil Pak Drajat, guru olahraga sekaligus pelatih basket.

Dipanggil seperti itu Pak Drajat langsung menghentikan perjalanannya begitupun dengan Archie dan Malik.

"Ada apa, Bu?"

Monolog RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang