"Siapa yang pacaran?"
"Lo sama Juan." Archie menjawab dan Ella tak ingin menimpali, dia takut jika salah ucap akan membuat semuanya berantakan. Dia takut Olin akan memusuhi Melody selain itu dia juga takut jika Archie memarahinya, diam-diam begitu tatapan Archie menyeramkan.
"Nggak. Nggak nggak nggak. Nggak nggak nggak nggak ... nggak nggak nggak. Gue nggak jadian sama Juan, kami cuma temenan." Olin jelas menyanggahnya dengan anarkis, sementara itu Juan tampak syok karena ditolak bahkan sebelum menembak Olin dan yang lebih mengagetkan adalah dia ditolak sebanyak 12 kali.
"Nggaknya bisa biasa aja nggak? Suka sama gue baru tau rasa lo," kata Juan akhirnya untuk menyrlamatkan sisa-sisa harga dirinya.
"Nggak mungkin!"
"Lo ditolak 13 kali Wan, rekor nggak tuh?" Malik selaku manusia yang menjunjung tinggi asas bahagia di atas penderitaan kawan tentu tak akan menyianyiakan kesempatan ini untuk menghina sang don juan grup mereka.
"Masih mending dibanding pengecut kayak lo!" Semuanya terlalu sibuk mengawal pergulatan kata antara Juan dan Malik, mungkin hanya Ella dan Eros yang menjadikan Melody dan Archie sebagai fokusnya.
"Mel," panggil Eros tiba-tiba memaksa semua mata tertuju padanya padahal yang dipanggil hanyalah Melody.
"Iya?" jawab Melody.
"Nanti dijemput? Kalo nggak biar gue anter," tawar Eros lagi.
"Weh weh weh, Kang Eros melakukan penikungan Bung hati-hati dihajar Elliot," ujar Ray layaknya sang komentator bola.
"Aku bareng El." Eros melirik Archie yang tampak tenang padahal ia pikir Archie akan kebakaran jenggot dengan hubungan Eliot dan Melody.
"Eros kecewa Bung, jika seperti ini pembalap Eros belum bisa menyalip Eliot. Bagaimana kelanjutan—"
"Pak Sanusi masuk kantin." Sebuah teriakan heroik dari salah satu teman mereka sambil berlari ke arah keluar kantin di ujung yang tak ada Pak Sanusi di sana, dia harus menyelamatkan diri juga.
"Anjir kenapa dia ke sini sih? Bukannya dia piket hari Rabu ya?" Salah satu alasan kenapa mereka jarang makan di kantin sekolah dan memilih warung belakang sekolah adalah keberadaan guru BK yang sering razia dadakan.
"Anjir gue pake rok pendek. Gue cabut!" Olin mulai kabur bahkan sebelum menyentuh baksonya. Baginya sekarang keselamatan roknya Lebih penting dibanding gumpalan daging berkuah itu.
"Gue juga, gue nggak bawa dasi."
"Ikut."
Satu persatu anak di kantin mulai meninggalkan kantin untuk menyelamatkan baju mereka karena untuk rambut sendiri tak ada aturan khusus. Namun, jangan harap Melody akan pergi, dia anak baik yang memiliki atribut lengkap selain itu yang terpenting kini dia punya semangkok bakso untuk dihabiskan.
"Lo nggak cabut?" tanya Eros tentu saja bukan pada Melody yang jelas adalah siswi teladan. Pertanyaan itu hanya cocok diberikan kepada saudara Archie yang duduk tenang dengan tangan yang sibuk menyendok makanan buatan Melody.
"Nggak," jawabnya seolah dia juga termasuk siswa teladan yang tak akan terkena razia.
"Lo nggak bawa dasi." Ella menunjuk seragam Archie.
"Gue bawa dasi." Archie mengeluarkan dasi dari kantong celananya seolah dengan membawa dasi semuanya aman tanpa harus memakainya.
"Harus dipake Archie, aturannya itu dipake bukan dibawa aja."
"Kalo gitu lo pakein." Archie menyerahkan dasinya pada Melody. Dalam perspektif orang mungkin terlihat bahwa Melody sedang dibully oleh Archie, tapi Ella berpikir beda. Baginya sekarang Archie sedang mencoba berinteraksi dengan Melody.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monolog Rasa
RomanceKetika Tuhan mulai menuliskan kisah cinta antara si anti romantic dan manusia tsundere.