Langkah Melody begitu gontai begitu masuk ke dalam rumah, dia lelah naik mobil bersama Leon yang bak siput dengan dalih untuk keselamatan. Jika begini lebih baik dia pulang bersama Elliot.
Bicara tentang Elliot, lelaki itu sudah duduk dengan manis di sofa ruang tengah keluarga Melody bak rumah sendiri. Elliot tersenyum ketika melihat wajah lelah Melody, gadis itu pasti akan mengajak gibah Elliot tentang Leon.
"Lama banget? Mampir makan?" tanya Elliot.
"Nggak. Aku laper." Melody bergabung dengan Elliot di sofa bahkan menjadikan paha lelaki dengan celana pendek itu sebagai bantal.
"Irish, ganti baju." Gadis itu mencebik kemudian pergi dari sana untuk berganti baju sebelum Leon memulai acara ceramah panjang tentang cara berpakaian.
"Kenapa pulangnya lama? Irish pasti kesel banget." Elliot melirik Irish yang baru saja membanting pintu.
"Irish!"
"Bukan aku. Itu angin." Elliot tertawa kecil, Irish tak pernah berubah.
"So, why you guys so late?" Leon tersenyum kecil mengingat Irene.
"Tadi aku harus balik ke kampus dan setelah mau balik ada junior aku minta tolong. Tadinya mau minta buat nge-chat sama nelpon saudaranya buat jemput." Elliot tertawa kecil, ia sudah sering mendapatkan modus seperti itu untuk mendapatkan nomor telponnya.
"Terus dikasih?" tanya Elliot yang menduga bahwa Leon akan menerimanya karena Leon selalu memandang orang tak akan memanfaatkannya, lelaki yang terlalu baik.
"Irish ngasih hpnya. I think she is more mature. Dia nggak secuek dulu." Elliot menyemburkan tawanya mendengar Leon mengatakan itu. Demi Tuhan, Leon adalah manusia paling berprasangka baik pada orang.
"Irish, your brother said you're more mature." Elliot melapor pada Melody yang keluar dengan baju santai.
"Whatever, aku laper."
"Mama bawain makanan buat kamu. Ayo aku temenin makan. Aku juga laper." Elliot beranjak dari duduknya dan sama sekali tak berniat menawari Leon.
"Kamu makan di sini? Emang belum makan?" tanya Melody yang langsung menuju ruang makan di mana biasanya Elliot sudah menata makanan untuknya.
"Iya. Masakan mama buat aku cuma telur ceplok, tapi buat kamu semur daging. Dia mungkin lupa kalo yang anaknya itu bukan kamu." Melody tersenyum kecil, ia pun merasakan hal yang sama.
"Leon, kamu nggak makan?" tanya Melody.
"Nggak. Aku mau ketemu Dion. Dan Irish, aku pikir kamu harus mulai beradaptasi sama budaya sini. Panggil aku kakak. Okay? I told you so many times."
"I will try."
"Good." Leon beranjak dari kursi dan mengambil kunci mobilnya.
"Did you call Sean, Kak?" tanya Melody pada Elliot yang sudah bersiap untuk makan.
"Nope. Never." Melody tertawa kecil, lama di luar membuat keduanya tak suka menggunakan embel-embel Kak.
"Oh ya, soal Archie. Kamu jangan deket-deket sama dia." Melody memutar bola matanya, hanya karena kedapatan main basket bersama sekali, Elliot terus mengatakan hal itu berkali-kali.
"Aku udah bilang kalo itu untuk taruhan. Aku yang minta dia. Dan aku juga nggak deket sama dia."
"Seluruh sekolah sempet bergosip karena Archie manggil kamu Irish."
"Karena emang nama aku Irish, itu nggak kayak dia manggil aku sayang atau babe."
"Aku belum selesai, terus kalian main basket bareng. Dan kamu jelas tau kalo basket dilarang. Kamu beruntung aku nggak lapor ke Leon." Melody berdecak, ia selalu saja dipojokkan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monolog Rasa
RomanceKetika Tuhan mulai menuliskan kisah cinta antara si anti romantic dan manusia tsundere.