Malik dan Ray adalah kombinasi kombo yang pas untuk memberikan celetukan menghibur, tapi selama lebih dari lima belas menit bahkan sampai mulut Malik dan Ray berbusa Melody masih saja dalam mode panik. Bukan panik karena lukanya yang tak diobati Malik dengan benar, tapi karena gadis itu khawatir pada Archi sekalipun dia tahu bahwa Archie bukan jenis orang yang mudah untuk dikalahkan.
"Mel, udah jangan gigitin kukunya nanti lo cacingan." Ray menarik tangan Melody agar tak menjadi sasaran.
"Mau gue telponin Ella?" tanya Malik yang merasa usahanya gagal dan mungkin Ella bisa membuat Melody tenang.
"Nggak. Jangan!" Melody melakukan itu bukan tanpa alasan. Alasan pertama adalah ia tak ingin merepotkan Ella dan yang kedua adalah dia tak ingin Ella mengadu pada kakaknya yang akan mempersulit kebebasannya nanti.
"Kita apain bro? Di kasih air nggak mau minum, dianterin balik nggak mau," bisik Malik pada Ray.
"Tunggu Bos aja, kayaknya cuma Archie yang didenger Melody," jawab Ray.
"Archie, dia nggak bakal kenapa-napa kan?" tanya Melody.
"Tenang aja Mel, di dunia ini yang bisa ngalahin Bos Cici itu cuma Irene, jadi kalo cuma Gerry doang mah kecil." Malik kembali mencoba memberikan ketenangan pada jiwa Melody yang dilanda kekhawatiran pada nasib Archie.
"Tapi gimana kalo cowok tadi bawa pisau? Atau bawa pistol?" Malik dan Ray saling pandang kemudian mereka mulai ikut panik, mereka tahu tabiat Gerry yang tak sama dengan Panji yang tak pernah menggunakan benda-benda semacam itu.
"Gimana Mal?" bisik Ray mencoba menyembunyikan kepanikannya hingga suara pintu digeser mengalihkan perhatian mereka.
"Archie!" Melody melompat dari brankar untuk menjemput Archie yang terluka lengannya.
"Kamu luka." Melihat ada pada lengan Archi kemudian berbalik menuju ke arah kotak P3K, tapi belum sampai kakinya melangkah tangan Archie menahannya lebih dulu.
"Jangan sampai ilang lagi." Archie memakaikan gelang kancing darinya pada pergelangan tangan Melody. Gadis itu sepertinya tak sadar bahwa gelang itu terjatuh tadi.
"Sekarang ayo gue anter pulang."
"Lengan kamu! Dia pakai pisau? Aku obatin dulu."
"Irish ... Pulang!" kata Archie penuh peringatan. Dia harus segera membawa Melody pulang agar gadis itu aman, dia takut Gerry akan membawa orang-orangnya untuk menyerang kembali.
"Apa sekarang aku pulang lebih penting dari lengan kamu?"
"Aku nggak bakal mati karena ini."
"Terus kamu bakal mati kalo nggak nganter aku pulang?"
"Mampus checkmate!" Ray bergumam pelan takut Archie dengar.
"Oke, Mal ambilin kotak P3K." Sekarang Malik terlihat seperti babu dari Archie dan Melody.
"I am sorry," gumam Melody sambil ketika menyibgsing lengan Archie dan melihat luka sayat.
"Bukan lo yang nusuk gue."
"Still, kalo aku nggak minta tolong ke kamu, kamu nggak bakal gini." Suara Melody terdengar bergetar di telinga Archie.
Archie menoleh pada Malik Dan Ray memberi kode pada mereka berdua untuk pergi. Beruntung sekalipun Malik kurang peka terhadap kode Ray mengerti maksud dari Archie dan akhirnya menyeret Malik dari UKS.
"Listen to me Irish. Gue yang mutusin buat nolongin lo, ini bukan apa-apa. Sekarang obatin gue." Melody kembali menelan rasa ingin mrnangisnya karena sekarang dia perlu mengobati Archie. Ya mengobati Archoe lebih penting dibandingkan tangisan cengengnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monolog Rasa
RomanceKetika Tuhan mulai menuliskan kisah cinta antara si anti romantic dan manusia tsundere.