Phone Number

1.7K 329 79
                                    

Jika ada sebuah penghargaan kelas paling bar-bar maka kelas XI IPS-1 adalah pemenangnya. Bagaimana tidak, ketika guru sejarah sekaligus wali kelas mereka ijin meninggalkan kelas mereka sebentar tanpa ragu mereka mengubah kelas menjadi wahana hiburan.

Ada yang menjadikannya lapangan dadakan dengan bermain bola seperti Malik dan Juan. Ada yang menjadikannya sebagai tempat audisi Sesat Idol (read: sesat adalah SEbelas ipS sATU) yang kebetulan diikuti oleh banyak ras kehidupan dari pecinta musik mulai dari  k-pop hingga qosidahan. Salon dadakan pun ikut dibuka di sana walaupun dengan peralatan yang minim. Untuk Archie sendiri dia memilih menjadikan kelasnya menjadi kamar sendiri, jadi dia bisa tidur sesuka hati.

Namun, tidur Archie tak bertahan lama ketika terdengar suara benda yang jatuh. Berdecak kesal lelaki itu menatap nyalang seluruh kelas untuk mencari tahu suara apa yang mengganggu tidur sucinya.

"Mampus lo Malika." Archie langsung menatap Malik dan ikut menatap plafond yang sedang diamati si hitam manis.

"Lo juga Kampang!"

"Anjir, kena amuk ini lo, mampus." Malik cenderung memiliki teman yang hobi membuatnya panik.

"Ini gimana?"

"Gantilah." Sang ketua kelas membuat wajah Malik lesu, uangnya sudah ia alokasikan untuk membeli spare part motornya biar makin aduhai.

"Bos, bantuin. Gue nggak ada duit." Jika masalah seperti ini saja Malik memanggil Archie bos, biasanya juga memanggil cici.

"Ogah," jawab Archie singkat padat dan menyakitkan.

"Pelit amat lo." Malik menoleh ke arah Eros yang sayangnya lelaki itu hanya tersenyum dan menggeleng menolaknya.

"Tutup aja pake kertas. Nggak mungkin Pak Bolot liat ke atas." Ray mencoba memberi solusi.

"Kalo dia nyari cicak-cicak di plafond gimana?" Juan yang juga sebagai tersangka tak membantu sama sekali.

"Ngapain dia nyari cicak di plafond nggak di dinding? Kurang kerjaan anjir." Ray tetap bersikukuh bahwa wali kelasnya tak akan sampai melihat ke arah plafond.

Namun, sebelum rencana brilian milik Ray dilakukan wali kelasnya sudah lebih dulu sampai di kelas bahkan Pak Setya juga melihat hasil karya Malik dan Juan.

"Bagus ya kalian ditinggal sebentar sudah bikin ulah!" Pasukan yang tadi heboh mencari cara untuk menghilangkan jejak kini mulai amburadul.

"Ini siapa yang buat kayak gitu?" Semuanya terdiam, karena memang merasa tak melakukan dan yang melakukan pun sepertinya takut dengan segala sanksi yang akan menimpanya.

"Jadi, kalian mau diam saja?" tanya Pak Setya dengan nada kesal yang kentara.

"Oke, kalo kalian nggak mau ngaku, bapak anggap ini kalian semua yang ngelakuin." Semuanya langsung heboh kecuali Malik dan Juan.

"Nggak bisa gitu dong Pak."

"Ya kalian sendiri yang nggak mau ngaku. Ya udah sekarang bapak kasih kesempatan sekali lagi. Kalian tunjuk siapa yang bikin plafond hancur?"

Dalam sekejap setiap tangan menunjuk ke arah Malik kecuali Malik dan Archie. Malik tentu menunjuk Juan sementara Archie, dia hanya bersandar dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku.

"Malik Anhar Maulana! Maju kamu!" Malik dengan gontai maju ke depan, dia sudah siap menerima segala hukuman.

"Angkat kaki kamu."

"Nggak bisa, Pak saya bukan magician." Pak Setya memang harus sering beristigfar jika berhubungan dengan Malik and the gang.

"Maksud saya kaki kiri kamu saja. Terus jewer telinga kamu sendiri." Mau tak mau Malik melakukannya.

Monolog RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang