4

1K 132 12
                                    

Warning! Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Dimohon kebijaksanaan pembaca agar tidak dikaitkan dengan dunia nyata. Dilarang keras untuk menduplikasi dan/atau menyebarkan sebagian atau seluruh isi cerita ini tanpa izin penulis.

.
.

Jeno selama ini selalu berpikir kalau anak-anak orang kaya itu tidak lebih dari sekumpulan anak manja, tidak tahu apa-apa, dan hanya bisa menghamburkan uang. Seluruh pikiran itu mendadak jungkir balik ketika Jaemin datang dan mulai membawa Jeno masuk dalam pergaulannya. Jaemin mengenalkannya pada Renjun (yang Jeno baru sadar kalau mereka satu kelas homeroom), pada Hyunjin yang hobby main game online, dan pada Karina Yoo, anak menteri pertahanan Korea yang sejak hari pertama jadi buah bibir angkatan mereka.

Well, tidak selamanya mereka selalu membicarakan uang.

Huang Renjun rajin belajar. Semenjak saling kenal, mereka hampir selalu mengerjakan tugas bersama di ruang belajar saat pulang sekolah. Omongan Jeno dengan Renjun selalu seputar tugas-tugas sekolah mereka yang rasanya membuat Jeno ingin meceburkan diri ke kolam renang sekolah. Hyunjin dan Karina juga suka mengajaknya main game online bersama kalau sedang jam bebas. Tahu-tahu meja makan siang Jeno sudah diisi dengan anak-anak ini (ditambah dengan Felix). Alasan mereka karena kantin berbayar terlalu ramai.

"Sabtu besok aku mengadakan pesta ulang tahun untuk Momo!" kata Karina girang.

"Oh, sudah setahun, ya?" kata Hyunjin dengan mulut penuh makanan.

"Telan dulu!" bentak Renjun yang membuat Hyunjin misuh-misuh.

Karina mengangguk antusias. "Iya, Momo sudah setahun. Kalian datang, ya?"

"Kami perlu bawa hadiah apa?" tanya Jaemin.

"Umm..." Karina berpikir sesaat. "Tidak perlu membawa apa-apa, sih. Kalian datang saja ya ke rumahku jam 5 sore. Yang lain juga kuundang, jadi pasti akan ramai."

Jeno menganggukkan kepala. Sebenarnya ia sudah berniat untuk tidak datang kalau saja Felix tidak menggedor pintu unit apartemennya dan memaksa Jeno untuk mandi. Felix bilang, "Aku penasaran dengan rumah Karina!"

Setelah dibujuk berkali-kali, akhirnya Jeno memutuskan untuk memakai kemeja yang nyaman, celana jeans, dan sepatu Converse hitamnya. Toh Karina tidak mengatakan dresscode-nya apa, jadi Jeno hanya memilih pakaian yang ia kira cukup layak dari lemari pakaiannya.

Felix dan Jeno naik taksi ke rumah Karina di wilayah Hannam-dong. Rumahnya bukan apartemen mewah seperti yang Jeno dan Felix pikirkan sebelumnya.

"Dia tinggal di villa?!" pekik Felix norak.

Rumahnya berdiri di atas tanah dengan basement yang hari ini dibuka untuk menerima tamu-tamu bermobil. Tolong jangan tanya mobil apa saja yang ada di sana karna rasanya seperti pergi ke pameran mobil daripada garasi rumah seseorang. Rumah itu punya taman luas yang mampu menampung tamu-tamu undangan Karina. Dindingnya di kelilingi kaca yang bisa Jeno bayangkan akan terlihat cantik saat malam hari. Belum lagi dengan koleksi guci-guci di sudut ruangan yang tidak mau Jeno tahu harganya. Di salah satu dinding ruangan, Jeno bisa melihat foto-foto orang penting negara itu bersama seorang pria yang Jeno yakin adalah ayah Karina.

Begitu masuk, ia bertemu dengan Renjun yang sudah membawa cola di tangannya. "Karina dan Momo ada di dekat kolam renang," katanya lalu mengarahkan mereka berdua melintasi ruang tamu menuju kolam renang yang ada di tengah rumah. Gila, Jeno tidak pernah membayangkan rumah macam ini sebelumnya! Dia pikir tinggal di penthouse seperti Hyunjin saja sudah kaya sekali.

"Momo itu adiknya?" tanya Jeno penasaran karena sejauh yang ia lihat ini teman-teman sekolahnya semua.

"Bukan, itu anjingnya."

With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang