9

813 117 1
                                    

Warning! Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Dimohon kebijaksanaan pembaca agar tidak dikaitkan dengan dunia nyata. Dilarang keras untuk menduplikasi dan/atau menyebarkan sebagian atau seluruh isi cerita ini tanpa izin penulis.

.
.

Jeno tidak pernah siap dengan sebuah terjangan pelukan dari Jaemin. Gadis itu tertawa riang. "Sudah kubilang, kan! Pasti menang!" katanya kemudian mengurai pelukannya. "Selamat!"

Sesaat Jeno merasa jantungnya berdegup keras sekali seperti akan melompat keluar dari rongga dadanya. Ia berdehem sebentar sebelum menjawab. "Thank you."

Hari Senin sekolah berjalan seperti biasa. Jeno dan Jaemin tidak punya kelas yang sama di hari itu. Mereka hanya bertemu saat jam makan siang di kantin umum.

Jaemin membawa satu bekal makan siang spesial untuk Jeno. Isinya ada nasi, salmon panggang, tumisan bayam, dan beberapa potong semangka yang membuat Hyunjin dan Felix berdecak iri. "Aku juga ingin!"

Gadis itu malah tertawa. "Nanti ya, kalau kalian menang lomba akan aku buatkan juga."

Mereka lagi-lagi melewati makan siang berlima sambil menggosip tentang perlombaan Jeno kemarin hingga soal pesta ulang tahun Mark yang jadi hot issue di sekolah. Sayang sekali, Sabtu kemarin Karina dan Jaemin tidak bertemu karena posisi meja mereka yang berjauhan. "Kamu makan panna cottanya tidak? Itu enak sekali!"

Karina mengangguk antusias. "Iya! Itu sepertinya panna cotta terenak yang pernah aku makan."

"Eh iya, Jaem. Sabtu besok kan kamu ulang tahun, kamu mau hadiah apa?" tanya Felix.

Jaemin diam, berpikir sebentar. "Tidak ada," jawabnya kemudian karena ia sedang tidak ingin apapun saat ini. "Oh! Ada!" ucapnya sedetik kemudian.

Jeno memandanginya dalam diam.

"Sabtu besok jangan buat janji dengan siapa-siapa, ya. Aku mau mengajak kalian ke waterpark!" kata Jaemin.

"Kau yakin, hanya mau itu?" Tanya Jeno.

Jaemin mengangguk. "Iya. Aku marah kalau kalian tidak ikut!"

Meski Jaemin bilang begitu, Jeno tidak bisa menghentikan pikirannya untuk memberikan hadiah. Dia berulang kali bertanya pada Felix, "Aku harus membeli apa?"

Felix memutar matanya. Kakinya sudah pegal berkeliling mall sepulang sekolah demi menemani Jeno mencari hadiah. Dia sendiri sudah memutuskan untuk membeli sebuah tumblr Starbucks yang dipenuhi gambar kelinci mengingat Jaemin suka sekali minum kopi.

"Yang kau cari apa, sih?" tanya Felix masih mengekori Jeno yang kali ini masuk ke Sephora. Sebelah tangannya memegang segelas boba dan mulutnya tidak berhenti mengunyah sejak tadi.

"Barang yang dibutuhkan Jaemin." Jeno mengambil sebotol parfum, mencium aromanya sebentar lalu menjauh karena bau yang menyengat. Ia ingat Jaemin juga suka pakai parfum, tapi tidak yakin gadis itu memakai yang mana karena aromanya khas sekali dan Jeno tidak menemukan aromanya di mana-mana.

"Pembalut?" jawab Felix main-main. Lelaki itu tertawa melihat wajah sebal Jeno. "Ya semua perempuan kan butuh pembalut kalau itu yang kamu pertanyakan."

Jeno menghela napas. "Dia terlalu kaya sampai semua hal yang terpikir di kepalaku rasanya bisa dibeli semua olehnya."

"Kalau kamu berpikir soal harga, ya jelas dia bisa beli semuanya. Kurasa bukan itu yang diinginkan Jaemin. Kamu akan kalah telak sama Senior Mark kalo bertanding harga."

"Kenapa Senior Mark disebut-sebut?" Tidak tahu, Jeno kesal sekali mendengar nama itu jadi sebisa mungkin ia menghindar kalau sudah berhubungan dengan Mark.

With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang