Warning! Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Dimohon kebijaksanaan pembaca agar tidak dikaitkan dengan dunia nyata. Dilarang keras untuk menduplikasi dan/atau menyebarkan sebagian atau seluruh isi cerita ini tanpa izin penulis.
.
.
"Kamu serius akan pindah ke asrama?" tanya Gongmyung. Ia duduk di tepi ranjang sambil memperhatikan anaknya yang sedang mengepak pakaian ke dalam koper.
"Iya, Yah. Kampus menyediakan asrama untuk penerima beasiswa, jadi kupikir lebih baik tinggal di sana saja supaya lebih dekat dan hemat ongkos," jelas Jeno tanpa menyadari wajah Gongmyung menjadi muram.
"Jadi Ayah sendirian ya di rumah?"
Jeno menekan pakaiannya agar muat di koper. "Aku akan pulang setiap akhir pekan," janji Jeno.
Gongmyung menghela napas. Ia pun juga mengatakan hal yang sama pada ibunya dulu. Namun pada akhirnya hal itu hanya berlangsung selama sebulan pertama karena di bulan selanjutnya ia lebih senang menghabiskan waktu bersama teman-temannya.
Masa muda memang masa-masa paling menyenangkan untuk menjelajahi dunia, kan?
Gongmyung menepuk bahu Jeno. "Jangan lupa pulang, ya," pesannya lalu meninggalkan Jeno di kamarnya.
Jeno masih fokus pada pekerjaannya sambil mengingat-ingat apa yang harus ia bawa. Ia mencentang list di ponselnya. Setelah merasa oke, ia menyimpan tasnya di dekat pintu kamar karena ia baru akan pindah ke asrama lusa.
Ia lantas memandang meja belajarnya yang penuh dengan buku-buku sekolah. Lalu helaan napas panjang keluar. Pekerjaannya ternyata masih banyak. Ia harus memindahkan itu semua ke gudang sebelum meninggalkan rumah.
Jeno pergi ke gudang, mencari kardus kosong yang mungkin bisa ia pakai. Tangannya menarik sebuah kardus di ujung gudang lalu mengernyit bingung ketika melihat label "Doyoung" di bagian tutupnya. Ia tidak pernah melihat kotak itu sebelumnya.
"Jeno, Ayah pergi dulu, ya!" pamit Gongmyung.
"Iya, Ayah!" jawab Jeno tanpa melihat
Kardus itu ringan. Karena penasaran, Jeno membawanya keluar dari gudang dan meletakkannya di meja depan TV. Ia mengambil lap dan membersihkan permukaannya sebelum membukanya.
Tidak banyak hal di dalamnya. Kotak itu berisi album foto ibunya semasa SMA dan sebuah buku catatan. Ia membuka halaman demi halaman album. Foto-foto itu sudah menguning. Meskipun jarang melihat foto ibu, sekali lihat pun Jeno tahu yang mana ibunya dengan senyumnya yang khas. Ibunya yang muda dan tampak sangat ceria.
Mata Jeno berubah sendu. Seandainya ia bisa merasakan kehadiran ibunya... Ia ingin tahu, ibu orang yang seperti apa.
Dahinya mengernyit ketika melihat laki-laki di sebelah ibu tampak tidak asing. Rahangnya yang kotak dengan senyum khasnya dan mata bulan sabit.
"Tuan Jung?"
Pria itu ada di beberapa foto yang sama dengan ibunya. Lelaki itu tampak jauh lebih muda dari yang Jeno ingat. Ia sama sekali tidak tahu kalau ibunya kenal dengan Tuan Jung. Ayah tidak pernah bilang.
Jeno kembali menyimpan album itu dalam kotak lalu beralih pada sebuah buku agenda berwarna hitam di sana. Sebuah kartu nama jatuh dari dalam sana dengan nama Jung Jae Hyun. Dahi Jeno semakin berkerut dalam.
Dia terdiam dalam pikirannya ketika membaca lembar demi lembar tulisan rapi ibunya dalam buku harian itu.
Mendadak seluruh hidupnya berubah menjadi seperti dalam mimpi. Ia sama sekali tidak percaya dengan apa yang baru ia baca. "Ini gila..." gumamnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
With You
Romance[END] Ini cerita mereka yang terlilit benang takdir karena satu kesalahan Jaehyun. Jeno yang datang seperti petir di siang hari. Mark yang selalu jadi pahlawan bagi Jaemin. Siapa yang Jaemin pilih? . . . Book 1 of 3 Warning ⚠️ : GS, slowpace, mature...