Warning! Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Dimohon kebijaksanaan pembaca agar tidak dikaitkan dengan dunia nyata. Dilarang keras untuk menduplikasi dan/atau menyebarkan sebagian atau seluruh isi cerita ini tanpa izin penulis.
.
.Jeno memandangi wajahnya dari cermin yang menggantung di atas wastafel. Wajah penuh luka itu tampak membenarkan pikiran yang belakangan mengganggu benaknya.
Kau pecundang, Kim Je No.
Bagaimana Mark dengan segala daya yang ia miliki berhasil memiliki Jaemin dan memecundangi Jeno. Padahal mereka sama-sama tahu, bahwa sejak awal Jaemin tidak pernah mencintai Mark.
Ting Tong!
Jeno berlalu dari kamar mandi untuk membuka pintu dan mendapati tubrukan badan dari Jaemin yang memeluknya erat.
"Jahat! Kenapa kamu tidak mengabari aku selama tiga hari ini?!" cecar Jaemin begitu gadis itu masuk ke apartemennya.
"Sakit, Jaemin," desis Jeno membuat gadis itu berangsur mundur.
Air mata Jaemin sudah mengalir ketika melihat wajah Jeno masih berbekas memar yang berwarna kebiruan. "Siapa yang membuatmu jadi seperti ini?" tanya Jaemin sambil menyentuh wajah Jeno hati-hati.
"Mark."
Jaemin memandangnya tak percaya.
Gadis itu menunduk. Ia memegangi tangan kanan Jeno. "Maaf," katanya penuh penyesalan.
Tangan Jeno terulur, menyeka air mata dari pipi Jaemin.
Tidak seharusnya Jaemin merasa bersalah. Ini bukan salah siapa-siapa. Hanya takdir yang dengan jahil memutar-mutar mereka dalam labirin hidup.
Ia sudah memikirkan hal ini selama beberapa hari ia cuti di rumah sambil menyembuhkan luka-lukanya. Bahwa sejak awal Jaemin adalah miliknya. Ia yang terlalu takut untuk berada di sebelah Jaemin membuat keberadaannya hilang dan tidak dianggap orang. Rasa tidak percaya dirinya membuat seolah ialah yang merebut Jaemin dari Mark. Padahal yang terjadi adalah sebaliknya.
Tidak heran Mark dengan mudah menginjak harga dirinya karena ia sendiripun tidak percaya dengan dirinya.
Ia tidak ingin mereka begini terus. Ia tidak mau hanya jadi pecundang yang bersembunyi di balik Jaemin. Ia ingin semua orang tahu bahwa Jaemin miliknya.
"Ayo bertemu ayahmu bulan depan."
"Ya?" Jaemin berjengit di tempat. Ia memandang wajah Jeno dengan dahi berkerut dan segera menggeleng. "Tidak, Jeno. Papa bisa menghabisi kamu kalau dia tahu."
Jeno menghembuskan napas. Tangannya meraih kedua tangan Jaemin dalam genggaman. Matanya memandangi cincin berlian yang masih menghiasi jari manis Jaemin. Ia tersenyum kecut.
"Aku pengecut yang selalu sembunyi. Bahkan saat kamu jelas-jelas ada di tanganku, aku masih tidak berani. Tapi kali ini aku tidak mau seperti itu lagi, Jaemin. Aku ingin menggandeng kamu dengan percaya diri. Aku tidak mau bersembunyi lagi. Bahkan jika itu artinya aku harus habis di tangan ayahmu, aku tidak peduli, Jaemin. Aku mau dunia tahu, kamu milikku."
Sesaat Jaemin diam, memikirkan kata-kata Jeno.
Bukan hanya Jeno yang memimpikan hal itu. Ia pun ingin bisa mengenalkan Jeno pada dunia sebagai belahan hatinya. Tapi hati kecilnya takut. Ia takut kalau ia harus kembali kehilangan Jeno seperti yang sudah terjadi sebelumnya.
Jeno menyadari kekhawatiran gadis itu. "Ayo hadapi sama-sama. Jangan berjuang sendirian. Aku mau berjuang bareng kamu." Matanya tidak lepas dari Jaemin. "Kamu mau, kan, Jaemin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
With You
Romance[END] Ini cerita mereka yang terlilit benang takdir karena satu kesalahan Jaehyun. Jeno yang datang seperti petir di siang hari. Mark yang selalu jadi pahlawan bagi Jaemin. Siapa yang Jaemin pilih? . . . Book 1 of 3 Warning ⚠️ : GS, slowpace, mature...