14

805 114 13
                                    

Warning! Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Dimohon kebijaksanaan pembaca agar tidak dikaitkan dengan dunia nyata. Dilarang keras untuk menduplikasi dan/atau menyebarkan sebagian atau seluruh isi cerita ini tanpa izin penulis.

.

.

Jaemin datang dengan suasana hati yang bagus sekali hari itu. Ia membawa masakannya ke sekolah seperti sebelumnya. Hyunjin, Jeno, dan Felix langsung memakannya. Karina mencicipi sedikit lalu tidak makan lagi karena gadis itu lagi diet. Sebentar lagi ada turnamen antar sekolah dan anak cheers harus mempersiapkan diri.

"Ah... aku ingin makan..." desah Karina sambil memandangi makanan Jaemin yang tampak begitu menggiurkan.

"Makan," kata Hyunjin dengan mulut penuh udang.

"Huft... tidak bisa, nih. Berat badanku naik dua kilo karena liburan. Jadi aku disuruh diet sama tim," keluh Karina. Gadis itu hanya mampu menyesap jus labu kemasan yang berlabel 0 kkal.

Hyunjin mengambil beberapa potong udang dan kentang ke hadapan Karina. "Makan. Diet itu pola makan, bukan tidak makan--aduh! Sakit tahu!" Lelaki Hwang itu mengelus lengannya yang baru dipukul Karina.

"Dasar tidak berperasaan!"

Hyunjin misuh-misuh. Dia kan peduli pada gadis itu yang bentuknya sudah seperti tusuk tteokppokki. Sekurus itu masih disuruh diet. Perempuan itu gila, apa?

"Aku iri pada Jaemin, badannya tidak pernah gemuk," kata Karina tiba-tiba.

"Eh?" Yang jadi topik pembicaraan memekik kaget.

Ya, iya sih, badan Jaemin memang rata seperti triplek. Tapi apa bagusnya punya badan seperti itu? Jaemin malah iri dengan Karina karena bukan hanya tinggi, bentuk badannya juga bagus seperti gitar.

"Kamu cantik, kok," kata Jaemin.

"Tidak, ah. Kamu lebih cantik."

Jeno memutar mata. Perempuan-perempuan ini suka sekali saling memuji. Entah benar-benar tulus atau hanya basa-basi.

Tidak ada yang mengungkit tentang Minji. Sejak ditolak, Minji tidak lagi bergabung dengan mereka. Gadis itu lebih memilih makan dengan anak-anak tim lomba panahan. Gadis itu juga terlihat masih mencuri pandang pada Jeno, tapi selalu mengalihkan pandangan jika tertangkap basah.

Karina tidak lagi berani mengajak Minji makan bersama. Ia tahu tentang penolakan Jeno. Ia juga bisa melihat bagaimana Jaemin kembali ceria setelahnya. Jadi ia membiarkan keadaan ini berlangsung begitu saja.

Mereka tidak buta. Mereka bisa melihat bagaimana Jaemin dan Jeno saling menaruh perhatian lebih. Mereka bisa melihat bagaimana Jaemin entah sadar atau tidak akan memegang siku Jeno ketika mereka berjalan. Jeno pun tidak tampak canggung sebagaimana ia menghadapi Minji. Lelaki dingin itu membiarkan Jaemin berlaku seenaknya.

Seperti sekarang, Jaemin menyiapkan selipatan tissue untuk Jeno. Lelaki itu menerimanya dengan santai. Hanya Jeno, padahal di sana ada Hyunjin dan Felix yang juga sedang makan.

Hyunjin dan Karina saling melempar pandangan lalu tersenyum tipis. Terlalu gatal melihat keduanya. Mereka tahu, cepat atau lambat kedua temannya itu akan jadian.

Threemusketeer (3)

Karina : Hei
Karina : Mau menjodohkan Jaemin dan Jeno tidak?

Hyunjin : ayo, lah!
Hyunjin : aku gatal melihat mereka kucing-kucingan seperti itu

Karina : Felix! Ayo joinnn!

With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang