Warning! Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Dimohon kebijaksanaan pembaca agar tidak dikaitkan dengan dunia nyata. Dilarang keras untuk menduplikasi dan/atau menyebarkan sebagian atau seluruh isi cerita ini tanpa izin penulis.
.
.
Satu musim telah usai. Setelah musim gugur tiba dan sekarang hampir berlalu, Jaemin belum juga memberikan jawabannya pada Jeno. Gadis itu membiarkan segalanya mengalir dengan lambat. Ia hanya ingin menikmati seluruh pertemuan rahasianya dengan Jeno.
Jaemin memeluk pinggang Jeno dari belakang ketika lelaki itu memasak. Ia menghirup aroma tubuh Jeno yang khas sabun mandi, lalu mengintip dari balik punggung lebar itu.
"Ini miyeok-guk yang ayahmu ceritakan?"
"Hm. Kau mau, kan?" tanya Jeno sambil mengaduk sup dalam panci.
Jaemin terkikik senang dan mengangguk di belakangnya. Ia lalu pergi menyiapkan meja lipat di apartemen mungil Jeno untuk mereka makan.
Sejak bekerja, Jeno memilih tinggal terpisah dari Ayah dengan alasan agar lebih dekat dengan kantor. Sebenarnya, lebih dari itu semua, Jeno hanya tidak ingin ayah begadang menungguinya pulang. Pekerjaannya sering memaksanya untuk lembur. Daripada ia pulang dengan memakan perjalanan jauh dan ayah malah sakit karena angin malam, maka ia memutuskan pindah.
Jaemin mencicipi sesendok. "Ayahmu tidak bohong kalau miyeokguk buatanmu enak," pujinya.
"Senang mendengarnya," jawab Jeno lalu mulai makan.
Jaemin datang di hari Minggu pagi dengan membawa sekantong belanjaan. Dia meminta Jeno membuatkan miyeokguk dengan bahan-bahan yang ia bawa. Jeno yang biasa menghabiskan hari minggunya dengan tidur seharian (bayar hutang tidur pada badannya sendiri) akhirnya bangun untuk memasak.
Ponsel Jaemin berbunyi. Wanita 28 tahun itu melirik notifikasi ponselnya lalu mematikan layar.
"Siapa?"
"Bukan siapa-siapa," jawab Jaemin lesu. "Itu alarm datang bulanku."
"Oh..." Jeno baru dengar ada hal yang seperti itu. "Kamu sedang datang bulan?"
"Seharusnya."
Alis Jeno naik satu. Ia mengamati Jaemin dari ujung kepala hingga kaki.
"Kamu hamil?"
Seingatnya, sejak hari itu mereka tidak pernah melakukannya lagi. Bahkan di hari itupun ia tidak melakukan penetrasi dan harus menuntaskan hasrat seksualnya sendiri. Masa Jaemin hamil?
Wanita itu malah tertawa. "Tidak, lah. Tidak ada yang membuahi, bagaimana bisa hamil?"
Jeno mengangguk. Sebagian dirinya merasa lega setelah mendengar itu.
"Ini sudah biasa. Aku memang sering telat datang bulan," aku Jaemin. "Katanya bisa disebabkan oleh stres."
"Sejak kapan seperti ini?" tanya Jeno penasaran.
"Hmm... kapan, ya?" tanya Jaemin pada dirinya sendiri sambil berusaha mengingat-ingat. "Dua tahun lalu, mungkin?"
"Kamu tidak cek ke dokter?"
Jaemin menggeleng. "Takut." Ia menghela napas. "Biasanya telat satu atau dua minggu dari siklus seharusnya. Tapi aku tetap datang bulan. Hanya saja belakangan ini bisa tiga bulan aku sama sekali tidak datang bulan."
Jeno meletakkan alat makannya. Ia memandang serius pada Jaemin yang menghindari tatapannya. "Jaemin, itu harus diperiksa."
"Tahu..." Jaemin mengaduk-aduk sisa sup rumput laut di mangkuknya. "Tapi aku takut."
KAMU SEDANG MEMBACA
With You
Romance[END] Ini cerita mereka yang terlilit benang takdir karena satu kesalahan Jaehyun. Jeno yang datang seperti petir di siang hari. Mark yang selalu jadi pahlawan bagi Jaemin. Siapa yang Jaemin pilih? . . . Book 1 of 3 Warning ⚠️ : GS, slowpace, mature...