25

812 107 4
                                    

Warning! Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Dimohon kebijaksanaan pembaca agar tidak dikaitkan dengan dunia nyata. Dilarang keras untuk menduplikasi dan/atau menyebarkan sebagian atau seluruh isi cerita ini tanpa izin penulis.

.

.

Hyunjin mendelik. "Hah?"

"Tunggu, tunggu!" Lelaki itu berusaha merajut seluruh informasi yang Jeno paparkan. Informasi itu mendadak membuat kapasitas otaknya seakan menciut. "Jadi, yang kau panggil ayah sekarang bukanlah ayahmu? Ayahmu yang sebenarnya bernama Jaehyun? Begitu?"

"Kurang lebih begitu." Jeno menunduk di kursi belajarnya. "Bunga deposito yang aku terima waktu itu juga berasal dari dia."

"Dari mana kau tahu?"

"Pihak bank yang bilang. Tidak ada kesalahan dalam sistem mereka. Orang bernama Jung Jaehyun ini memang memasukan deposito dengan rekeningku sebagai penerima bunganya."

Tiga bulan berlalu dan uang deposito itu terus masuk ke rekening Jeno yang mana membuatnya takut karna nominal uang yang banyak. Sekalipun ia tidak pernah menyentuh uang deposito itu. Ia tidak lagi tahan menyimpan ini semua sendirian, dan akhirnya ia bercerita pada Hyunjin.

Hyunjin membaca buku harian Doyoung. Ia bolak-balik memandang Jeno yang terdiam di tempatnya.

"Kau tidak mau menghubungi orang ini saja?" Ia menunjuk kartu nama usang itu.

"Pernah kuhubungi, tapi langsung kututup lagi."

Jeno lagi-lagi menghela napas panjang.

"Ibuku bilang di sana kalau dia menderita PCOS. Memangnya ada kemungkinan hamil kalau menderita penyakit itu?" tanya Jeno setelah melakukan risetnya sendiri di internet.

Polycystic ovary syndrom adalah penyakit hormonal yang menyebabkan penderitanya tidak subur. Ciri-ciri utamanya ada pada hormon androgen yang berlebih, menstruasi yang tidak teratur, dan beberapa kista pada ovarium. Perempuan yang menderita PCOS memiliki kemungkinan kecil untuk hamil.

"Buktinya kamu ada," jawab Hyunjin membungkam Jeno.

"Kalau penasaran, lebih baik kau telfon orang ini." Hyunjin menjadi lebih serius. "Anggap saja kita sedang main lotre. Kalau nomor ini benar, berarti orang ini memang ingin bertanggung jawab tapi ibumu yang tidak ingin. Misalkan tidak ada jawaban, ya sudah. Berarti ini hanya salah rekening. Kau bisa melaporkan uang ini ke polisi."

Jeno menekan sederet nomor itu. Sebelum menekan tombol telfon, ia kembali melirik Hyunjin yang mengangguk. Ia menghela napas lalu menekannya dan membiarkan telefon itu dalam mode loud speaker.

"Halo?" jawab orang di seberang sana membuat napas Jeno mendadak tertahan. Hyunjin sudah menutup mulut, menahan diri untuk tidak teriak.

"Halo?" tanya orang itu lagi.

"Halo, apa benar ini dengan Bapak Jung Jae Hyun?"

"Ya, benar. Ini dengan siapa?"

Jeno tertegun. Ia nyaris tak menjawab lagi kalau bukan Hyunjin yang menyenggol lututnya, menyadarkan dia dari keterkejutan.

"Saya... saya Kim Je No, anak dari Kim Do Young."

Telefon mendadak hening. Hyunjin sampai mengira kalau telefonnya sudah ditutup.

"Halo?" tanya Jeno memastikan telefon masih tersambung.

"Ah iya, bisa kita bertemu besok malam?" tanya Jaehyun

Janji temu itu tiba-tiba disepakati kedua belah pihak. Jeno dan Hyunjin saling diam, berusaha memproses apa yang sedang terjadi.

"Heh, ini dunia nyata kan ya? Bukan drama?" tanya Hyunjin. "Hidupmu drama sekali. Mulai dari pacar mendadak tunangan dengan orang lain. Sekarang ayahku bukan ayahku."

With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang