21 (Season 2)

851 104 4
                                    

Warning! Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Dimohon kebijaksanaan pembaca agar tidak dikaitkan dengan dunia nyata. Dilarang keras untuk menduplikasi dan/atau menyebarkan sebagian atau seluruh isi cerita ini tanpa izin penulis.

.

.

Jaehyun menuangkan teh ke cangkirnya dan Seokmin. Aroma khas mint menguar di udara. Jaehyun menambahkan dua kubik gula batu ke dalam cangkir sebelum menyesap teh nya.

"Ini dokumen yang kau mau," kata Seokmin sambil menyerahkan sebuah file kuning ke tangan Jaehyun.

Jaehyun membaca dengan saksama perjanjian jual-beli perusahaan fintech yang akan ia danai. Kemungkinan besar bulan depan untuk finalisasi perjanjian dan harga. "Tidak ada yang aneh, kan?" tanyanya.

"Tidak, semua baik. Perputaran keuangan mereka sehat. Bisnis modelnya juga kurasa baik--untuk urusan itu, aku tahu kamu lebih ahli. Mereka sudah terdaftar di Kementerian Keuangan dan Badan Pengawas Keuangan," kata Seokmin setelah menyesap tehnya. "Kudengar Perusahaan Miihi juga sedang bernegosiasi untuk membeli kepemilikan saham mereka."

"Oh iya? Mereka akan beli berapa banyak?"

"Sekitar 5 juta lembar untuk kepemilikan 40 persen."

Jaehyun menganggukkan kepala. "Kalau 40 persennya dikuasai Miihi, pasti management strategic-nya akan lebih matang dibanding yang sekarang."

"Kamu tidak berminat bersaing harga dengan Miihi?"

Jaehyun menutup file yang pertama. "Tidak, meski sekarang fintech banyak dipakai, tapi mereka booming karena metode bakar uang. Ada banyak fintech baru bermunculan, kita belum tahu fintech mana yang akan bertahan setelah promosi selesai."

"Kamu tidak berniat membuat satu yang sama?" tanya Seokmin agak penasaran.

"Beli saja. Agak beresiko kalau Taeyang harus membuat yang baru," jelas Jaehyun. "Aku malah lebih tertarik dengan beberapa start-up. Mereka punya banyak ide-ide baru yang relevan dengan kondisi sekarang."

Meski berkata begitu. Tetap saja rasanya mengganjal bagi Seokmin. Untuk kali ini, Jaehyun berinvestasi atas nama pribadinya, bukan melalui anak perusahaan Taeyang. Pembeliannya pun bukan pada perusahaan-perusahaan besar yang sudah IPO, tapi pada perusahaan rintisan yang tidak jelas masa depannya.

Jaehyun mengambil bolpen mahalnya yang selalu ada di meja, lalu membubuhkan tanda tangannya di sana.

"Notarisnya akan disediakan dari pihak sana dengan biaya ditanggung pembeli," jelas Seokmin.

"Oh, bukan istrimu, ya?" tanya Jaehyun.

"Bukan."

Bukan kali ini saja Seokmin bekerja untuk Jaehyun. Mereka saling kenal di awal karier mereka. Saat itu Seokmin masih menjadi staff junior di perusahaan konsultan hukum yang bekerja untuk Taeyang Group, sedangkan Jaehyun masih bekerja sebagai manager operasional di kantor utama. Karena umur yang sepantaran membuat hubungan mereka lekas cair dan hubungan rekan itu terus berlanjut hingga kini Jaehyun menjadi pemilik sekaligus presiden direktur Taeyang Group sedangkan Seokmin berhasil meraih ijin pengacaranya.

"Aku akan mulai alih kepempinan setelah Mark menyelesaikan S2 nya. Aku sudah menyuruhnya untuk mulai magang sejak lulus SMA kemarin. Kupikir tidak akan lama sampai Mark siap mengambil alih."

"Jadi kau sudah berencana untuk pensiun?"

"Kalau dari Taeyang, iya. Aku pikir akan pensiun saat Mark siap. Sisanya aku hanya ingin menikmati waktu dengan Taeyong sambil memperhatikan perusahaan-perusahaan rintisan ini," kata Jaehyun membuat Seokmin mendengus tertawa.

With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang