Warning! Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Dimohon kebijaksanaan pembaca agar tidak dikaitkan dengan dunia nyata. Dilarang keras untuk menduplikasi dan/atau menyebarkan sebagian atau seluruh isi cerita ini tanpa izin penulis.
.
.
Jaemin berbaring di kasurnya. Rasanya enggan sekali beranjak dari sana. Sudah dua hari ia seperti ini. Perutnya terasa agak sakit ketika datang bulan dan ia harus bolak-balik ganti pembalut karena darah yang keluar banyak. Rasanya ia sudah tak punya tenaga lagi untuk berbuat apa-apa.
"Halo?" jawab Jaemin di telfon.
"Masih sakit?" tanya Jeno.
"Masih," adunya. "Tadi aku telfon dokter, katanya wajar penderita PCOS seperti ini."
Jeno sudah tahu sakit yang diderita Jaemin. Laki-laki itu yang semalaman memeluknya sambil menenangkan dia, berkata bahwa semuanya akan baik-baik saja. Laki-laki itu juga yang mendukung Jaemin untuk meneruskan pengobatannya disaat Jaemin ingin sekali berhenti dan kabur.
"Sudah makan?"
"Belum."
"Kenapa?"
"Malas," jawab Jaemin sekenanya sambil melirik strip obat yang juga belum ia sentuh hari ini di meja nakas. "Pengen sup buatan kamu."
Jeno malah tertawa. "Tiba-tiba?"
"Sudah kepikiran dari kemarin. Tapi kamu lagi di luar kota, kan?" Rengut Jaemin. "Kamu kapan pulang?"
"Masih dua hari lagi," jawab Jeno. "Kupesankan saja ya dari restoran dekat sana."
"Malas makan, Nonooo..."
"Ei, kamu harus makan supaya bisa makan obat. Pasti sekarang belum makan obat, kan?"
Jaemin menghela napas. "Tidakkah ini sia-sia? Maksudnya, aku tetap tidak akan bisa hamil. Untuk apa diobati?"
"Bukan tidak bisa, tapi lebih sulit," ralat Jeno membuat Jaemin memutar mata. "Punya anak atau tidak, bukan itu yang penting. Tapi kondisi kesehatan kamu."
"Kalau kamu sudah pulang, aku mau menginap di tempat kamu."
"Mana boleh?"
"Boleh!" paksa Jaemin.
Jeno tertawa di seberang sana. "Tidak. Nanti aku antar pulang ke rumah kamu."
"Ih!"
"Jangan macam-macam, Jaemin," kata Jeno tegas. "Aku tidak mau kamu kena masalah."
"Bukankah kita begini juga menimbulkan masalah?" tanya Jaemin balik. Jeno terdiam di seberang sana. Mereka tahu, ini masalah yang sensitif bagi mereka. Jaemin menghela napas. "Iya, aku cuma bercanda tadi. Jangan diambil hati, ya?"
"Aku khawatir, kadang kamu terlalu berani."
Jaemin misuh-misuh dalam pembaringannya. "Hmm... cepatlah pulang." Jaemin mengalihkan pembicaraan.
"Iya. Aku sudah pesan makanan. Jangan lupa dimakan, ya," pesan Jeno sebelum memutus panggilan mereka.
Jaemin berbaring memandangi layar ponselnya yang sudah mati. Ia masih ingin menelfon Jeno lama-lama, tapi ini masih jam kantor. Jeno pasti masih sibuk dengan pekerjaannya.
Ketukan di pintu kamarnya membuat Jaemin menoleh.
"Kak Jaemin, ada Kak Mark mau bertemu," kata Minjeong.
Jaemin mendudukan diri di ranjangnya sambil merapikan rambutnya. "Suruh Kak Mark masuk saja, Minjeong."
Baru Minjeong mau meninggalkan kamar, Jaemin memanggil lagi. "Minjeong, kalau ada yang mengantar makanan untukku dari Jeno, tolong minta Pelayan Min siapkan dan antar ke kamarku, ya."

KAMU SEDANG MEMBACA
With You
Romance[END] Ini cerita mereka yang terlilit benang takdir karena satu kesalahan Jaehyun. Jeno yang datang seperti petir di siang hari. Mark yang selalu jadi pahlawan bagi Jaemin. Siapa yang Jaemin pilih? . . . Book 1 of 3 Warning ⚠️ : GS, slowpace, mature...