17

743 105 0
                                    

Warning! Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Dimohon kebijaksanaan pembaca agar tidak dikaitkan dengan dunia nyata. Dilarang keras untuk menduplikasi dan/atau menyebarkan sebagian atau seluruh isi cerita ini tanpa izin penulis.

.

.

Yuta mengernyitkan dahi ketika mendapat laporan kalau Jaemin pergi dengan kendaraan umum. Kepalanya panas dan ia mengamuk semakin marah karena hal itu dibenarkan Pak Shin yang seharusnya mengantar Jaemin malah tinggal di sebuah komplek apartemen, sedang anaknya pergi entah kemana. Pak Shin menunduk dengan takut.

"Panggil Jaemin," kata Yuta marah.

Kenta, PA nya, tidak bisa menolak. Ia pergi ke kamar Jaemin, memanggil gadis 16 tahun itu ke ruang kerja ayahnya.

"Kamu ke mana hari ini?" tanya Yuta.

Mata Jaemin mengerjap melihat Pak Shin berdiri ketakutan di ujung sana. "Aku pergi dengan temanku."

"Siapa?"

Jaemin lebih dari sekedar sadar untuk memahami bahwa papanya sedang tidak baik-baik saja. "Jeno..." jawabnya lirih.

"Siapa?" ulang Yuta.

"Jeno."

Yuta mengerutkan kening. "Hanya berdua?"

"Tidak, Papa!" jawab Jaemin panik. "Tadi aku pergi ke rumah abu ibunya. Tidak hanya berdua. Ada papanya juga ikut!"

"Dan kamu menyuruh Pak Shin menunggu di apartemennya?"

Jaemin mengangguk. Ia memainkan jari-jarinya. Papa memang sayang padanya, tapi kadang cara Papa menyayanginya terasa sangat menyeramkan. Papa melindunginya dari segala hal. Benar-benar segala hal. Pertemanannya diatur. Ia tidak bisa pergi kemana-mana dengan sembarangan. Dan Pak Shin adalah salah satu bentuk protektifnya terhadap Jaemin.

"Dua kali, Jaemin. Papa dengar nama Jeno sudah dua kali dan dua-duanya membuat kamu melanggar semua aturan Papa," kata Yuta. "Jangan dekat-dekat dengan anak itu!"

"Pa..." Jaemin merengek. Ia mendekati Yuta yang duduk di balik meja kerjanya. "Dia temanku."

"Cari teman lain, Jaemin! Buat apa kamu berteman dengan orang yang membawa pengaruh buruk untuk kamu?"

"Jeno tidak seperti itu!"

"Kamu tidak lihat apa yang kamu lakukan sekarang? Sejak kapan kamu membentak Papa seperti ini? Kamu kabur dari Pak Shin. Kemarin kamu kabur dari makan malam keluarga untuk pergi dengan si Jeno-Jeno ini. Kamu coba refleksi diri kamu sendiri!"

Yuta memandang putri tunggalnya dengan napas terengah. Ia tidak pernah memarahi Jaemin seperti ini. Ini pertama kalinya. Ia tertegun melihat bagaimana putrinya tampak ketakutan di tempatnya.

"Berapa kali kamu bohong sama Papa?" tanya Yuta. "Jawab Na Jaemin!"

Bahu Jaemin bergetar. Ia menunduk sambil mengigit bibirnya menahan tangis.

Di luar ruang kerja, Winwin terdiam sambil menggit kukunya. Ia ingin masuk memeluk anaknya, tapi ia tahu itu hanya membuat emosi Yuta semakin menjadi-jadi. PA Yuta yang menunggu di luar ruangan pun melarangnya untuk masuk. Winwin hanya bisa mendengar suara Yuta yang membentak putri mereka.

Pagi tadi, Jaemin sudah meminta ijinnya untuk pergi ke rumah Jeno. Karena ia pergi dengan Pak Shin, Winwin jadi tidak mempertanyakannya lebih jauh. Ia tidak tahu kalau putrinya akan pergi menggunakan kendaraan umum lagi.

Entah siapa yang memberi tahu Yuta kalau hari ini Jaemin kabur. Ia tidak menyangka kemarahan Yuta akan sebesar ini.

"Masuk ke kamar kamu!" usir Yuta.

With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang