Warning! Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Dimohon kebijaksanaan pembaca agar tidak dikaitkan dengan dunia nyata. Dilarang keras untuk menduplikasi dan/atau menyebarkan sebagian atau seluruh isi cerita ini tanpa izin penulis.
.
.
Sudah dua hari Jaemin makan siang bersama Mark dan kelompoknya. Ia diterima dengan baik di sana. Kak Yeri sangat ramah padanya dan memperlakukan dia selayaknya adik. Begitu juga Lucas yang ada di sana. Tapi kadang ia bosan karena tidak mengerti dengan percakapan para anak kelas 3. Mereka mulai membicarakan soal universitas yang bagus dan jurusan terbaik mereka.
Jaemin menyesap jus apelnya sambil bertopang dagu. Dari tempatnya duduk, ia bisa melihat meja di kantin umum tempatnya biasa makan bersama Jeno, Felix, Hyunjin, Karina dan Renjun. Meja itu sudah terisi oleh Hyunjin dan Felix, seperti biasa mereka berdua yang paling lapar dan selalu sampai ke kantin paling pertama. Kemudian Karina datang dengan sebuah buku tebal dan jas lab di pelukannya, kelihatannya ia baru kembali dari lab biologi. Lalu Jeno datang bersama Minji entah dari mana.
Oh iya... sekarang meja itu dihuni Minji juga.
Jaemin tersenyum kecut. Ia segera membuang wajah pada makanan di hadapannya.
"Jaemin, kamu sehat?" tanya Mark yang duduk di depannya.
"Ah?" Jaemin menatap wajah Mark yang memandanginya khawatir. Tangan lelaki itu menyentuh dahinya. "Aku tidak apa-apa, Kak," jawab Jaemin sambil menyingkirkan tangan Mark dengan pelan.
"Serius?"
Jaemin tertawa. "Iya, aku tidak apa-apa. Tidak perlu khawatir, Kak."
Mark menatapnya agak lama sebelum mengangguk. "Bilang padaku ya kalau sakit."
Jaemin hanya menanggapinya dengan ulasan senyum tipis. Ia berusaha menelan makanannya meskipun ia benar-benar malas sekali untuk makan. Selalu begini, kalau dia sedang sedih ia selalu jadi lebih malas untuk makan. Padahal Mark sudah berbaik hati membelikan set menu fish and chips untuknya.
"Ish!" Yeri di sebelahnya meletakkan handphonenya setengah dibanting.
"Wow... santai..." Lucas menyahut. "Kenapa, sih, marah-marah melulu?"
"Bilang ya ke temanmu itu, jadi pria jangan plin-plan! Hari ini bikin janji, besok dibatalkan! Pria itu yang dipegang kata-katanya!" omel Yeri. Gadis itu melahap bibimbab di hadapannya dengan rakus.
"Changbin lagi?" tanya Mark malah dijawab dengan dengusan Yeri. "Putus saja."
Mata Yeri mendelik tajam. "Mulutmu itu ya!"
"Habis kamu marah-marah melulu. Buat apa mempertahankan hubungan kalau kalian setiap hari bertengkar?" tanya Mark.
Bukan kali ini saja Yeri dan Chanbin bertengkar. Awalnya mereka masih perhatian pada masalah keduanya, lama-lama mereka sudah masa bodo. Masalah Chanbin dan Yeri selalu itu-itu saja. Changbin itu pelupa. Dia hampir selalu lupa kalau sudah buat janji. Yang terkena imbas adalah Yeri.
Jaemin tidak bicara sama sekali dan hanya mendengarkan curhatan seniornya. Ia malah jadi berpikir tentang hubungannya dan Jeno yang terasa menyesakkan. Ia kesal melihat Jeno bersama Minji, tapi tidak tahu bagaimana menyampaikannya pada Jeno. Dan Jeno mungkin terlalu baik untuk menolak Minji terang-terangan, makanya ia membiarkan gadis itu berada di sekitarnya.
Jeno dan Jaemin masih saling diam, entah kenapa. Padahal mereka masih duduk bersebelahan di kelas Mandarin, kelas terakhir hari itu.
Saat kelas usai, keduanya membereskan buku masing-masing.

KAMU SEDANG MEMBACA
With You
Romance[END] Ini cerita mereka yang terlilit benang takdir karena satu kesalahan Jaehyun. Jeno yang datang seperti petir di siang hari. Mark yang selalu jadi pahlawan bagi Jaemin. Siapa yang Jaemin pilih? . . . Book 1 of 3 Warning ⚠️ : GS, slowpace, mature...