Nayeon yang benar-benar sudah sangat panik dengan keadaan dahyun yang mengenaskan. Wajah, kepala, dan seluruh tubuhnya dilumuri darah kental. Bahkan baju sekolahnya bukan bewarna putih lagi, tetapi bewarna merah.
"Dahyun-ah hiks... Ireona hiks.... Hiks dahyun ireona hiks...."tangis nayeon pecah sambil menopang kepala dahyun ke pahanya, baju piyama nayeon jadi ikut terkena darah kentalnya dahyun.
"Dahyun hiks... Hiks..."tangisan nayeon benar-benar pecah. Nayeon selalu menggoyangkan tubuh dahyun dan sedikit menampar pipi dahyun agar dahyun sadar, namun usahanya tetap nihil.
Nayeon pun merogoh saku piyamanya untuk mengambil handphonenya dan menelpon appa dahyun, tetapi nayeon baru ingat kalau handphonenya dia taruh diranjang. Nayeon masuk ke dalam untuk mengambil handphonenya dengan berlari, setelah sudah diambil handphonenya ia kembali ke dahyun.
"Appa, dahyun hiks... Dahyun hiks..."
"Ada apa sayang? Dahyun kenapa nak?"
''dahyun appa hiks... Dahyun hiks.... Aku tidak kuat hiks... Yang penting appa datang ke mension ku sekarang hiks..."
"Baik sayang, tunggu appa ya"
"Ne hiks.."
Tutt....
*
*
*
"Dahyun hiks... ireona hiks..."tangis nayeon sambil memeluk kepala dan tubuh dahyun.
Tak lama pun appa dan eomma dahyun datang ke mension nayeon dengan perasaan terkejut dengan kondisi anaknya yang mengenaskan, tak perlu basa basi lagi, appa dahyun langsung menggendong anaknya ala bridal style dan mengantarnya ke rumah sakit terdekat.
Tak lama mobil appa dahyun sampai di rumah sakit, appa dahyun langsung memanggil dokter untuk mengambil ranjang khusus dahyun. Dahyun pun di antarkan di IGD oleh dokter dan suster. Orang tua dahyun, dan juga nayeon menunggu di luar ruangan karena sesuai perintah suster.
Kedua orang tua dahyun menangis dalam diam, sedangkan nayeon menangis histeris. Suara Tangisan nayeon benar-benar memenuhi lorong rumah sakit, selama menangis nayeon selalu memanggil nama dahyun. Lama menunggu akhirnya dokter keluar dari kamar dahyun.
"Bagaimana keadaan dahyun dok hiks?"tanya nayeon sambil menangis.
"Keadaan pasien-"ucapan dokternya dipotong oleh nayeon.
"Aku tidak mau mendengar kabar buruk dari dahyun dok hiks!! Aku tidak mau tau hiks!!! Dahyun hiks!!"tangis nayeon sambil membentak dokter.
"Sabar sayang"ucap eomma dahyun menenangkan nayeon.
"Keadaan pasien baik-baik saja, hanya luka ringan. Dan juga pasien kekurangan darah Tidak begitu banyak. Tapi harus ada yang mendonorkan nya"penjelasan dokter membuat ketiganya menjadi lega.
"Aku saja yang mendonorkan darah ku, kebetulan golongan darahku dengan dahyun sama"ucap nayeon.
"Baiklah, mari ikut saya"ajak dokter. Sedangkan nayeon hanya mengangguk.
Nayeon pun mengikuti dokter itu ke salah satu ruangan untuk diambil darahnya, sedangkan kedua orang tua dahyun memasuki ruangan dahyun, dan melihat anaknya yang lagi-lagi tiduran di ranjang rumah sakit dan beberapa alat bantu pernapasan untuk dahyun.
Tak lama pun nayeon sudah selesai dengan urusannya dan ingin memasuki ruangan dahyun, tapi nayeon tidak jadi masuk karena ia mendengar ucapan eomma dahyun. Nayeon pun memberanikan diri untuk masuk tanpa mengeluarkan suara apapun sampai kedua orang tua dahyun tidak mengetahui nayeon sudah masuk.
