Ale bingung melihat Xander membawanya entah kemana. Mobil pria itu sudah melewati jalur menuju rumahnya.
"Kau mau membawaku kemana?" tanya Ale bingung.
"Kerumahku!"
Mata Ale membulat. "Hah?! Ya benar saja!" Butuh waktu yang cukup lama untuk bisa sampai di rumah Xander. Apa pria itu berniat membohonginya?
"Aku ingin kau tinggal bersamaku!" ucap Xander fokus ke depan. Mengabaikan ekspresi Ale yang sudah gemas ingin menelannya.
"Aku tidak mau!" tolak Ale. "Aku tidak bisa meninggalkan bibiku. Lagi pula jarak rumahmu menuju kampus itu sangat jauh." keluh Ale.
"Aku memaksa!"
Ale mendelik tajam. "Kau tidak memiliki alasan, untuk memaksaku tinggal denganmu."
"Bibimu butuh fokus terhadap hidupnya, agar dia bisa menikah dan menemukan kebahagiaannya sendiri. Apa kau tidak merasa egois? Karena memonopoli perhatiannya padahal kau sudah dewasa."
Ale terdiam, gadis itu mengerucutkan bibirnya kesal. Dia sudah lama sadar akan itu, tapi jika dia berpisah dari Grace. Siapa yang akan menjadi sandarannya setelah ini? Lagi pula dirinya tidak memiliki keluarga lain.
"Akan aku pikirkan. Tapi tidak dengan tinggal di rumahmu!"
"Batu!"
Mobil Xander melaju sangat cepat hingga Ale mengumpati Xander kesal. "Hentikan mobil ini, jika tidak aku akan melompat!" ancamnya.
"Jangan membuatku marah sugar! Sudah cukup kau kabur waktu itu." desis Xander menatap Ale sekilas.
"Kau tidak memiliki hak melarangku!"
Brak
"Auh! Kenapa kau mengerem mendadak?" tanya Ale kesal dengan sedikit bentakan. Memegang keningnya yang memerah!
Xander mencengkeram rahang Ale hingga gadis itu menatap matanya. "Ulangi perkataanmu!"
"Sakit Xander!" ringis Ale berharap pria itu melepaskan cengkramannya.
"Ingat Alesha! Kau milikku. Apapun yang aku lakukan, semua demi kebaikanmu." ucap Xander dingin didepan bibir Ale. Melayangkan kecupan manis dibibir Ale untuk meredakan amarahnya.
"Kau mengerti!"
Ale terpaksa menggunakan kepalanya. Xander benar-benar mengerikan ketika sedang marah.
"Good girl!"
******
Ale menghembuskan nafas bosan. Untuk apa dirinya dibawa, jika pada akhirnya akan ditinggalkan karena pekerjaan. Sebenarnya pria itu kerja apa?
"Bosan! Bosan! Bosan!"
"Luna!"
Ale mengalihkan pandangannya, terlihat seorang gadis cantik sedikit tomboy tersenyum tipis padanya.
"Aku buk..." Tunggu! Ale merasa familiar dengan panggilan itu. Waktu itu juga maid sering keceplosan menyebutnya Luna. "Kan Luna!"
Gadis itu hanya tersenyum maklum. "Saya Daisy, pengawal anda mulai saat ini."
Ale mengibas-ngibaskan tangannya. "Jangan berkata seformal itu padaku. Terdengar kaku!"
"Tapi itu perintah Alpha, Luna!"
"Aku tidak suka! Pokoknya tidak boleh formal." keukeuh Ale.
"Baik, Luna!"
"Ish! Sudah ku katakan aku bukan Luna. Unsur namaku juga tidak ada kata Luna!" omel Ale kesal yang membuat Daysi tertawa kecil. Merasa lucu dengan Lunanya!
"Aku tetap akan memanggil Luna!"
"Terserah!" balas Ale malas berdebat. Pengikut Xander memang aneh!
Gadis itu membalikan tubuhnya berniat untuk beranjak namun pemandangan di depannya sangat menarik. Jadi dirinya hanya bisa terpaku!
Terlihat Xander yang sedang berkuda, dengan kancing kemeja bagian atas sengaja dibiarkan terbuka. Peluh keringat membasahi kulit pria itu! Err... Kenapa malah terlihat seksi? Bukannya burik!
Daysi tersenyum melihat Lunanya yang terpesona melihat sang Alpha. Sekuat apapun Ale menolak dia akan tetap pada jalur takdir. Sebagai mate dari sang Alpha! Perasaan akan tumbuh tanpa disadari oleh gadis itu.
Seperti dirinya yang sempat menolak kehadiran matenya, Alex. Ya, dia memang Warewolf tapi separuh Elf.
Ale merengut ketika ada beberapa wanita yang curi-curi pandang pada Xander. Apa mereka terpesona? Kenapa pula pria itu malam tebar pesona! Dasar sok tampan.
Ale rasanya ingin melabrak para wanita yang memperhatikan Xander. Dasar genit! Sok cantik! Kenapa aku terlihat seperti wanita yang posesif pikir Ale bingung.
Xander tersenyum miring melihat Ale memperhatikannya. Terpesona heh! Pikirnya percaya diri.
"Luna apa kau ingin menyapa Alpha?" tanya Daysi.
Ale mengerjapkan matanya. "Ah.. tidak. Aku tidak ingin membuat rasa percaya dirinya melambung."
Daysi terkekeh kecil. "Bukankah Luna memang sedang mengagumi Alpha?"
"Ti... Tidak!" bantah Ale keras. "Aku hanya... Sedang memperhatikan para warrior yang sedang berlatih."
Melihat wajah Ale yang merona Daysi hanya bisa terkekeh kecil. Ternyata gengsi Lunanya itu cukup tinggi.
"Jadi maksudmu mereka lebih menarik daripada diriku?"
Ale mengerjakan matanya kaget. Eh.. sejak kapan pria itu berada di sampingnya. Perasaan tadi masih di atas kuda!
"Tentu saja! Mereka lucu terlihat seperti anak Pramuka!"
Daysi tidak bisa menahan tawa akhirnya memilih undur diri. Lunanya itu polos atau memang suka melawak?
Sedangkan Xander menatap gadis itu aneh. Apa tidak ada alasan yang lebih bagus daripada itu?
"Ikut denganku!" Xander menarik tangan Ale.
"Tidak mau!" Ale menyentakkan tangan Xander.
"Kau suka dipaksa ya!" ucap Xander datar. Membawa tubuh gadis itu ke bahunya, menggendongnya seperti karung beras.
"Xander tubuhmu bau!" pekik Ale kesal memukul punggung Xander. Nyatanya itu sebuah kebohongan! Karena saat ini Ale bisa mencium aroma maskulin. Padahal pria itu berkeringat tapi masih saja wangi! Ale jadi semakin yakin jika dia sering mandi parfum!
Plak
Ale melotot tajam dengan pipi memanas. "Turunkan aku, sialan!" Gadis itu memberontak, tidak terima pantatnya dipukul. "Mesum!"
"Aku tidak tergoda dengan tubuh ratamu!" Ale tersinggung! Pria itu mulutnya kadang manis kadang pedas seperti cabai. Ale tidak rata hanya saja kurang lekukan!
"Diam atau aku banting!" kesal Xander sebab gadis itu memberontak. Ale kicep! Dibanting ke tempat tidur tidak apa-apa, asal tidak ke lantai yang keras tubuhnya bisa remuk. Eh.. kenapa aku merasa itu ambigu pikir Ale ngeri.
Jadi traveling!
Tbc
Bagaimana kabar kalian?Semoga suka chapter ini☺️
See you😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Gumiho! Is My Mate?
خيال (فانتازيا)Aku tidak tahu siapa orang tuaku, sendari kecil aku hidup bersama bibiku yang merawatku dengan kasih sayang. Karena kasih sayangnya yang melimpah membuat aku tidak sedih tanpa hadirnya sosok orang tua dalam hidupku. Aku kerap disebut Ale si gadis an...