Ale terbangun disebuah kamar yang sangat familiar. Dengan bau obat-obatan yang sangat menyengat tangannya yang di infus. Kamar inaf! Rumah sakit!
"Kau bangun Ale!" seru Grace haru, wanita dewasa yang masih terlihat cantik itu adalah bibi Ale.
"Haus!"
"Oh ya ampun! Maafkan bibi sayang. Terlalu bahagia sebab kau bangun, jadi lupa memberimu minum."
Ale tersenyum tipis, hafal dengan kebiasaan bibinya yang kadang mendadak lupa jika perasaannya sedang bahagia. Malaikatnya!
Wanita yang rela tidak menikah demi membesarkan dirinya. Rela meninggalkan pacarnya hanya agar Ale tidak merasakan kekurangan kasih sayang. Padahal usianya sudah lebih dari matang untuk menikah, 40 tahun.
"Bibi siapa yang membawaku kemari?" tanya Ale bingung karena terakhir yang diingatnya, dia tidak sadarkan diri di atas tumpukan salju.
"Christiano yang membawamu kemari. Dia menemukanmu tidak sadarkan diri di atas tumpukan salju. Oh dear! Sebenarnya kau dari mana? Kau menghilang hampir 1 minggu. Bibi bahkan sempat melaporkanmu pada polisi." Grace berucap khawatir mengusap lembut punggung tangan Ale. Menatapnya teduh!
Ale menggelengkan kepalanya lemah. "Aku mengalami kecelakaan bibi dan ditolong oleh seorang. Tapi karena orang yang menolongku tidak mengantarku pulang, jadi aku kabur dan berakhir pingsan karena tubuhku menggigil dan pusing."
"Astaga! Berat sekali hidupmu sayang. Inilah alasan kenapa bibi tidak ingin kau mengikuti kegiatan aneh lagi!" Grace mengapa nafas berat. Sulit sekali memberitahu gadis yang memiliki kekeras kepalaan yang tinggal.
"Aku menyukainya!" Ale merengut sedih.
"Bibi tahu tapi kali ini kau harus mempertimbangkannya lagi. Karena... Seperti yang kau lihat! Itu tidak semenyenangkan yang kau bayangkan."
"Hm, aku mengerti! Setelah ini aku akan mengucapkan terima kasih kepada Cristiano."
"Kau harus! Karena berapa hari ini dialah yang keras kepala mencarimu di daerah itu. Dia sangat yakin jika kau berada di sana. Disaat polisi bahkan menyerah untuk mencarimu."
Ale terdiam, sekhawatir itukah Cristiano ada dirinya. Perasaan Ale sedikit menghangat, dari banyak pria yang ditemuinya, baru kali ini ada yang begitu tulus pada dirinya. Ale baper!
"Dia adalah pria yang baik. Percaya padaku jika kau bersamanya bibi akan tenang!"
Seketika Ale mengingat Xander. Em... Apa pria itu mencarinya? Khawatir? Ah.. tidak mungkin. Lagi pula siapa dirinya untuk pria itu, sampai harus khawatir.
Oke, buang pikiran aneh itu. Sejak kapan aku jadi peduli dengan pria itu pikir Ale merasa aneh sendiri.
"Hello!"
Ale mengerjapkan matanya terlihat Grace menatapnya khawatir. "Kau baik-baik saja? Apa yang kau lamun kan dear!"
Ale tersenyum manis. "Bukan sesuatu yang penting!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gumiho! Is My Mate?
FantasiAku tidak tahu siapa orang tuaku, sendari kecil aku hidup bersama bibiku yang merawatku dengan kasih sayang. Karena kasih sayangnya yang melimpah membuat aku tidak sedih tanpa hadirnya sosok orang tua dalam hidupku. Aku kerap disebut Ale si gadis an...